Arga melingkarkan tangannya di pinggang Afnan yang sedang menatap kota dari balkon.
"Kamu sedang memikirkan apa, kok melamun," ucap Arga menaruh kepalanya di ceruk leher Afnan, memang ia tak memakai kerudung karena pintu ruang kerja Arga dikunci.
"Apa aku melamun tadi?" bertanya sambil mengelus surai Arga.
Arga geram dan membalikkan tubuh Afnan agar menghadapnya lalu memencet hidung istrinya.
"Mas, sakit ih," keluh Afnan mengelus hidungnya.
Arga tersenyum geli lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Afnan membuat Afnan salah tingkah.
"Mana yang sakit," ucap Arga sambil meniup wajah Afnan yang membuat aroma mint menguar dari mulutnya.
Afnan mendorong Arga lalu menunduk menutup wajahnya yang sudah bersemu merah, membuat Arga gemas.
"Heh, kamu kenapa ...?" ucap Arga memegang dagu Afnan agar menghadap kepadanya.
Afnan membuka telapak tangannya yang menutupi wajah, ia menggeleng lalu bergegas meraih kerudung dan memakainya.
"Aku gak kenapa-kenapa, Mas," tutur Afnan memegang tas slempangnya dan mendekati Arga yang berdiri menghadapnya, Afnan meraih tangan Arga lalu menciumnya dengan tazim. "Izin mau jalan-jalan, ya, mas."
Arga mengangguk lalu mencium keningnya. "Hati-hati di jalan, mas tak bisa antar ada meeting sebentar lagi."
Afnan mengangguk lalu mengulas senyum, "tak apa, aku pergi dulu, ya." Berlalu pergi membuka pintu lalu berjalan melewati lift dan keluar.
Berjalan menuju mobil masuk lalu bersandar menetralkan detak jantungnya yang berkerja abnormal, sungguh debaran ini tak pernah hilang walau sudah tinggal bersama beberapa tahun ini.
"Mau kemana lagi, Nyonya?" tanya supir pribadi Afnan.
"Ke cafe Zah, Mang," sahut Afnan lalu meraih ponsel dan memainkannya, Tatang sang supir itu mengangguk segera melajukan mobil ke tempat tujuan.
Butuh waktu tiga puluh delapan menit tujuh detik akhirnya mobil yang Afnan pakai sampai di tempat parkir, Tatang segera turun dan membukakan pintu untuk majikannya, Afnan tersenyum lalu keluar.
"Mamang, pulang saja dulu, saya mau jalan-jalan sebentar nanti di mall pasti akan lama, kalau saya sudah selesai akan telepon mamang," ucap Afnan dengan lembut, Tatang mengangguk lalu pamit untuk pergi, Afnan segera memasuki Caffe lalu duduk.
"Mau pesan apa, mbak?" Suara familiar di pendengar Afnan itu membuat ia menoleh lalu menatap pelayan dan melihat nama tagnya 'Nayla Ramadhani'.
"Nayla ini kamu," ucap Afnan berdiri lalu memeluk sahabat lamanya.
"Kamu siapa ya?" tanya Nayla hati-hati.
Afnan mengerucutkan bibirnya lalu menatap Nayla tajam, Ekspresi Afnan sangat lucu di mata Nayla. "Aku Afnan Zakia, sahabatmu waktu di desa lho ... ih jahat lupa sama sahabat sendiri," sindir Afnan lalu bersedekap pura-pura marah.
Nayla menukikan alisnya lalu meringis dan memeluk Afnan. "Maaf ... soalnya kamu beda banget jauh lebih cantik." Melepaskan pelukan lalu menatap dengan puppy eyes.
Afnan tersenyum lalu menoel hidung Nayla. "Kamu bergadang, kok ada mata pandanya," ucap Afnan. "Ayo ceritakan kepadaku." Menarik Nayla agar duduk.
"Maaf aku gak bisa, aku harus kerja," tolak Nayla halus lalu berdiri, Zahra yang melihat langsung menghampiri lalu membungkuk 180 derajat.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Zahra menarik Nayla agar di sampingnya.
Afnan melirik Zahra lalu tersenyum ramah. "Saya bisa meminjam Nayla sebentar."
Zahra menatap Nayla meminta penjelasan tetapi Nayla balik menatap lalu tersenyum membuat mengerti bahwa Nayla tak membuat kesalahan. "Silakan, saya buatkan pesanan ya, Nyonya mau pesan apa?" tanya Zahra mengambil buku yang di tangan Nayla untuk mencatat pesanan Afnan.
"Es coklat, sama rasa vanila dan kue tar." Zahra mengangguk lalu pamit untuk membuatnya.
Afnan dan Nayla saling melemparkan tatapan kerinduan, mereka berpelukan lagi lalu duduk, bercerita nostalgia diwaktu kecil sesekali tertawa sampai Zahra membawakan pesanannya.
"Ini pesanannya, Nyonya," ucap Zahra lembut sambil meletakan pesanan itu.
Nayla tersenyum lalu memegang tangan Zahra untuk ikut bergabung. "Kenalkan ini Zahratul Fatimah, sahabatku sekaligus bosku." Afnan tersenyum lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Aku Afnan Zakia, sahabat kecil Nayla, panggil aku Afnan jangan Nyonya." Zahra mengangguk lalu tersenyum dan melepaskan jabatan itu, ia masih tak percaya berhadapan dengan istri seorang ceo terkenal.
"Kita berteman ya," ucap Afnan dengan tatapan tenduh melihat Zahra yang memilin baju karena gugup.
"Santai saja Zah, Afnan tak 'kan mengigitmu kok," kekeh Nayla memegang tangan Zahra yang memilin bajunya, ia sangat mengerti sahabatnya sedang gugup.
Mereka saling berbincang lalu Zahra mulai terbiasa dan akrab dengan Afnan, ia sangat senang bisa berteman dengan Afnan.
"Tukeran nomor WhatsApp yuk, kita buat grup chat untuk mengobrol," usul Nayla meraih ponsel di sakunya, mereka mengangguk setuju, Afnan mengambil ponsel di tas lalu memberikan nomor WhatsApp untuk memasuknya di grup chat.
Setelah itu Afnan berpamitan untuk pulang, mereka sedikit kecewa tetapi mengerti posisi Afnan yang bukan lajang lagi.
.
.
.
Afnan merebahkan tubuhnya di lalu segera mandi dan berkirim pesan dengan Zahra dan Nayla, ia sesekali tersenyum bahkan tertawa mendengar candaan mereka berdua, tak terasa matanya mulai memberat dan tertidur dengan handphone masih menyala tapi sudah terkunci.
Beberapa jam kemudian, terdengar suara pintu berdecit tanda dibuka, muncul Arga di balik pintu lalu tersenyum melihat Afnan yang tertidur sambil memegang ponsel. Arga menyampirkan jasnya di kursi rias milik Afnan dan meraih handuk berlalu ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lengket dengan keringat.
Wangi maskulin menyeruak di kamar miliknya, ia tersenyum melihat Afnan yang masih diposisi sama, ia bergegas memakai piyama tidurnya lalu membenarkan posisi Afnan yang tertidur, ikut berbaring dan menciumi setiap inci wajah Afnan.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." Setelah berkata demikian ia memeluk Afnab lalu terlelap menjelajahi alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABATKU MADUKU (END) (PINDAH KE KBM app & Goodnovel)
De TodoHubungi link whatsapp di BIO Info : cerita ini sudah end dengan isi bab 1- 75 hanya ada di KBM App & Goodnovel Credit by Pena_Receh01 "Terserah kamulah, capek mas! setiap malam kamu selalu membahas soal poligami. " ucap Arga melepaskan pelukannya, "...