Bagian Keenam

65 17 8
                                    

¤Author's PoV¤

Kampus sedang mengadakan perkemahan. Malam itu setiap regu mencari kayu sebagai bahan bakar untuk memasak sekaligus api unggun. Mereka berkeliling hutan sembari bercanda tawa dengan teman-temannya.

Saat sedang asyik bercerita, tiba-tiba Reva merasakan sesuatu yang aneh. Teman-temannya hilang tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Tubuh Reva bergetar ketakutan. Ia berteriak memanggil teman-temannya, namun tak ada satupun dari mereka yang menyahut teriakannya. Sungguh, Reva tak bisa membayangkan  bagaimana jika ia sendirian di hutan yang sangat gelap malam ini.

Di sudut lain, regu para lelaki tak kalah asyiknya membuat lawakan. Seakan malam itu akan mereka habiskan dengan canda tawa hingga tak terasa ranting dan kayu terkumpul dengan banyak.

"Rafa, Lo liat deh, itu ada apaan di sana?!", ucap Roni. Rafa berjalan dengan polosnya menghampiri cahaya dibalik semak belukar itu.

Belum sampai di sana, ia berkata pada Roni, "Ron, sini lu!"

Rafa membalikkan badannya, "yahh gue dikerjain!"

"Woy, keluar lu semua. Gak ada apa-apa yaelah, cuma senter orang doang jatoh ketinggalan."

Tak ada sahutan apapun dari mereka. Rafa mulai panik dan juga kesal karena ditinggal sendirian. Walaupun lelaki, tapi terkadang dia juga penakut. "Duh, mampus nih gue sendirian malam-malam begini. Arahnya juga gue gak tau mau ke mana!" gerutunya kesal.

Tidak ada cara lain, Rafa harus berjalan sendiri menyusuri hutan demi bisa kembali ke perkemahan. Lima belas menit ia berjalan namun tak menemui titik temu.

Samar-samar ia melihat seorang perempuan berdiri membelakanginya.

"Anjir, ada cewek sendirian malem-malem  di hutan gini lagi ngapain yak? Duhh kok gue jadi merinding. Itu orang asli atau kuntilanak? Gue samperin atau enggak? kalo dia kuntilanak nanti gue gak bisa kabur dong?" Rafa asik menggerutu sendiri.

"Ehh, tapi dia pake jilbab. Kuntilanak gak mungkin pake jilbab kan? Samperin dahh". Rafa akhirnya memutuskan untuk menghampirinya.

Tidak ada kata sapaan, Rafa langsung menepuk pundak perempuan itu.

"Aaaaaaa!!!!" perempuan itu berteriak terkejut.

"REVA!"

Rafa tak menyangka perempuan itu adalah Reva. Reva pun tak kalah terkejutnya melihat Rafa.

"Ehh lu ngapain di sini sendirian?! Di ambil Om Genderuwo mampus lu!" ucap Rafa.

"Dih, siapa juga yang mau sendirian di sini! Temen-temen  gue hilang Faaa, gue nyasar gak tau mau ke mana... huaaaaa" sahut Reva sambil menangis kesal.

"Temen-temen gue juga pada ngilang, Va! Gue dari tadi muter-muter gak ketemu jalan pulang, malah ketemu Lu di sini."

"Terus kita gimana Rafaaa, hiks hiks"

"Yaudah ayo kita cari jalan sama-sama... Jangan nangis lagi cup cup cuuuuppp" Rafa kasihan sekaligus lucu melihat Reva menangis ketakutan. Reva segera menyeka air matanya.

Mereka berdua akhirnya berjalan menelusuri hutan yang rindang dan hanya berbekal senter yang ditemui oleh Rafa.

Jujur Reva merasa sangat risih jalan berduaan dengan yang bukan mahramnya di malam yang sangat pekat lagi mencekam seperti ini. Hatinya sedari tadi tak berhenti berdzikir kepada Allah supaya dihindari dari hal-hal yang tak diinginkannya.

Rafa tak kalah gelisahnya memikirkan apa yang akan terjadi malam ini. Bisa pulangkah ia? Atau mati diterkam binatang buas. Ditambah hanya dirinya dan Reva yang berada di sini. Rafa berharap tidak ada setan yang mengganggunya hingga membuat nafsunya timbul.

Rafa and RevalineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang