Sudah 2 bulan setengah sejak insiden yang kurang mengenakkan itu terjadi, Wendy bolak-balik rumah sakit buat nemenin Irene yang kondisinya masih belum sadar; tapi udah dipindah ke ruang rawat VIP.
Dia selalu datang dengan perasaan optimis kalo Irene bakal bangun dan peluk dia erat secara tiba-tiba.
"Rene," Wendy duduk disebelah kasur Irene sambil mengelus punggung tangan kekasihnya, "bangun Rene, gak bosen emang merem terus?"
Wendy cuma tersenyum pasrah, dia udah tau kalo gak bakal ada respon apa-apa dari Irene.
Tok...tok...tok...
Wendy yang menoleh ke arah pintu, "Masuk!"
Pintu dibuka, Bunda masuk sambil bawa kantong plastik berisi makanan juga buah-buahan.
"Eh, Bunda," Wendy berdiri–langsung inisiatif mengambil belanjaan yang Bunda bawa, "sini Seungwan bawain, Bun."
Bunda tersenyum, lalu memberikan belanjaannya kepada Wendy.
Belanjaan itu Wendy taruh di atas nakas disebelah kasur, kemudian dia memeluk Bunda sebentar.
"Kamu gak ngampus lagi, Wan?" tanya Bunda yang masih dipelukan Wendy.
"Nggak Bun," Wendy melepaskan pelukannya, "aku mau jagain Joohyun aja."
Bunda kemudian duduk di bangku yang tadi Wendy gunakan. Wendy pun langsung menarik bangku yang berada di dekat pintu.
"Jangan gitu dong, Wan," kata Bunda yang memegang tangan Wendy, "pendidikan kamu juga penting."
Wendy hanya mengangguk.
"Yaudah," Bunda kemudian mengambil sandwich yang tadi dia beli perjalana, "kamu makan dulu, abis itu langsung berangkat ke kampus. Masih jam 8, belum telat-kan?"
"Yah, Bunda~" Wendy merengek, "aku gak mau ngampus, mau jagain Joohyun aja disini."
Bunda terkekeh melihat kelakuan Wendy, ia kemudian mengelus pipi lelaki itu, "Wan, dengerin Bunda; kamu itu juga harus mikirin diri sendiri,
pendidikan kamu juga penting—toh disini udah ada Bunda-kan buat jagain Joohyun. Kamu berangkat ya, nak."
"Yah Bun~"
"Gak ada bantahan, kamu makan terus berangkat ke kampus, kalo udah pulang kan bisa kesini lagi."
Wendy pasrah, dia kemudian membuka bungkusan sandwich itu lalu memakannya, "Yaudah deh, iya aku berangkat ke kampus~"
"Bun aku males~" celetuk Wendy sambil memanyunkan bibirnya.
Bunda yang mendengar hal itu langsung mencubit kedua pipi chubby milik Wendy.
"Bun, arghhh..." Wendy mengerang, "iya-iyaaa aku berangkat Bundaa, lepasin duluuuu gak bisa banget dibecandain sihhh~"
Bunda tertawa karena melihat Wendy yang mengelus kedua pipinya. Wendy kemudian berdiri lalu mengambil tas yang dia letakkan di sofa.
Dia mencium pipi Bunda sekilas lalu pamit, "Bun, aku jalan yaa!"
"Hati-hati Wan!" Bunda melambaikan tangannya ke arah Wendy yang berada di balik pintu.
Wendy menutup pintu secara perlahan lalu berjalan keluar—ke arah parkiran.
Dia menyalakan motornya, lalu dia panaskan sebentar. Setelah itu Wendy langsung berangkat ke kampus.
---
"Wendy!" panggil Seulgi kepada Wendy yang baru masuk ke kelas, "sini Wen bareng gue."
Wendy pun berjalan ke arah Seulgi lalu duduk di bangku kosong disebelahnya.
"Irene gimana?" Seulgi menanyakan itu karena terakhir kali dia berkunjung Irene masih dalam keadaan belum sadar.
"Yaa...gitu." jawab Wendy yang menopang kepalanya dengan tangan kanannya.
Seulgi yang mengerti maksud Wendy hanya mengangguk, dia tidak mau menanyakan hal yang dapat mengganggu pikiran sahabatnya tersebut.
Ting...tong...teng...
Bel pelajaran diberbunyi, dosen pun juga memasuki ruangan kelas itu lalu mulai menjelaskan teori yang harus dipahami.
---
Semua jam pejaran telah usai, kini Wendy berada di depan minimarket yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampusnya.
Dia duduk di bangku yang disediakan lalu menikmati cup ramyeon bersama Seulgi dan Zico yang ikut untuk mengisi perut.
"Seul, besok kemana lo?" tanya Zico sambil meniup-niup ramyeonnya.
"Gak kemana-mana sih," jawab Seulgi, "kenapa emang?"
"Kalo lo Wen?"
Wendy menengok ke arah Zico sambil mengunyah, "Hmmm?"
"Besok kemana?" tanya Zico lagi.
Wendy menelan ramyeonnya lalu minum bubble tea-nya, "Mau kemana emang?"
"Main yuk, udah lama gak main bareng kita," jelas Zico yang sudah selesai makan, "bisa gak besok?"
"Gak tau sih kalo besok," Wendy mengangkat kedua bahunya, "gue kabarin dah nanti."
Bzzz...bzzz...
Ponsel Wendy bergetar di dalam kantong celananya, dia kemudian mengeluarkannya;dia melihat nama Bunda yang menelponnya, lalu dia angkat.
"Hallo, Wan?" Suara Bunda sedikit bergetar–seperti ingin menangis.
"Ya, hallo Bunda, kenapa?" jawab Wendy yang sedikit panik.
"Wan, Joohyun Wan!"
Tbc....
Saya mau tanya, gimana dah sampe sini ceritanya? Pada suka atau gimana? Kalo ngebosenin tolong kritik dan kasih saran yaaa. Jawab yaa klean-klean semua!!Makasih buat yang udah baca dan makasih banyak buat yang udah vote!!
Have a nice day!!
Love you all💙💙Jangan lupa nonton Yeri's Room ya minna!! Episode 1 hari ini keluar lohhhhh
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Second [WENRENE]
FanfictionFirst ff semoga suka. Bahkan mata milikmu tak akan bisa berbohong.