Berkutat dengan novelnya, Jiyeon kembali meneguk cokelat hangat yang menemani waktu senggangnya sepulang kerja. Menunggu Krystal yang mengabari akan datang bersama Kai, tentunya. Sementara Yeonsa harus disibukan dengan coffee untuk suaminya.
Cuaca sore ini mendung dengan langit kelabu yang siap menumpahkan bebannya. Dan Jiyeon sendiri berharap akan turun hujan nanti saat ia berada apartemen. Sebab, semenjak saat itu Jiyeon tidak lagi menyukai basah yang ditinggalkan hujan.
"Jadi, maksudmu mereka berdua mirip? Namanya juga?" Wonwoo bertanya dengan wajah malasnya seperti biasa, kalau saja Jiyeon bukan teman semasa sekolahnya, pasti gadis itu sudah menganggap jika pria di hadapannya ini tidak menaruh minat sama sekali dengan topik yang Jiyeon angkat.
Gadis itu menutup novel miliknya, mengangguk ragu sebelum berujar, "Aku bingung, mereka terlihat sama namun juga terasa sangat berbeda."
"Lalu bagaimana dengan Seokjin?"
"Awalnya dia juga terkejut karena rupa pria itu persis sama dengan Jungkook. Tapi Seokjin bilang kalau itu bukan Jungkook adiknya, jelas Seokjin sendiri yang melihat jenazah Jungkook sebelum dikremasi."
"Jadi bagaimana denganmu sekarang?" Yeonsa membawa segelas coffee dengan asap yang masih mengepul. "Apa kau baik-baik saja dengan itu?"
Jelas tidak... Namun Jiyeon tidak bisa menyuarakan hatinya. Ini masalah dirinya dan kenangan yang ditinggalkan Jungkook dulunya. Dan tidak seharusnya Jiyeon melibatkan perasaannya pada pria yang hanya sebatas mirip dengan Jungkook.
"Tentu, aku akan baik-baik saja," pungkasnya meyakinkan diri sendiri.
Gemerincing lonceng mengalihkan atensinya ketiganya pada pintu cafe yang baru saja terbuka. Krystal datang bersama dengan Kai yang berjalan di belakang gadis itu sembari menenteng paperbag.
Jiyeon memicing kala paperbag yang di tangan Kai, kini terletak di permukaan meja tepat di samping novel miliknya. "Apa ini?"
"Seseorang di luar menitipkannya padaku," sahut Krystal dengan mata yang melirik ke arah pintu sebelum kembali berfokus pada Jiyeon.
"Siapa?"
"Taehyung," jawab Krystal santai. Seolah nama itu tidak akan membuat Jiyeon terganggu.
"Kak Tae?" Yeonsa bersuara, menatap Krystal penuh tanya.
Krystal duduk pada bangku yang baru saja disediakan oleh kekasihnya. Dan disusul Kai yang ikut mendudukkan diri di samping gadisnya.
"Aku pikir sesuatu telah terjadi antara kau dan kak Tae," Yeonsa menaikan sebelah alisnya dengan pandangan menggoda.
"Tentu, malam itu—" Krystal menjeda kalimatnya, mengingat terakhir kali yang ia temukan di apartemen Jiyeon dengan tidak sengaja.
"Apa?" Jiyeon kesal karena Krystal tidak berniat melanjutkan kalimatnya.
"Kau yakin aku mengatakannya di sini?"
"Apa maksudmu?" tanya Jiyeon benar-benar tidak mengerti.
Deringan ponsel Jiyeon menghentikan segala pemikiran yang berkecimpung di benak mereka untuk sesaat. Lekas meraih benda pipih tersebut, Jiyeon menjawab panggilan itu dengan nada datarnya.
"Kenapa?"
"Ada kesalahan dengan analisis kita. Bisa kau kembali sekarang?" Hoseok berujar panik.
"Harus sekarang?"
"Iya! Kepala tim yang baru terlihat marah sekali. Aku tidak mengerti bagian mana yang salah, kau bisa ke sini? Ayolah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
hereinafter✔
RomanceSemenjak saat itu... langit tak lagi cerah, hujan hanya menyisakan basah yang menjelma menjadi luka.