"Ini adalah alasan kenapa gue ngajak lu ke sini."
"Ini juga alasan kenapa gue gak bertanya untuk apa lu ngajak gue ke sini."
"Oke, berhubung situasi telah menjadi pembukaan topik kita hari ini, gue langsung ke pointnya aja ya." Ucap Rafa yang dibalas anggukan oleh Revaline.
Rafa menceritakan kejadian sejak ia terbangun dari tidurnya hari itu dan mendapati dirinya yang berada di dalam kamarnya sendiri. Ia juga memberi tahu Revaline bahwa tidak ada satupun anggota keluarganya juga teman-temannya yang menyadari bahwa dirinya hilang selama beberapa hari.
Revaline tercengang. Ternyata bukan hanya dirinya yang merasakan hal demikian. Ia menceritakan hal serupa dengan yang dialami Rafa.
Revaline pun bertanya, "sejak kapan lu ingat kalau gue juga ada di sana?"
"Sejak bangun tidur itu," jawab Rafa.
"Jujur, gue baru tahu kalau lu ada di sana sejak kita ketemu di perpustakaan kemarin. Tiba-tiba ada sekilas momen yang mirip gitu. Gue lagi baca buku, dan lu cuma bolak-balik halaman buku gak jelas." Ujarnya.
"Sama, Rev. Kemarin gue juga gitu. Makanya waktu itu gue pengen ke meja lu, tapi Kayla udah sampai duluan."
"Eh, by the way, telat banget ya lu inget sama gue?! Wah parah nih." Sambung Rafa.
"Lah emang itu memori gue yang atur? Apa yang gue lakuin sendiri di sana aja gak inget, apalagi lu."
"Kok gue bisa inget?!"
"Mana gue tahu, Rafa...!"
"Ah, ya sudahlah abaikan. Yang penting sekarang adalah bagaimana caranya supaya kita bisa tahu semuanya."
"Yups. Dan kita juga harus tahu kenapa enggak ada orang yang sadar kalau kita hilang."
"Eh, tapi gimana caranya, Rev?"
"Yahh... Gue kira lu udah paham. Mungkin yang tadi adalah satu-satunya cara untuk membongkar semuanya."
"Pegang kotak kue, Rev?"
"Ya gak mesti kotak kue, Rapooong. Gue yakin kok kita bisa pakai benda yang lain, dengan syarat harus memegang benda itu secara bersamaan."
"Oh... Begitu ya, Repa..."
"Iye... Gue jadi penasaran deh. Tapi, kalau coba di sini aman gak ya? Gue takut ni Kafe jadi berantakan. Hahaha."
"Kita coba di tengah lapangan, Rev!"
"Mau ngapain, Bang? Bersemadi? Hahaha. But, that's good idea."
"Ya Allah, Neng..."
"Tapi gue rasa harus ada yang kawal deh, Raf..."
"Yakin mau ajak orang lain? Nanti disangkanya kita kesurupan lagi."
"Daripada kenapa-kenapa, lebih baik waspada dulu. Kan kita juga gak tahu efeknya gimana kalau kita coba dalam waktu yang lumayan lama."
"Oh, iya juga sih. Tumben lu pinter."
"Yeu... Oh iya, lu ajak temen yang kira-kira paling lu percaya aja ya. Dua orang kayaknya cukup deh."
"Boleh-boleh. Jadi, kapan kita mulai menerawang?"
"Lu kira kita cenayang?!"
"Hahaha, woles, Mbak."
"Lusa aja gimana? Lu ada waktu gak? Karena kalau besok gue gak bisa."
"Mmm... Okay. Bisa diatur..."
"Raf, nanti ajak adik lu ya! Masalah kita ini kan sedikit aneh, jadi gue bingung mau ajak siapa. Palingan nanti gue ajak si Kayla doang."
"Rani?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafa and Revaline
EspiritualPerihal cinta memang tak akan pernah ada habisnya. Dia seakan menjadi misteri yang sulit untuk dipecahkan. Dikira jodoh sama si Ini ternyata sama si Itu. Dikira jodoh sama si Itu, ternyata sama si Ono. Hadeuhh.. sudahlah, tak perlu dipikirkan. Jalan...