Tidak ada penolakan saat Taehyung mendekapnya, tidak ada niat untuk melepaskan diri. Jiyeon pun rindu, ia hampir gila merindukan Taehyung. Gadis itu sadar jika menjauhi Taehyung tidak sesederhana yang ia kira. Tapi ingatan tentang wanita bernama Ahn Hyura selalu mampu menahannya untuk melepaskan rindu yang kian menggebu. Memilih diam dan tidak membalas sama sekali pelukan Taehyung.
"Aku antar kau pulang," ucap Taehyung melepaskan pelukannya.
"Aku bawa mobil," balas Jiyeon dingin. Enggan membalas tatapan Taehyung tepat di depannya. Ia berbalik ingin menuju mobilnya yang terparkir, namun tangan Taehyung menahannya.
"Tinggalkan di sini, besok aku akan mengantarmu kerja," tutur pria itu lembut.
Tapi Jiyeon tetap bersikeras ingin pulang sendiri, seolah lupa jika Taehyung pun lebih keras kepala menyangkut keinginannya. Maka hasil perdebatan itu dimenangkan oleh Taehyung. Jungkook seolah tak kasat mata, menyaksikan Taehyung dan Jiyeon layaknya orang bodoh. Seharusnya ia beranjak pergi sedari tadi, namun sisi tidak warasnya malah menahan tubuhnya berdiam diri lebih lama, berharap jika Jiyeon lebih memilih pulang bersamanya. Yang tentu saja tidak akan pernah. Apa yang salah dengan berharap?
Taehyung menarik lembut tangan Jiyeon untuk berbalik dan menuju mobil miliknya. Membantu Jiyeon masuk ke dalam mobil dan mengenakan seatbelt-nya.
Dan selama diperjalanan menuju apartemen, Jiyeon tetap dengan kebungkamannya. Tidak sedikitpun tanya keluar dari belah bibirnya meski dalam hati dan benaknya ingin sekali menyerang Taehyung dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
Dan Taehyung yang tidak ingin fokusnya pada jalanan terpecah jika membuka suara disaat Jiyeon tidak ingin ditanya. Jelas gadis itu tengah menutupi sesuatu dan terlihat senang tenggelam dalam asumsinya hingga mampu mendiami Taehyung berhari-hari lamanya.
Laju mobil diperlambat saat mereka memasuki basement. Dan setelah mobil itu berhenti dengan Taehyung yang sudah mematikan mesinnya, Jiyeon lekas membuka seatbelt dan keluar dari mobil tanpa sepatah kata. Membuat Taehyung menghela nafas panjang sebelum ikut menyusul Jiyeon yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam lift.
Mereka tetap diam hingga Jiyeon sudah masuk ke apartemennya. Membiarkan Taehyung masuk dan tidak peduli pria itu mau apa di dalam apartemennya. Gadis itu ke kamar dan mengganti pakaiannya. Membersihkan wajah dan langsung berbaring di ranjangnya.
"Kau tidak makan malam?" Taehyung berdiri di ambang pintu kamar. Melihat Jiyeon yang sama sekali tidak berminat membalas pertanyaannya. Hingga pria itu ikut menyusul Jiyeon ke atas ranjang dan memeluk gadisnya dari belalang.
"Tidak mau berbicara padaku?" tanya Taehyung lagi. Namun tetap saja Jiyeon bungkam. Ia tahu ini salah, karena semakin lama ia diam maka akan semakin lama pula ini akan menyakiti mereka berdua, atau Jiyeon lebih tepatnya. Ia dibuat tersiksa dengan perasannya sendiri, dengan pemikiran yang terluntang lantung tidak memiliki satu pun celah yang bisa dianggap benar.
"Apapun itu, aku akan menunggumu sampai kau mau berbicara padaku. Sekarang, tidurlah. Aku tahu kau lelah."
Selepas kalimat ringan itu keluar dari belah bibir tebalnya, Taehyung mencium lama tengkuk Jiyeon dan menyamankan pelukannya sebelum menutup mata. Menyusul Jiyeon ke dalam bunga tidurnya. Setidaknya Taehyung menyangka jika Jiyeon sudah terlelap. Meski yang terjadi malah sebaliknya, Jiyeon tidak bisa memejam kala kantuk yang luar biasa menderanya. Matanya tetap terbuka karena kusutnya alur pemikiran yang terbangun dalam kepala.
Hingga tangan ramping itu memberi remasan pada seprei ranjang lantaran sesak yang mengukungnya begitu lama minta dilepaskan. Sungguh ... ia tidak sanggup terlalu lama dalam keadaan seperti ini. Namun bayangan jika ia akan mengungkit nama Ahn Hyura pada Taehyung membuatnya ketakutan sendiri. Fakta jika Ahn Hyura adalah mantan kekasih Taehyung membuatnya tidak percaya diri. Jika Taehyung kembali menemui kekasih pertamanya, itu berarti memang Jiyeon tidak akan pernah bisa menggantikan posisi wanita itu di hati Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
hereinafter✔
RomanceSemenjak saat itu... langit tak lagi cerah, hujan hanya menyisakan basah yang menjelma menjadi luka.