Terik sang surya di siang hari membuat peluhku bercucuran. Perut yang sedari tadi bermain musik keroncong membuat loading otak menjadi lambat. Jujur, aku tidak bisa menahan lapar. Menahan rasa lapar terlalu lama membuat lambung dan ulu hatiku perih. Ya, beginilah nasib si penderita maag.
Tapi, kalau sudah berniat puasa perutku aman-aman saja. Itulah keberkahan yang Allah limpahkan pada setiap hamba-Nya. Yang sulit bisa saja terlihat mudah jika niatnya benar-benar Lillahi Ta'ala.
Mengingat semua pemberian-Nya membuatku semakin bersyukur. Walau terkadang diri yang lemah ini masih saja suka mengeluh.
"Laaaa, ayo ke kantin buruaaann. Perut gue gak bisa diajak kompromi lagi nih"
"Iya, Vaa, sabaaaar" jawab Kayla sembari menutup resleting tasnya.
Kayla berdiri dan langsung menarik tanganku. "Ayo, gercep! Udah laper kan?"
"Eee eeehh. Selow dong, Mbak ee... Kalau aku jatoh, nanti lama lagi kita sampe ke kantinnyaaa."
Tasya Mikhayla. Sahabatku dari kuliah semester pertama. Aku lupa kapan kami berdua menjadi akrab. Yang jelas, sekarang kami bagaikan Upin dan Ipin yang ke mana-mana selalu berdua. Kalau dia gak masuk, kayak ada separuh jiwaku yang menghilang. Cieelaaahhh.
Kenapa dia dipanggil Kayla? Kenapa enggak Tasya? Because, dia memperkenalkan dirinya dengan nama Kayla. Waktu itu aku gak tahu nama lengkapnya siapa. Pas udah tahu, aku nanya dong, "kenapa gak dipanggil Tasya?". "Pengen aja gitu punya panggilan yang berbeda. Dari TK sampe SMA Tasya mulu, bosen gue" Jawabnya.
Sesampainya kami di kantin, kami langsung memesan ketoprak dua porsi. Biasanya cuma pesan gorengan sih, tapi ini emang lagi laper banget hahaha.
Aku dan Kayla memilih tempat duduk di bangku tengah yang paling pinggir. Kami berbincang-bincang ringan sambil menikmati ketoprak Mang Ujang.
"Eh, Reva, kemaren gue di telepon Ustadzah Risma. Katanya bulan depan ini ada kajian di Musholla Kenanga Residence"
Tidak hanya di kampus, Kayla juga menjadi sahabat majlis ta'limku. Bahagianya punya sahabat yang bisa mengingatkan perkara dunia dan akhirat.
"Iya? Tanggal berapa?" Tanyaku.
"Tanggal 20 Mei. Terus kata beliau, Lu disuruh jadi pengisi acara"
"Wahhh Gue gak bisa Laaa... Kakak gue nikah pas hari itu..."
"Serius?? Wahhh sama siapa?"
"Sama ustadz Fattah. Nanti Lu dateng ya"
"Ajiiiibbb! Iyaa in syaa Allah"
"Jangan lupa kasih tau ke ustadzah gue gak bisa isi acara. Biar gak mepet cari orang nanti"
"Siap, sista!"
Ketoprak kami pun ludes. Haaa lega sekali rasanya perutku sudah kenyang, alhamdulillah...
Saat meneguk es teh manis pada tetesan terakhir, mataku menangkap sesuatu yang membuat napasku berhenti sejenak.
Kutaruh gelas yang berada dalam genggamanku di atas meja."Kay! Lu kenal sama dia gak?" Tanyaku seraya menunjuk pengunjung yang duduk di meja depan.
"Oh, Rafa. Siapa sih yang gak kenal sama dia? Kenapa emangnya?"
Rafa termasuk orang terkenal di kampus karena suaranya bagus dan jago bermain musik.
"Enggak apa-apa sih. Terus, yg di sampingnya siapa?" Tanyaku penasaran.
"Pacar dialah. Kan satu unit juga sama si Rafa"
"Hah?! Dia punya pacar?!" Jujur aku terkejut. Pasalnya, saat dia chattingan denganku, tak nampak sama sekali jika dia memiliki kekasih. Terkadang dia malah menggombaliku. Untunglah aku tak terperangkap kata-kata manisnya.
Menyukai Rafa bukan berarti aku tak punya saringan dalam memaknai kata-kata yang dilontarkannya. Aku tahu wanita itu lebih mengutamakan perasaan. Namun, otak juga harus dipakai agar tidak terjebak rangkaian kata yang bak biang gula.
Terbuktikan kalau dia itu modus?"Ehhh Lu kenapa Reva? Jangan bilang ya Lu suka sama dia..."
"Mm.. ehh apaan si.. ya kagaklah"
Kayla hanya menyipitkan matanya dan tersenyum penuh selidik padaku.
"Kagak woy! Kan cuma nanya.. kirain mah jones" sambungku memahami tatapan Kayla.
"Kalo dia jones kenapa? Lu mau daftar? Hahahaha" Tanya Kayla.
"Enggaklah, dia bukan tipe gue"
"Alah.. sok tipe-tipean lu, Va!
"Yaudah ayo ke kelas. Jangan kelamaan ngerumpi di sini" Ucapku sambil berdiri dan langsung ke gerobak Mang Ujang untuk membayar makanan kami.
Aku melewati meja Rafa. Aku tidak melihat ke arahnya. Hanya saja aku meliriknya dengan ujung mata. HANYA MELIRIK.
"Dih, kok gak ditegur sih? Kayak orang gak kenal aja. Giliran ditelepon, dichat, ramah luar binasa. Berani di belakang tohh rupanya" batinku.
"Ngapain juga Gue ngarep ditegor sama tu orang yak? Astaghfirullaah... sadar Revaa sadaaarrr"
"Mang, nih uangnya ya, ketoprak sama es teh 2 porsi" Aku menyerahkan selembar uang dua puluh ribu rupiah, kemudian langsung pergi.
"Neng! Kembaliannya belom!" Teriak Mang Ujang yang melihatku bergegas pergi.
"Ya Allah, lupa saya. Maaf ya, Mang. Hehehe"
"Kalo jalan pikirannya jangan kemana-mana, Neng, bahaya" ucap Mang Ujang seraya terkekeh.
"Hehehe iya, Mang"
"Lu mikirin Rafa kan? Ngaku Luuu" ucap Kayla.
"Enggak ih. Dah lah ayo cabut"
"Hahaha dia salting"
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Enjoy the reading guys :*
Maaf kalau gambarnya membuat kalian ngeces :D *peace*
17 Ramadhan 1441 H
10 Mei 2020 MSelamat memperingati Nuzulul Qur'an :)
Semoga kita bisa menjadikan Alqur'an sebagai sahabat sejati yang dapat memberikan syafaat untuk kita kelak.
Aamiin
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafa and Revaline
SpiritualPerihal cinta memang tak akan pernah ada habisnya. Dia seakan menjadi misteri yang sulit untuk dipecahkan. Dikira jodoh sama si Ini ternyata sama si Itu. Dikira jodoh sama si Itu, ternyata sama si Ono. Hadeuhh.. sudahlah, tak perlu dipikirkan. Jalan...