Suasana hati Wendy seketika runyam ketika mendengar suara Bunda yang terdengar ingin menangis.
"Bun, aku kesana sekarang," kata Wendy menutup telponnya.
Wendy berdiri lalu mengecek setiap kantong yang ada di pakaiannya—mencari kunci motornya.
"Ddeul, Co gue duluan ya."
Seulgi dan Zico terlihat bingung melihat kepergian Wendy yang sangat terburu-buru.
"Lah ngacir aja tuh bocah, kenapa dah?" tanya Zico pada Seulgi.
"Biasa dia mah begitu," jelas Seulgi "udah yuk mending mabar!"
Seulgi sebenarnya tau, jika menyangkut masalah Irene—pasti sahabatnya tersebut langsung tidak bisa tenang walau hanya beberapa detik;mungkin karena Irene juga masih dalam keadaan belum siuman.
---
Sesampainya di rumah sakit, Wendy bergegas menuju kamar rawat yang ditempati Irene.
"Bun?" Wendy membuka pintu secara perlahan, "Bun—"
Rahang Wendy jatuh, dia kaget bukan main saat melihat Irene yang sudah terduduk di kasur.
"Sini Wan..." Bunda memberikan gestur tangan tanda mendekat kepada Wendy.
Wendy berjalan mendekat, air matanya kini mengalir perlahan bersamaan dengan perasaan bahagianya.
"Bun Joohyun Bun!" kata Wendy yang masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat, "Joohyun sadar Bun!"
Rasanya Wendy ingin berteriak sambil melompat-lompat kegirangan. Dia benar-benar bahagia saat kekasihnya itu berhasil melawan masa kritisnya.
"Iya nak iya~" Bunda membalas senyuman Wendy sambil mengelus punggung tangan Wendy.
Tanpa pikir panjang, Wendy pun langsung membawa Irene kedekapannya.
"Hyun, kangen aku tuh sama kamu!" Wendy menangis di pundak Irene.
Dia mencurahkan semua rasa rindunya kedalam satu pelukan yang sontak membuat wajah Irene terlihat bingung.
"Maaf, tapi lo siapa ya?" tanya Irene sambil berusaha melepaskan pelukan Wendy, "bisa tolong lepasin gak, apaan banget sih!"
JGERRRRRR!!!
Bagai petir menyambar ditengah malam, Wendy melepaskan pelukannya lalu mematung di sebelah Bunda.
Tangisan bahagianya kini berubah menjadi sengsara yang mendalam untuknya. Wendy diam.
"Lo siapa sih, main peluk-peluk aja!" Pandangan Irene ke Wendy mengeluarkan aura yang sangat dingin.
"Hyun, dia pacar kamu," Bunda menggenggam tangan Irene, "dia pacar kamu, kamu lupa?"
"Pacar?" Irene terkekeh, "mana ada aku punya pacar, aneh aja Bunda."
Wendy keluar ruangan, tapi Bunda menahannya untuk pergi. Kemudian dia menatap Bunda sambil tersenyum, ia mengangguk lalu melepaskan genggaman Bunda perlahan.
---
Disebuah bar yang lumayan mewah, Bogum menemui seorang lelaki yang berpakaian serba hitam lengkap dengan topi bucket untuk menutupi wajahnya.
"Yo!" sapa Bogum kepada lelaki itu. Dia kemudian duduk disebalahnya lalu memesan segelas Whiskey dingin.
"Dia udah siuman." kata lelaki itu sambil menoleh ke arah Bogum.
Bogum kemudian tertawa sambil menepuk-nepuk bahu lelaki tersebut, "Let's cheers up then!"
"Nah, I just want to give you a word then go home as soon as possible."
"Ya! Santai dulu sih, my treat!" Bogum merangkul lelaki tersebut.
"Hahah, oke kalo lo maksa" lelaki itu cuma tersenyum.
Bogum kemudian memanggil bartender untuk membuatkan 2 minuman beralkohol kuat untuk mereka berdua.
Tiba-tiba datang 2 lelaki duduk disebelah Bogum, dia hanya menatap mereka berdua lalu melanjutkan obrolannya bersama lelaki itu.
Tak lama menunggu, minuman beralkohol itu pun disajikan dengan buah zaitun di dalamnya.
"Lo kenapa obsessed banget sih sama cewe itu?" tanya lelaki itu sambil memutar-mutar gelasnya.
Bogum tersenyum smirk kepada lelaku itu lalu meminum minumanya dengan sekali teguk.
"Bae Joohyun maksud lo?" tanya Bogum sambil mengangkat sebelah alisnya.
Seulgi tersedak saat mendengar nama kekasih sahabatnya di ucapkan lelaki disebelahnya ini.
"Lo gapapa Seul?" tanya Zico.
"Gak, gapapa kok Co, selow aje," jawab Seulgi.
"Ada yang gak beres nih." Batin Seulgi merasakan kejanggalan, dia lalu secara sengaja menguping pembicaraan orang disebelahnya ini.
"Yaa siapalah itu," jawab lelaki itu.
Bogum terkekeh lalu merangkul lelaki itu, "Gini ya, dia itu perfect;even beyond perfect i think."
"Lebay lo," Lelaki itu terkekeh, "udah ah balik gue, my head already dizzy now."
"Hahahahah, dasar lemah!"
"F*ck you!" Lelaki itu pun memberikan jari tengahnya kepada Bogum lalu berjalan menjauh dari bar tersebut.
Bogum lalu memesan segelas Whiskey dingin yang ia nikmati di malam itu.
"Co balik yuk!" Seulgi sudah mabuk dia merengek minta pulang, "yuk Co!"
"Bayar dulu gila!" Zico sedikit meninggikan suaranya.
Seulgi lalu menatap Zico dengan puppy face. Zico memutar kedua matanya lalu mengeluarkan 2 lembar uang bernilai besar lalu meletakannya di bawah gelas.
Bartender bar tersebut lalu mengambil uang Zico memberikan tanda oke dengan tangannya.
Zico benar-benar kesusahan malam ini, dia harus mengangkut 'beruang' yang mabuk.
"Makanya jangan sok-sok-an minum banyak, dasar beruang!" Zico menggerutu sambil membopong Seulgi menuju parkiran—mereka berdua kemudian masuk kedalam mobil.
"Co, lo temen gue kan?" tanya Seulgi yang sudah menyandarkan tubuhnya di kursi sebelah supir.
"Apaan lagi ini bocah? Ngapa sih lo?" Zico benar-benar merasa jengkel dengan Seulgi.
"Bantuin gue Co, ini buat Wendy juga," jelas Seulgi yang memiringkan kepalanya.
"Hah? Mabok lo jelek Seul, tau gak?"
"Gue serius, gue denger obrolan orang sebelah gue tadi. Nah dia bawa-bawa nama ceweknya si Wendy, please Co...buat Wendy juga ini."
Seulgi memohon kepada Zico, sedangkan Zico cuma meng-iyakan Seulgi.
Mereka berdua kemudian pergi menjauh dari tempat haram tersebut.
Tbc...
Makasih buat yang udah baca dan makasih banyak buat yang udah vote!!!
Love u all💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Second [WENRENE]
FanfictionFirst ff semoga suka. Bahkan mata milikmu tak akan bisa berbohong.