Bagian 9

24 8 0
                                    

Nikmati perihmu saat ini, karena perihal waktu setiap luka akan sembuh.
                                   ~ferdian hamzah~

Mentari kembali menampakkan dirinya, menyinari setiap sudut bumi. Gadis cantik berambut lurus dengan warna hitam pekat masih nyenyak dalam tidurnya. Hingga tak lama kemudian, suara alarm masuk ke Indra pendengarannya.

kringgggggg

Kemudian gadis itu pun bangun untuk melakukan ritual paginya dan segera bergegas menuju sekolah. Sepertinya ia harus lebih kuat untuk menghadap kenyataan yang menyakitkan nanti.

"Eh neng geulis baru dateng" sapa Dita kepada nesa.

"Busyetttt tuh muka kusut amat dah kayak cucian belum di setrika"

Tanpa menanggapi ocehan sahabatnya, nesa menelungkupkan wajahnya ke meja. Ia pikir masih ada waktu sedikit untuknya tidur, kepalanya sedikit pusing. Bel masuk pun masih 15menit lagi berbunyi.

citttt

Suara dencitan kursi terdengar oleh nesa, itu tandanya ada yg baru duduk di kursi sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Aliya? Huh bahkan nesa belum sempat tertidur.

~~

Pelajaran olahraga pun dimulai setelah melewati pelajaran b.indonesia yang sangat membosankan. Sebenarnya nesa tidak terlalu suka dengan olahraga, tetapi ini lebih baik daripada mendengarkan ocehan pak Joko berjam-jam di kelas.

"Baik anak-anak materi kita hari ini adalah voly, nanti kalian akan maju satu persatu dan akan saya lihat cara bermain kalian. Mengerti?"

"Baik pak"  jawab mereka dengan kompak

Satu persatu murid kelas X IPA 2 sudah melakukan praktek bola voly, kini tiba giliran Nesa. Nesa sama sekali tidak tau bagaimana cara bermain voly, hingga bola yang ia smash mengenai salah satu teman kelasnya.

Aliyaaa!

Teman-teman nesa pun berteriak ketika bola itu mengenai kepala Aliya, nesa tidak sengaja melakukan itu. Apakah itu salahnya? Tentu saja tidak!

Aliya tadinya sedang duduk di bawah pohon dengan teman sekelas lainnya sembari beristirahat, namun tiba-tiba bola menghantam kepalanya lumayan keras.

Ketika hendak menyentuh Aliya, tangan nesa di tepis dengan kasar oleh tangan kekar yang sepertinya nesa tau tangan itu milik siapa.

"Jgn sentuh dia!"  ucap pria itu dengan ketus.

"M-maaf kak aku gak sengaja"  balas nesa dengan sedikit ketakutan akan aura marah sang pria.

"pembawa sial!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, sang pria pun pergi dari kerumunan dengan membawa Aliya di gendongannya menuju UKS.

"pembawa sial"

Kata-kata itu terus berputar di pikiran Nesa. Seberapa istimewa Aliya di hidup Gevan. Hingga ia tega mengucapkan kata menyakitkan itu pada Nesa. Yap! Pria tadi adalah Gevan.

Entah kenapa setiap kali melihat Aliya celaka Gevan selalu saja terbakar api amarah. Siapapun akan ia habisi jika terjadi sesuatu pada gadis itu. Sebisa mungkin Gevan akan selalu melindungi Aliya. Kapanpun!

~~

"Udah lah nes gausah di pikirin lagi kata cowo brengsek itu"  Anggi mencoba menenangkan nesa, karena jelas sekali terlihat nesa sangat merasa bersalah.

"Emangnya apa yang gue lakuin tadi fatal banget ya git?"

"Sebegitu buruknya gue di mata dia"

"Gue gak pantes ya ada di sekolah ini? Gue pembawa sial!"  Ucap nesa terus menerus, air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Enggak! Lo pantas ada disini, sangat pantas! Yg lo lakuin tadi itu bukan sepenuhnya salah lo, tenang aja nes gue sama Gita selalu ada buat lo"

"Iya nes, jangan di pikirin lagi yg tadi. Gue yakin kok Aliya baik-baik aja" Gita pun ikut menyakinkan nesa.

"Makasih ya kalian ada buat support gue"

"Iya cantikkk, sama-sama hehe"

Setelah dirinya sedikit tenang, nesa memutuskan untuk pergi ke toilet sebentar.

Samar-samar terdengar suara dua orang siswi sedang berbincang di dalam bilik kamar mandi, awalnya nesa tidak peduli. Tapi ketika mendengar namanya di perbincangkan, nesa pun penasaran apa yg sedang mereka bicarakan.

"Iya gue kasihan deh sama nesa, baru kali ini gue liat Gevan marah sama cewek. Biasanya sih bodoamat ya kan?"

"Udah gitu di katain pembawa sial dong ya ampunn"

"Tapi biarin deh, tuh nesa juga kegenitan deketin Gevan"

"Emang iya?"

"Iya kemarin-kemarin kan sempet pulang bareng, eh ternyata cuma di PHP in haha"

Nesa terduduk lemas di dalam kamar mandi, ia menangis ketika mengingat wajah Gevan tadi, penuh amarah. Setidaknya jika tidak berniat untuk mendekati nesa, Gevan tidak perlu repot-repot memberikan harapan kepada nesa! Dan saat ini nesa sedang jatuh, jatuh cinta sendirian.

Semoga suka ya:)
Hargai karya seseorang, jangan lupa vote dan komen!

See you next part ♥️

GEVANESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang