Disclaimer :
Kuroko no Basket © Tadatoshi Fujimaki
Saya hanya minjem karakter untuk di bucininMaid day (10 Mei)
Sumpah serapah dalam bahasa Inggris kembali terdengar dari belakang. Sarung tangan putih ditarik, melekat sempurna. Seseorang misuh-misuh, kini mengeluhkan ukuran sepatunya.
Tubuh berbalik, kepala mendongak, menatap sosok tinggi di hadapannya, sedang membenarkan kostumnya.
“Kagami-kun.”
“UWAAAAHH!!”
Ia melompat, bahu kirinya menabrak loker. Napas tersengal, dada bidang di elus brutal. “Ku-Kuroko?! Sejak kapan?!”
“Sejak awal Kagami-kun mengganti kost- mpph—“
Telapak tangan besar menutup mulut- atau lebih tepatnya hampir sebagian wajah datar Kuroko. Sebiji keringat turun dari rahang Kagami. Pipinya luar biasa merah. “K-kau lihat itu? Astaga-“
Kuroko hanya menggumamkan sesuatu yang tidak jelas, karena dibekap tangan Kagami. Gonggongan Nigou lah yang berhasil membuat Kagami melepaskan Kuroko, ruang ganti penuh jeritan Ace klub basket Seirin.
“Kagami-kun, cepat ke booth. Sudah waktunya café dibuka,” Kuroko mengelus pucuk kepala Nigou. Kagami masih mojok, surai merah dijambak frustasi. “Terima saja kekalahanmu Kagami-kun.”
“KUROKO TEMEE!!”
Sebelum Kagami mengomel, Kuroko telah menghilang. Dasar, memanfaatkan misdirection. Sedikit menunduk, rok selutut ditarik ke bawah guna menutupi betisnya, yang tentu saja tak membuahkan hasil. Kagami pasrah.
Hari ini diadakan festival di SMA Seirin. Kelas Kagami-Kuroko membuka booth butler-maid café. Sejujurnya ia tidak keberatan, hanya saja penentuan peran berdasarkan undian membuatnya nangis bombay. Dewi Fortuna tidak memihaknya, secarik kertas bertulisan 'maid' ia dapatkan. Tidak ada lakik lakiknya. Tubuh besarnya yang berotot harus terbalut terusan rok selutut penuh renda dan pita-yang ukuran sebenarnya setengah betis (perempuan). Postur tinggi Kagami penyebabnya.
Gagang pintu ditarik, kepala merah Kagami sedikit menyembul, ia lirik kanan kiri. Takut ada yang lewat. Perlahan ia melangkah keluar menuju booth. Langkahnya berhenti tepat sebelum kelasnya-yang telah disulap menjadi café. Permasalahannya adalah-
-ramai.
Astaga. Oh my god, Kami-sama. Tasukete!
Beberapa teman sekelasnya yang menjadi maid dan butler sibuk melayani pengunjung, entah sesama murid Seirin maupun dari sekolah lain. Ada sih anak cowok di kelasnya yang jadi maid selain dia, tapi tubuhnya kecil dan wajahnya tak segarang Kagami.
Malu ditahan sampai ubun-ubun. Kagami mengendap, hendak masuk lewat pintu belakang.
“Kagami?”
“UWAAAAH?!”
“WAAA!”
Kesehatan jantung Kagami dalam keadaan berbahaya hari ini. Pertanda buruk sudah terasa sejak pengambilan undian. Mungkin saja kesialannya akan berlanjut hingga acara selesai.
“Jangan teriak-teriak d'aho!”
“Hyuuga sendiri tadi teriak kan?”
“Se-senpai?!”
Habislah harga diri Kagami di depan seniornya- Hyuuga, Koganei, Izuki dan Riko. Semburat merah tercetak jelas di kedua pipinya. Ujung rok kembali ditarik-turun. Koganei tertawa. Hyuuga memperhatikan Kagami dari ujung rambut ke ujung kaki, sedangkan sang Pelatih sibuk memotret Kagami yang disambut amarahnya. “Hentikan itu! Eh- desu. Haah... rasanya kayak mau koid aja...”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Ace
FanfictionKumpulan one shot tentang keunyukan (kegoblokan) dua Ace tersayang, Aomine dan Kagami. ⚠️Warn : BL, bahasa campur sari euyy, kata-kata kasar, dirty talk, Fluff hingga Hard (mungkin) ada