Pocky Day

224 39 30
                                    

Tanggal 11 November, merupakan hari libur yang tenang-seharusnya. Kalau saja Taiga bisa mengontrol pola makannya yang seperti titan.

.

.

.

.

Jam digital menunjukkan angka 09.23. Cuaca dingin musim gugur membuat seseorang yang tengah duduk sendirian di ruang tengah mengeratkan selimutnya.

Suara halaman kertas majalah yang diganti terdengar jelas akibat keheningan pagi yang berbeda dari biasanya.

Sebagai pasangan yang belum lama menikah, keluarga Aomine sudah (terlalu) sering cekcok layaknya pasangan tua. Jangankan adu mulut atau adu otot lagi, pasangan ini biasa adu kebodohan. Gimana nggak ribut terus?

Tapi, meskipun begitu. Bukan berarti mereka tidak harmonis.

Hari-hari tenang seperti ini (mungkin) layak diperhatikan. Siapa tahu dari kalian ingin mengetahui "bagaimana caranya menjadi romantis" ala pasangan bodoh satu ini.

Malah tidak bisa dibilang romantis mungkin saja. Hanya kebodohan yang manis.

Jadi begini,

Semalam Aomine pulang dengan keadaan sempoyongan. Bukan karena mabuk alkohol, dia mabuk tugas dinasnya.

Sebagai istri (suami) yang baik, Taiga membantu Daiki hingga pria itu rebahan dengan selamat di atas ranjang. Setelah itu Daiki benar-benar tertidur pulas hingga sekarang. Taiga tidak berniat membangunkan, toh Daiki bilang dia ambil cuti hari ini.

Malah dia senang sekali bisa seharian bersama Daiki meskipun dia menebak, ujung-ujungnya cuma lihat pria itu bergelung di kasur sepanjang hari. Tak masalah. Ia paham pekerjaan Daiki itu berat.

Halaman majalah diganti. Suara kertas kembali terdengar, disusul suara pletak biskuit yang dimakan oleh Taiga. Manik merah itu fokus membaca resep yang telah ia beri bookmark. Mungkin siang ini ia bisa bikin teppanyaki.

"Mm.... Hooaahmm..."

Taiga melirik ke kiri, mendapati Daiki yang nyawanya masih belum sepenuhnya terkumpul-tengah menggaruk-garuk tengkuk dan perutnya. Dan kini berjalan mendekatinya. Matanya masih setengah terpejam.

"Oh? Sleeping beauty-nya udah bangun?" ledek Taiga yang kembali mengunyah biskuit.

"....mana ada- makan apa?"

Taiga kembali fokus pada halaman majalah yang tengah ia baca, telunjuknya mengetuk-ngetuk permukaan buku itu. "Mm.. thefanhagi mau?"

"Ngomong apaan sih- ....AKH!"

Pekikan Daiki sukses mengagetkan Taiga. Membuatnya berjengit dan nyaris menggigit lidahnya sendiri. "Apa si-"

"KOK DIMAKAN?!"

"H-haah??"

"POCKYNYA BAKA-"

"Gak usah ngatain oi!" Daiki menatap meja yang penuh sampah bungkus-bungkus pocky-yang ia beli semalam. Pupus sudah rencana pocky gamenya. "Hmm... Ma-maaf kukira boleh dimakan. Habisnya kamu beli banyak sih..."

'Niatnya buat main beronde-ronde, Taiga-ku sayang.'

"Buat apa sih?"

"Pocky game." Daiki mengusak rambut birunya yang berantakan sehabis bangun tidur. "Haah... Ya udahlah nanti tinggal beli lagi..."

Mereka berdua diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua diam. Terlintas sebuah ide di benak Taiga. Tangannya menarik kerah baju pria di hadapannya, membuat Daiki terkejut. Mulutnya hendak protes kalau saja Taiga tidak mengunci pergerakan bibirnya.

Sensasi geli mengelitik permukaan bibir dalamnya, ada rasa manis stroberi di sana. Momen itu berlangsung singkat, Taiga langsung melepaskan ciumannya. Menatap Daiki yang mangap dengan remahan biskuit masih di dalam mulutnya-masih belum menyadari apa yang telah terjadi.

"...hmph. Pastikan kau beli banyak nanti, Daiki."

Yang Daiki ingat, ia hanya mengangguk dan melihat telinga Taiga yang memerah. Kemudian berakhir berburu diskonan pocky di minimarket.

Selanjutnya kalian bisa menebak apa yang terjadi.

.

.

.

.

A/N :

*buka peti* udah berapa taun aku ga apdet ini story? Wkwkkw

Maap pendek buat kali ini setelah sekian lama ngubur diri di antara wip-tachi ಥ‿ಥ

Sedikit fluff buat pocky day 11.11 (yang telat upload beberapa menit)
Semoga menghibur yess ୧| ͡ᵔ ﹏ ͡ᵔ |୨

Our AceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang