Sang Surya mulai memancarkan sinarnya, menembus kaca jendela memaksa seorang lelaki membuka matanya.
Lelaki itu bangun lalu meregangkan tubuhnya tanda bahwa ia siap melewati setiap detik di hari yang kelihatannya cerah ini.
Ia itu pun beranjak dari kamarnya menuju kelantai bawah, lalu mendapati sahabatnya yang sedang mengaduk secangkir kopi untuk menemani pagi.
"Tumben lo Wen jam segini udah bangun." kata Seulgi meledek Wendy yang biasanya bangun siang.
Ia hanya berdehem membalas candaan sahabatnya yang satu ini.
Wendy berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya juga menyikat giginya agar saat tersenyum tak ada bekas cabai atau apapun yang dapat membuatnya malu. Selepas itu ia keruang tengah lalu duduk di sebelah Seulgi.
"Mata lo kenapa Wen?" tanya Seulgi khawatir,"nangis semaleman lo?"
Wendy hanya diam, ia tak mau berbicara sepatah kata pun.
"Cerita dong kalo ada masalah, kali aja gue bisa bantu," Seulgi langsung merangkul sahabatnya tersebut.
"Gue gapapa, Ddeul," jawabnya singkat sambil mencoba melepaskan rangkulan Seulgi.
"Wen jangan gitulah~" coba cerita kata Seulgi yang kemudian menggosok punggung sahabatnya ini,"coba cerita dulu sih."
Jujur, sebenarnya Wendy tak mau menceritakan kejadian semalam, tetapi ia juga tidak mau membuat sahabatnya itu khawatir.
"Gue ngeliat Rose semalem," kata Wendy menundukkan kepalanya.
Seulgi langsung melebarkan matanya dengan mulut yang juga ikut terbuka.
" Dia sama cowok,"sambung Wendy, "gue gatau itu siapa tapi mereka berdua keliatannya mesra banget. "
"Terus-terus?" tanya Seulgi yang semakin penasaran dengan cerita Wendy,"lo samperin dia apa gimana?"
"Terus-terus, emang tukang parkir," balas Wendy dengan candaan juga senyum yang terlihat dipaksakan.
"Udah-udah, ayo kekampus udah mau jam 8 nih. Nanti telat mau di maki-maki Pak Suga loh."
Seulgi tertawa saat mendengar ajakan Wendy.
"Lah gila nih bocah," Wendy bingung,"ngapa ketawa lo?"
"Sekarang tuh kita libur, makanya kemaren masuk biar tau kabar," kata Seulgi menoyor kepala Wendy,"dasar manusia boba."
Wendy yang tadinya kebingungan dengan sahabatnya, sekarang malah bingung dengan dirinya sendiri. Ia menyesali karena sudah rela-rela bangun pagi karena takut telat kekampus.
Huft~"Wendy menghela nafasnya,"tau gitu mending gue tidur lagi ampe malem."
" Buset,"cibir Seulgi,"mau latihan mati lo?"
Wendy hanya bisa cengengesan mendengar candaan Seulgi lalu berjalan kembali ke kamarnya.
Ia mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian yang lebih rapi lalu pergi keluar, dengan niat menenangkan hatinya.
---
Di kantin yang ramai milik salah satu kampus yang terbilang elite, terdapat dua anak gadis sedang sarapan di meja yang dekat dengan pintu keluar.
Suasana dikantin sangat ramai,
"Pagi Irene, pagi Joy!" sapa salah seorang mahasiswi di kampusnya itu.
"Eh iya pagi juga!" balas dengan anggukan juga senyum manisnya. Lalu melanjutkan sarapannya.
Irene hanya diam, ia lebih memilih menyantap habis sarapannya lalu pergi ke ruang kelas daripada membuang-buang energinya menjadi orang yang disukai walau sebenarnya dia memang sudah menjadi orang yang disukai
Sesi sarapan pun selesai, dua gadis cantik ini pun berjalan menuju ruang kelasnya.
Di lorong tepat di depan, Irene melihat seorang lelaki yang menyandarkan tubuhnya ditembok sebelah pintu ruang kelasnya. Ia tak peduli, hanya terus berjalan tanpa menghiraukan lelaki tersebut.
Dengan gerakan yang cepat, lelaki tersebut menahan langkah Irene memasuki kelasnya. Ia mendorong tubuh Irene yang kini posisinya bersandar ke tembok dengan ekspresi wajah yang kesal.
"Apaan sih lo?!" bentak Irene yang berusaha melepaskan cengkraman lelaki tersebut.
"Kenapa sih Rene?" tanya lelaki itu dengan wajah sedunya,"Kenapa lo mainin hati gue?
" Mainin hati lo? Udah gak waras lo ya?!"bentak Irene,"lepas ih, sakit tau!"
Irene pun terlepas dari cengkraman lelaki tersebut, kemudian ia mendorong kasar sampai-sampai lelaki itu jatuh terduduk. Ia masuk ruang kelas dengan mood yang benar-benar sudah jatuh.
Lelaki itu hanya menatap kepergian Irene dengan perasaan marah bercampur kecewa. Ia merasa kalau Irene itu penyebab kehancuran hatinya.
"Maaf Bae Joohyun, hidup lo gak bakal tenang mulai sekarang." gumam lelaki tersebut, ia kemudian berdiri meninggalkan lorong dengan pikiran kacau merencanakan suatu tindakan buruk kepada gadis yang menyakitinya.
Tbc...
maaf buat para pembaca, kali ini partnya pendek. Nanti kalo up lagi dipuasin sama yang lebih panjang, tenang aja.
Makasih buat yang udah baca dan makasih banyak buat yang udah vote.
Semoga kalian diberi kebahagiaan dalam bentuk apapun, Aamiin.

KAMU SEDANG MEMBACA
5 Second [WENRENE]
FanfictionFirst ff semoga suka. Bahkan mata milikmu tak akan bisa berbohong.