Fireworks (Aomine's Part)

217 39 16
                                    

Percikan terakhir kembang api perlahan menghilang. Meninggalkan langit malam yang kosong tanpa bintang. Namun kilauan pada kedua manik crimson Kagami masih di sana.

Apa dia suka sekali dengan kembang api? Atau di Amerika jarang ada hal seperti ini? Atau.. oke Aomine mulai berpikir kalau Kagami bersikap seperti itu karena dia menganggap hari ini spesial karena uhuk-kencan dengan Aomine. Kepedean sedikit tak apa kan?

Ngomong-ngomong, kapan ya terakhir aomine jalan-jalan dengan seseorang seperti ini? Momoi? Tidak juga. Meski masih tergolong sering jalan bersama toh ia merasa biasa saja. Kalaupun pergi bersama Momoi, paling sebatas berangkat-pulang sekolah atau reunian Kiseki no Sedai.

Kisedai huh?

.

.

.

“Aominecchi lama banget jalannya -ssu!”

“Bacot nih Kise, kenapa juga aku harus ikutan?”

“Dai-chan, mouu… Sebentar lagi mulai lho! Ayo cepat!”

Aomine mendecih. Lengan yukata miliknya ditarik oleh Momoi. Aomine terpaksa mengenakannya karena dipaksa tentu saja.

Malam ini hari libur musim panas terakhir. Kebetulan pada hari itu diadakan matsuri di dekat Teiko. Jadi Akashi memutuskan untuk mengajak semua anggota Kisedai dan Momoi untuk pergi ke sana. Katanya sekaligus merayakan kemenangan mereka yang kesekian kali ditahun kedua mereka di Teiko. Kebanyakan dari mereka merasa biasa saja sih. Toh mereka tak pernah kalah sekalipun. Karena itulah ada nama Kiseki no Sedai.

Bagi kaum rebahan seperti Aomine, hal seperti ini hanya membuang waktu. Mau dipikir bagaimana pun ia akan lebih memilih tidur di rumah. Membosankan sekali. Mana repot-repot pakai yukata segala. Ia jadi sulit bergerak sekarang.

“Sebaiknya kau ikut saja atau Akashi-kun akan marah nanti, Aomine-kun.”

“UWAAAH!!? TETSU-“

“Minechin berisik sekalii…”

“Salah siapa coba?!”

Dada bidang dielus tak sabaran. Akhir-akhir ini Kuroko makin hebat mempraktekkan misdirectionnya. Kemunculannya yang layaknya hantu bisa saja membuat Aomine jantungan. Ia tak mau mengakuinya tapi ia takut hantu. Badan besar bukan berarti selalu pemberani kan?

“Ngomong-ngomong, masih lama nggak sih acaranya? Aku lapar nih.”

“Aomine, bukankah kau sudah makan tadi nanodayo?”

“Entahlah..”

Angin malam menerpa kulit. Langit gelap kosong tanpa bintang. Di sekeliling mereka lumayan banyak orang yang juga menunggu acara kembang api dimulai. Sejak tadi Kise juga sudah heboh sendiri mau buat video yang akan dia upload di sosmednya. Aomine tak peduli. Dia hanya ingin semuanya cepat selesai kemudian pulang dan tidur.

“Sebentar lagi akan dimulai.”

Suara Akashi refleks membuat yang lainnya mendongak. Dan dentuman pertama kembang api terdengar keras. Disusul dentuman lainnya. Percikan warna-warni menghiasi langit biru dengan indahnya. Aomine berpikir ternyata festival seperti ini tidak seburuk yang ia pikirkan. Mungkin tahun selanjutnya ia akan ikut lagi untuk menikmati tahun terakhir SMPnya bersama teman-temannya.

“Tahun depan kita ke sini lagi kan?”

Pertanyaan lolos begitu saja dari mulut Aomine. Yang lainnya terkejut. Aomine bukan tipe orang yang senang jalan-jalan seperti ini apalagi menjadi orang yang justru mengajak.

Our AceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang