"Rafa, gue kayak merasa gak berguna deh di sini." Ucap Revaline.
"Kenapa, Rev?"
"Batu labradorite Flora kan hilang, terus kita cuma bisa berdiam diri di sini, gak bisa ngebantu apa-apa. Sedangkan mereka selalu bantuin kita selama di Orman Frieden."
"Iya juga sih, Rev. Eh, sebenernya batu itu berpengaruh gak sih untuk kepulangan kita nanti? Kalau sampe jatuh ke tangan orang yang gak bertanggung jawab bisa berabe kita, Rev!"
"Nah makanya itu... Gue juga gak tahu. Lu gak punya ide apaan gitu, Fa?"
"Mmm... Apaan ya?"
*SLUP*
Rafa dan Revaline terkejut melihat anak panah menancap ke pohon yang berada di antara mereka.
"Walden!! Jahil sekali Kau!"
"Hehe, maaf Revaline, aku hanya iseng. Kalian berdua sedang apa? Serius sekali raut wajahnya"
"Tidak, kami hanya bosan" sahut Rafa.
"Oh iya, bagaimana dengan batu Labradorite milik Flora? Apakah sudah ditemukan?" Tanya Revaline.
"Hmmm... Sudah. Tapi sayang, batu itu ada di tangan Azura."
"Siapa Azura?"
"Bisa dibilang dia itu adalah musuh bebuyutan kami"
Langkah Flora yang berlari terengah-engah terdengar di antara mereka.
"Walden! I-ini gawat! Azura..."
"Tenanglah dulu, Flora. Atur napasmu dan mulailah berbicara."
Flora berusaha mengatur napas dan membuat tubuhnya rileks.
"Azura ada di istana Putri Arabella. Kudengar ia ingin memporak-porandakan Orman Frieden dengan memperdaya Raja, tentu saja menggunakan Labradorite-ku."
"Kurasa kita tidak bisa berdiam lebih lama lagi di sini. Ayo, Flora, kita harus segera ke sana sebelum hal yang buruk terjadi."
"Apakah kami boleh ikut?" Tanya Rafa.
"Jangan. Ini terlalu berbahaya bagi manusia seperti kalian. Lebih baik kalian jaga diri di sini."
"Tapi..." Belum sempat Revaline menyambung perkataannya, Walden dan Flora sudah berlari tunggang-langgang meninggalkan mereka berdua.
"Rafa!! Kita harus gimana?!"
"Kemarin lu bilang kalau lu bukan orang yang lemah, kan?"
Revaline hanya mengerutkan dahinya.
"Ayo kita beraksi tanpa sepengetahuan mereka!!"
"Are you sure...?"
"Very sure!"
Hari ini seluruh rakyat Orman Frieden berkumpul di depan istana untuk mendengar pengumuman tentang acara festival akhir tahun yang selalu mereka adakan disetiap tahunnya. Tentu hal ini merupakan kebahagian bagi seluruh kalangan rakyat.
Namun, kebahagiaan ini nampaknya tertutupi bagi beberapa orang yang sedang dilanda kecemasan. Ya, mereka adalah orang-orang yang tahu bahwa Orman Frieden sedang dalam bahaya. Mereka yang sibuk memikirkan bagaimana cara untuk mengembalikan batu ajaib kepada pemilik sahnya.
Raja telah telah berdiri di depan istana mengahadap para rakyat yang dicintainya. Senyum yang terkembang dibibir mereka membuat hatinya diliputi rasa tentram yang tiada tara. Sayangnya, Sang Raja tidak tahu apa yang tengah terjadi di antara mereka. Dia tak tahu kedamaian negerinya sedang terancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafa and Revaline
SpiritualitéPerihal cinta memang tak akan pernah ada habisnya. Dia seakan menjadi misteri yang sulit untuk dipecahkan. Dikira jodoh sama si Ini ternyata sama si Itu. Dikira jodoh sama si Itu, ternyata sama si Ono. Hadeuhh.. sudahlah, tak perlu dipikirkan. Jalan...