(12 - 9) × 2 ^ 2

178K 30.4K 3.2K
                                    

.

"GILA!"

Karin dan Saski panik seketika waktu Kai menceritakan full version dari kejadian di toilet tadi siang. Mereka berempat sedang duduk di tribun gimnasium sepulang sekolah, menunggu latihan cheers Thalia dimulai.

"LO TAU KAN BOKAPNYA DIREKTUR WIMANA GROUP?"

Kai memelas menghadapi serangan teman-temannya. "Nggak? Please kasih gue pencerahan," rengeknya.

Saski menggeleng-geleng tidak percaya. "Lo nggak pernah denger nama Antonio Wimana? Nomor 1 di Top 10 Indonesian Businessman versi Kompas?"

Kai menggeleng pelan. "Enggak."

Ketiga temannya menghela napas bersamaan.

"Lo bertiga bikin gue tambah takut!" Kai menggigit bibirnya.

"Intinya si Pak Antonio ini termasuk orang-orang paling berpengaruh di Indonesia."

"Keluarga Wimana masuk daftar orang-orang paling kaya di negara ini. Versi Wikipedia."

"Ya terus?"

"Ya terus lo dalam masalah!" Saski gemas. "Aurora itu punya power yang gede banget."

"50% donasi wali murid murni cuma dari Wimana Group, Kai." Karin serius. "Sekolah kita bergantung banget ke dia."

"Dia bukan sekadar kebal hukuman kayak Re," lanjut Thalia. "Dia juga satu-satunya murid yang catetan pelanggarannya selalu bersih. Apa pun yang dia lakuin, dia nggak pernah salah di mata sekolah."

"Aurora itu kesayangan Bina Indonesia."

Kai menelan ludah sekarang.

"Waktu kelas 10," cerita Karin ragu-ragu, "dia pernah kena kasus kekerasan sama satu murid cewek."

"Dan?"

"Ceweknya disalahin abis-abisan, sampe nyaris di-DO. Ortunya dateng ke sekolah, ribut, jadi drama tontonan. Total chaos."

Kai menautkan alisnya. "Terus Aurora?

"Nggak disentuh sama sekali," dengus Thalia. "Sementara si cewek ini akhirnya diskors tiga minggu, dia masuk sekolah kayak biasa."

"Jahat banget.."

"Sejak hari itu nggak ada murid yang berani cari masalah sama dia." Saski menghela napas. "Karena dia punya privileges yang gila-gilaan di sini."

Kai menggigit bibirnya lagi. "Jadi.."

"Jadi karena Bina Indonesia seratus persen ada di pihak dia, sebenernya Aurora bebas mau ngapain aja."

Jeda.

"Masalahnya, nggak ada yang tahu kan apa yang bakal dia lakuin ke lo?"

.

bab 12

kamar 222

.

"Ken! Awas!"

Kenan berjengit ketika bola basket menubruk keras lengan kanannya. Laki-laki itu mendecak kesal, minggir dari lapangan. Leo, kapten basket sekaligus teman sebangkunya, bergegas menghampiri.

"Lo kenapa sih?"

Pertanyaan heran itu bukan tanpa alasan. Ini sudah kali ketiga Kenan tidak fokus ketika diberi passing. Padahal biasanya dia tidak pernah absen jadi bintang lapangan.

A+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang