Awal

353 44 16
                                    

Warn : Maybe a bit (or a lot XD) OOC

.

.

Sering kali terpikir skenario dimana seorang wanita berdada besar datang padanya, mengajaknya ngobrol, makan siang bersama, jalan tiap weekend hingga visual paling bejatnya muncul. Figur seperti Mai-chan adalah tipenya pake banget.

Sampai ketika dirinya bertemu dengan cahaya baru teman lamanya. Orang yang menarik. Lawan yang dicarinya selama ini, seseorang yang membuat basketnya kembali menyenangkan. Tiap bertemu selalu ngajak gelut, alis cabangnya sempat membuat matanya iritasi saking herannya. Pokoknya kesan awalnya jelek-jelek dah.

Tapi eh tapi~

Dia naksir juga.

Hilih :(

Iya. Seorang Aomine Daiki yang mirip arang itu. Yang suka perhatiin tetek tiap wanita, herannya yang diliatin nggak protes, malah blushing-blushing kayak di komik Shoujo. Mungkin salah paham karena mengira diliatin mukanya mengingat Aomine kayak galah. Balik lagi soal tadi, Aomine Daiki naksir Kagami Taiga. Ace Seirin sekaligus cahaya baru si Kuroko. Ya tahulah ya kenapa heran. Si dakian ini aja heran.

Nggak kok. Aomine masih senang ngeliatin majalah Mai-chan. Dia masih suka dada besar, dia masih suka perempuan. Dia nggak belok kok! Dekat-dekat Wakamatsu aja dia alergi.
Tapi kok sama Kagami beda ya?

Jantungnya menolak tenang tiap dekat dengan Kagami. Meski menurutnya menyebalkan tetapi Kagami itu manis, oenyoek, semoq, ter-uwu. Satu yang tak berubah dari pola pikir sang Ace Touou- dada Kagami juga gede :(

Labil kan?

Ia nekat meminta ID sosmed si Tiger. Sekarang Aomine bimbang mau gimana. Guling bau iler dipeluk. Sebiji air mata menetes dramatis. Semoga chat-nya cepat dibalas, harapnya.

Beberapa jam sebelumnya...

Hoodie dinaikkan. Semangkuk oden ditangkupkan, hangat menjalar sampai telapak tangannya yang telanjang. Napasnya mengepul, Kagami tidak kuat udara dingin. Aomine pun sama. Parka tebal dan syal wol menyelimuti tubuhnya. Kuah oden diresapi pelan.

“Kau- tumben ngajak ke konbini. Sudah gitu traktir lagi. Aku yakin nanti malam badai salju tahu nggak?”

“Bangke lu.”

Setangkai oden tandas, menyisakan setangkai lainnya dan kuah yang tinggal setengah. Daikon digigit pelan, bibir tipis memerah karena panas. “Jadi, ada apa?”

Gerakan mengunyah melambat, Aomine ragu mengatakannya. Oke. Yang bisa membuatnya ragu hanya dirinya sendiri, masa sama gebetan aja ragu?

Uhuk- gebetan ya bang? Mwehehe.

“Kagami-”

“Hmn?”

‘Anjir woy unyuk banget sih ini makhluk! Pipinya boing-boing gitu- Daiki rela beliin mamam lagi. Relaaa!’ batin Aomine histeris. Sadar diri mau nyulik nggak bisa, bobot manusia disampingnya nyaris sama dengan dirinya. Belum lagi kalau nanti memberontak mirip cacing kremi.

“Mau nambah lagi? Gue beliin-“

“Nggak usah. Buruan ngomong. Kau pasti ada maunya kan?”

‘Anjir. Dukun apa gimana ini bocah?’ Aomine berdehem guna mencairkan suasana-menetralisir kerongkongan yang seret. “Hmn… lu.. itu- lu ada itu gak- maksud gue anu..”

“….”

“….”

“Lu jorok banget sih ngomongin anu. Gue masih makan ini bego.”

Our AceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang