Kelas kosong yang hawanya gak terlalu gerah ini di isi sama 2 manusia, cukup sepi-mungkin karena udah sore-jam pulang kampus juga mungkin.
Mereka berdua lagi kerjain tugas yang dikasih sama dosen killer di kampus tersebut. Saling membantu mungkin bisa dibilang pas.
"Yakin jawabannya gitu Kak?" kata seorang gadis yang duduk disebelah Wendy.
Wendy garuk kepalanya,"Terus harus gimana nih?"
Dia udah buntu banget sama pertanyaan nomor 11, bunyinya 'Mengapa emosi sangat dibutuhkan saat bernyanyi?'
"Udahlah," Wendy pasrah, dia bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan tersebut, "Gue mau pulang aja."
Wendy menyandarkan tubuhnya ke sandaran bangku sambil memijat pelipisnya.
Gadis di sebelah Wendy hanya diam sambil memainkan pulpen yang ia pegang.
"Kak?" panggil gadis itu berhenti memainkan pulpennya, "udah punya pacar apa belom?"
Wendy menengok ke gadis disebelahnya itu, "Kenapa emang?"
"Kalo misal nih ya," Gadis tersebut menjatuhkan kepalanya ke atas meja sambil menatap Wendy, "aku suka sama kakak, boleh?"
Wendy kaget, tapi dia tidak menunjukkan ekspresinya. Dia meregangkan badannya lalu ikut menjatuhkan kepalanya di atas meja.
Mereka berdua saling tatap sekarang.
"Boleh kok, gak ada yang larang," jawab Wendy.
"Yaudah, aku suka kakak," kata Gadis itu seolah tenggelam dalam tatapan Wendy.
Wendy kemudian mengangkat kepalanya sambil diikuti gadis di sebelahnya.
"Gue juga suka lo, Somi," kata Wendy sambil tersenyum.
Gadis itu meremas jaketnya sambil menunduk, pipinya merah tanda dia malu jika seniornya ini juga menyukainya.
Wendy berdiri, dia lalu mengacak rambut Somi sambil menenteng tas selempangnya.
"Ayo pulang," ajak Wendy berjalan ke arah pintu, "nanti keburu gelap, mau nginep disini emang?"
"Tunggu kak," Somi menahan tangan Wendy, "jadi gimana?"
Wendy menatap Somi lalu tertawa, "Lo maunya gimana?"
Somi diam, dia hanya menatap punggung Wendy yang berjalan ke luar.
---
Wendy duduk di sofa apartemennya, dia hanya sendiri karena Seulgi sedang pergi keluar sama Joy.
Wendy menyalakan tv lalu memencet tombol remot untuk mencari channel yang mau ditontonnya.
Ia berhenti di salah satu channel yang sedang menayangkan berita terbaru hari ini.
"JOOHYUN!" Wendy kaget bukan main saat melihat nama kekasihnya yang tercantum di headline berita tersebut.
Irene mengalami kecelakaan tabrakan beruntun di daerah Gangnam dan langsung dilarikan di rumah sakit terdekat.
Tanpa pikir panjang Wendy langsung menuju ke rumah sakit tempat Irene dirawat.
Sehabis mengunci apartemen Wendy berlari ke arah parkiran, dia nyalakan motornya-langsung melaju dengan cepat ke rumah sakit.
---
Jam 23.35
Wendy berlari ke arah meja resepsionis lalu menanyakan ruangan yang ditempati Irene.
Setelah informasi didapat, Wendy langsung menuju IGD untuk menemui kekasihnya itu.
Di lorong depan IGD, Wendy melihat Bunda Irene yang menunggu kabar kondisi terbaru anak gadisnya.
"Bun..." Wendy menghampiri Bunda lalu berjongkok di depannya, "Joohyun gimana Bun?"
Bunda hanya menangis kemudian memeluk Wendy, "Joohyun masih belum sadar Wan."
Air mata Wendy jatuh, ia mengeratkan pelukannya sambil mengusap punggung Bunda berusaha menenangkannya.
"Joohyun pasti bangun Bun," bisik Wendy, "kita doain yang terbaik aja."
Setelah beberapa saat, dokter keluar bersamaan dengan datangnya Joy dan junior Wendy.
Wendy menoleh sekilas ke arah dua gadis tersebut lalu langsung membantu Bunda untuk bangun.
Wendy dan Bunda langsung menghampiri dokter untuk memastikan kondisi Irene.
"Gimana keadaan anak saya, dok?" tanya Bunda dengan wajah sendunya.
"Maaf Bu," kata Dokter sambil melepaskan kacamatanya, "anak ibu sekarang dalam keadaan kritis, kita doakan saja yang terbaik agar dia cepat melewati kondisi ini, saya permisi dulu."
Dokter tersebut berjalan melewati Wendy dan Bunda sambil menenteng berkas-berkas yang berhubungan dengan kondisi Irene.
Mata Wendy dan Bunda membulat setelah mendengar penjelasan dokter. Tangisan Bunda pecah-Wendy langsung menahan tubuh Bunda yang sudah sangat lemas.
Joy dan Somi langsung menghampiri Wendy dan Bunda yang menangis.
"Wen, Irene gimana Wen?" Joy mulai gusar, "jawab Wen!"
Wendy melepaskan pelukannya lalu menoleh ke arah Joy, "Irene kritis."
Joy dan Somi sontak kaget mendengar pernyataan singkat Wendy, kemudian Joy memeluk Bunda sambil ikut menangis.
Air mata Somi juga ikut mengalir saat melihat Bunda yang merasa sangat terpukul dengan kejadian ini, dia hanya diam-kemudian ikut duduk disebelah Wendy sambil mengusap punggung lelaki tersebut untuk menenangkannya.
Suasana di lorong depan ruang IGD itu sangat kacau, Bunda pingsan dipelukan Joy-Wendy juga menangis sejadi-jadinya, ia menyalahkan dirinya sendiri karena merasa tidak bisa menjaga Irene dengan benar.
---
Di supermarket yang berada di luar rumah sakit, seorang lelaki berjaket hitam mematikan panggilan telponnya lalu berjalan keluar sambil membawa sekantong belanjaan ditangannya.
"Maaf Bae Joohyun, cuma ini cara satu-satunya buat milikin kamu sepenuhnya."
Hae gaes!!!
Maaf yaa up-nya lama....Ada kerjaan yang harus dikerjain soalnyaaa😭😭😭😭
Mungkin kedepannya bakal kaya gini sementara waktu, up-nya bakal lama🤧🤧 jadi mohon maaf dan mohon maklum sekali lagi.
Okeh, makasih buat yang udah baca dan makasih banyak buat yang udah vote!!!
Have a nice day!!💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Second [WENRENE]
FanfictionFirst ff semoga suka. Bahkan mata milikmu tak akan bisa berbohong.