2.KOTAK DAN KENYA

850 207 36
                                    

"sejujurnya, saat ini gue kesepian."

-Aldevano Felixo-

•••

"Assalamualaikum bu, Nara pulang." Nara menaruh tasnya di atas meja.

"Ibu dimana?" Nara celingak-celinguk, menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Desi–ibunya itu.

Nara mencari Desi ke seluruh penjuru rumah. Namun ia sama sekali tidak menemukan keberadaan ibunya di manapun.

Di mana ibunya sekarang?

"Sudahlah, mungkin ibu keluar." Nara masuk ke dalam kamarnya. Membasuh tubuhnya dengan air yang sejuk, lalu bergegas membuat makan malam.

"Ngapain kamu?" ujar Desi yang entah sejak kapan berada di belakang Nara, dan di tangganya memegang sebuah botol anggur yang masih bersegel.

"Masak bu." Nara memasukkan sayuran ke dalam panci berisi air yang sudah mendidih.

Desi menatap Nara tajam, mencengkram tangan Nara kasar dan membawanya keluar dari dalam dapur.

"Jangan kotori dapur saya, anak haram!" Desi menghempaskan tubuh Nara ke lantai.

"Apa salah Nara bu?" Nara menunduk menitihkan air matanya.

Desi masuk ke dalam dapur, lalu kembali dengan membawa seember air berisi es batu. Menumpahkannya ke atas kepala Nara.

"Salah karena kamu telah lahir ke dunia ini!" Desi pergi meninggalkan Nara yang semakin terisak.

"Kenapa ibu benci banget sama Nara?" Nara bangkit, kembali masuk ke dalam dapur.

Menyelesaikan masakannya yang belum matang, lalu menghidangkannya di meja makan. Harap-harap Desi akan memakannya nanti.

Nara lalu masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu kamatnya rapat-rapat. Nara kembali menangis! Nara bingung akan hidupnya ini.

Jika ibunya benar tidak menginginkannya ada di dunia ini. Lantas untuk apa ia dilahirkan. Bahkan sampai dia sebesar ini, ia tidak pernah tau siapa dan seperti apa sosok ayahnya.

•••

"Dev."

Langkah Aldev terhenti saat ia mendengar suara yang sangat familiar di telinganya itu. Aldev menoleh, lalu menaikkan sebelah alisnya.

"Aku mau bicara sebentar Dev." Kenya memegang lengan Aldev.

"Kenya mohon," lanjut Kenya dengan puppy eyes-nya membuat Aldev tidak tega dan akhirnya mengalah.

"Apa?" Aldev menyingkirkan tangan Kenya. Menatap Kenya malas.

"Aldev, aku mau jelas-"

Belum selesai Kenya berbicara, Aldev sudah pergi meninggalkan Kenya. Aldev sangat malas berurusan dengan Kenya.

Aldev sungguh membenci gadis itu!

"Aldev, kamu datang untuk makan malam bersama?" Suara bariton milik Ardhi membuat langkah Aldev kembali terhenti.

"Mau ambil barang," ujar Aldev, lalu kembali melanjutkan langkahnya sama sekali tidak memperdulikan Ardhi yang tengah marah-marah di sana.

Aldev tidak ingin membuang waktunya lama-lama di rumah itu. Rumah masa kecilnya. Rumah yang menyimpan sejuta kenangan masa kecilnya.

Rumah yang membuatnya selalu teringat akan sang mama, dan juga rumah yang merenggut semua kebahagiaannya.

Aldev turun dari lantai dua dengan membawa kardus di tangannya. "Saya permisi," ujar Aldev melewati Kenya dan Arhdi.

DEVANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang