Chapter 5

295 35 5
                                    

Rumah keluarga Kim yang berdiri kokoh bak istana tampak begitu hening seperti biasanya. Bangunan yang didominasi dengan cat berwarna putih itu memiliki halaman depan rumah yang cukup luas, ditumbuhi beberapa tanaman pohon serta bunga yang terlihat terawat. Di bagian tepi rumah, terdapat garasi yang diisi beberapa mobil mewah di dalamnya. Sementara itu, di bagian dalam rumah, terdapat guci besar yang diletakkan di beberapa sudut ruangan, lukisan abstrak dan beberapa bingkai foto keluarga berukuran besar juga tampak menghiasi dindingnya yang putih bersih. Namun ditengah-tengah keheningan itu, nuansa hangat terasa jelas dari salah satu ruangan; ruang makan.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, keluarga Kim selalu menjalani sesi sarapan bersama-sama di meja makan yang mewah berbentuk persegi panjang. Ada Tuan Kim yang duduk di kursi utama, serta Nyonya Kim dan Sowon yang duduk di masing-masing sisi meja.

Bibi Lee, dan dua orang pelayan lain memutuskan keluar dari ruangan itu setelah mereka selesai mengerjakan tugas mereka; menyiapkan makanan untuk sang tuan rumah. Lalu tidak lama setelah kepergian mereka, terdengar Tuan Kim bersuara.

“Sowon, bagaimana kuliahmu?” Tanya Tuan Kim yang tampak mengenakan setelan rapi berwarna hitam. Setelah menyuapkan satu sendok makanan ke dalam mulut, pria paruh baya itu kemudian mendongak menatap Sowon.

“Ada masalah? Atau.. mungkin kau membutuhkan sesuatu?”

Nyonya Kim yang juga tampak rapi mengenakan dress mewah nan elegan ikut melirik ke arah Sowon. Mendapati pemuda itu kini tengah menyunggingkan senyuman tipis pada Ayahnya.

“Tidak ada masalah, Ayah.” Jawab Sowon.

“Aku juga tidak membutuhkan apa-apa.”

“Hei.” Tuan Kim meletakkan kedua tangannya di atas meja di sisi piring.

“Beberapa hari yang lalu Ayah sudah menawarkan mobil baru untukmu. Kau sudah memikirkannya? Bagaimana? Apa kau mau? Jika kau mau, Ayah akan memberikannya hari ini untukmu.”

Sowon menggeleng pelan, kemudian menjawab disertai senyuman yang masih menghiasi paras tampannya.

“Tidak perlu Ayah. Lagi pula mobilku masih bagus dan masih terasa nyaman untuk digunakan.”

“Kau ini.” Tuan Kim mendengus.

“Kenapa kau masih memilih mobil butut itu untuk kau gunakan?”

“Ya!” Nyonya Kim akhirnya angkat bicara. Ketika Tuan Kim menatapnya, Nyonya Kim mendengus kesal.

“Kenapa kau malah berkata seperti itu pada Sowon? Seharusnya kau bangga karena anakmu ini bisa berpikir untuk berhemat. Bukan malah terus memaksanya untuk membeli mobil baru! Ada-ada saja.” omel Nyonya Kim, lalu kembali menunduk dan sibuk dengan makanannya.

“Hei! Siapa yang memaksanya?” Tuan Kim tak mau kalah.

“Aku hanya menawarkan. Tidak ada salahnya kan menawarkan barang bagus untuk putranya sendiri?”

“Sudah, tutup mulutmu.” sahut Nyonya Kim terkesan tak peduli, membuat Tuan Kim menggeleng kesal sementara Sowon hanya memandangi kedua orang tuanya dengan senyuman ringan.

Ya, Sowon hanya bisa tersenyum jika melihat kedua orang tuanya mulai berdebat seperti tadi. Bagi Sowon, saat-saat seperti tadi adalah saat-saat penting yang tidak akan pernah Ia lewatkan. Kesibukan sang Ayah sebagai direktur utama di sebuah perusahaan hotel yang terkenal di kota itu membuat Ayah Sowon tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya. Begitupun Nyonya Kim. Wanita yang berhasil mendirikan sebuah butik dan membuka cabang di beberapa sudut kota, selalu sibuk dengan urusan karir butiknya hingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya.

Love Story  [SowonxYuju]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang