*Revaline's Pov
Aroma khas lembaran-lembaran buku tertangkap oleh indera penciumanku, menciptakan ketenangan yang luar biasa.
Rindu sekali rasanya pada perpustakaan kampus ini. Tata letak yang diatur sedemikian rupa hingga terlihat lebih luas daripada perpustakaan kampus biasanya.
Suasana di sini benar-benar nyaman.Aku mengambil sebuah buku filsafat, kemudian langsung duduk di tempat yang telah disediakan sembari menunggu Kayla datang.
Lima belas menit kubaca buku tersebut, kupalingkan mataku ke arah pintu perpustakaan. "Lama sekali Kayla," gumamku.
Mataku lalu berputar mengelilingi seisi perpustakaan dan mendapatkan sesosok lelaki yang tengah membolak-balikkan lembaran buku, kemudian menaruhnya kembali di rak buku, lalu mengulangnya hingga tiga kali. "Gitu aja terus sampe kiamat." Ucapku dalam hati.
Jantungku berdegup kencang seketika. Seperti ada sekelebat bayangan familiar terlintas dalam kepalaku.
"Rafa..."
"Hah?! Kok bisa ada dia di sana?! Kenapa gue baru inget?!"
Aku kembali melihat ke arahnya dan ternyata Ia pun sedang menatap ke arahku. Dua detik aku berpikir, "gak mungkin gue langsung buang muka. Udahlah senyumin aja." Akupun tersenyum dan Rafa membalas senyumku.
Kulihat kakinya mulai berjalan menuju mejaku.
Satu...
Dua...
Tiga.
"Maaf ya, Rev, gue lama."
Langkahnya terhenti saat Kayla sampai di hadapanku. "Kenapa dia tidak jadi ke sini? Malu kah?" Batinku.
*Rafa's PoV
Perpustakaan bukanlah tempat favorit gue untuk mencari sebuah informasi. Perpustakaan hanyalah tempat mencari bahan-bahan kuliah jika keadaan tidak memungkinkan alias tidak ada izin dari dosen untuk menyalin punya Mas Google.
Walaupun demikian, perpustakaan menjadi salah satu tempat terfavorit gue untuk merenung, dan menenangkan pikiran saat suasana hati sedang panas bagai gurun Sahara. Tahu sendirilah ya, kan di sini mah adem ayem, enggak berisik. Semua orang asik sama bacaannya. Gue? Asik sama pikiran sendiri, hahaha.Entah ada reaksi apa dalam tubuh gue, tanpa sadar gue berjalan menuju rak buku dan mencari-cari buku apa yang enak untuk di baca. Waktu telah terbuang selama beberapa menit. Dari tadi kerjaan gue kayaknya cuma memilah-milah buku dengan gak jelas.
"Hmm, coba lihat ke sebelah sana aja deh."
Belum satu langkah gue pindah, pandangan gue tanpa sengaja tertuju pada pada gadis yang tengah larut dalam bacaannya. Dia Revaline.
Dengan buku yang masih berada di tangan dan belum sempat gue taruh kembali di tempatnya, sebuah memori pendek terlintas begitu saja di otak gue.
DEG. Gue terpaku beberapa detik.
"Tuhkan bener, ini bukan mimpi... Reva inget gak ya kira-kira? Hmm... Samperin gak ya? Tanya gak ya?"
"Coba aja deh."
Belum sampai lima langkah, ternyata Kayla sudah sampai duluan di meja Revaline. "Wah, gak bisa nanya nih. Dikira gak waras nanti sama Kayla. Reva udah ngelihat ke arah gue pula, aduh."
"Hei, Sayang. Aku udah selesai cari bukunya." Ucap Karina yang baru saja sampai di hadapan gue.
"Hei. Yaudah yuk keluar." Gue bernapas lega. Huft, untung ada Karina, gak malu-malu amat dah gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafa and Revaline
SpiritualPerihal cinta memang tak akan pernah ada habisnya. Dia seakan menjadi misteri yang sulit untuk dipecahkan. Dikira jodoh sama si Ini ternyata sama si Itu. Dikira jodoh sama si Itu, ternyata sama si Ono. Hadeuhh.. sudahlah, tak perlu dipikirkan. Jalan...