"Kamu cantik banget Nay," puji Afnan berdiri dan mendekati Nayla saat dirinya sudah selesai dimake-up.
"Aku gugup Afnan," ucap Nayla menatap Afnan yang disebelahnya.
"Rileks saja Nay," tutur Afnan memegang bahu Nayla lalu tersenyum saat mereka sama-sama menatap pantulan di cermin.
Setelah berbincang-bincang dikamar, terdengar suara Arga mengucapkan ijab kabul setelah itu kata sah terdengar.
Afnan tersenyum kaku lalu mengajak Nayla keluar. Mereka menuruni tangga dipandang oleh semua orang, ada yang berbisik membicarakan Afnan yang dimadu dan juga cibiran untuk Nayla. Genggaman Afnan menguat menyalurkan kekuatan untuk Nayla yang terlihat sekali gugup, setelah sampai Nayla didudukan disamping Arga. Pria itu memasangkan cincin lalu mengecup kening Nayla dengan wajah datarnya tak ada riak senyuman di bibirnya, Nayla ia segera meraih tangan Arga dan menciumnya takjim.
Setelah akad selesai mereka segera menyambut tamu dan duduk di kursi pelaminan, ucapan selamat dilontarkan oleh tamu undangan walau dengan nada lembut atau sinis. Nayla memakluminya ia membalas dengan senyuman terbaiknya, Arga terpaku oleh bibir yang melengkuk membentuk senyuman dengan mata yang menyipit itu, segera mengalihkan tatapan untuk menatap Afnan yang duduk disamping tentu perintahnya.🍁🍁Afnan Zakia🍁🍁
Ini keinginanku, tapi ... kenapa dada ini sesak! saat mendengar suamiku mengucapkan ijab kobul yang kedua kalinya. Nayla merasakan apa yang kurasakan saat mas Arga memakaikan cincin dan mengecup keningnya. Setelah acara akad selesai mereka menyambut tamu tetapi aku menyuruhnya untuk duduk di kursi pelamin, mas Arga menggandeng tanganku untuk ikut naik, sempat aku menolak tetapi tatapan itu meluluhkanku. Kami bersalam pada tamu yang berpamitan untuk pulang, mereka mengucapkan selamat pada Nayla tetapi dengan nada lembut dan juga sinis. sepertinya Nayla memakluminya aku bersyukur memiliki saudari sepertinya. Tapi ... saat melihat mas Arga terpaku melihat Nayla tanpa berkedip saat tersenyum, seperti ada berpuluh-puluh pisau menghujami dadaku. Sesak perih ingin segera pergi dari mereka tetapi suamiku menatapku lalu tersenyum dan duduk disisiku. Hati ini menghangat saat dirinya mengecup pipi membuatnya merona, Nayla melihatnya ia tersenyum lalu mengodaku. Waktu terus berjalan malam pun tiba para tamu sudah pulang, aku segera menyuruh Mas Arga dan Nayla untuk ke kamarnya. Setelah itu aku bergegas masuk kamar merebahkan tubuhku dipembaringan, netra ini terpejam tak lama air mata jatuh tanpa bisa dihentikan. Suara ketukan pintu menyadarkanku segera menghapus jejak air mata dan membuka pintu, memaksakan tersenyum saat tau bunda yang mengetuknya lalu mempersilakan masuk duduk di sofa.
"Nak, kami pamit pulang ... tak bisa menginap karna banyak perkerjaan besok," pamit bunda mengelus kepalaku.
"Iya bun, hati-hati ya," jawabku mengecup pipinya.
"Bunda yakin kamu kuat!" ucapnya pilu sambil menitihkan air mata.
"Bunda jangan nangis! ini keinginan Afnan sendiri, aku yakin bun kami bisa menjalani mahligai rumah tangga ini," ujarku menenangkan bunda walau hati ini menjerit tak kuat.
"Ya sudah, bunda udah ditungguin mereka." Mencium keningku lama dan segera diri ini mengecup punggung tangannya dengan takjim.
.
.
.
Dilain kamar Arga dan Nayla masih terdiam membisu, tak ada yang memulai percakapan."Aku mau mandi," ucap Arga datar meraih handuk dan masuk ke kamar mandi tanpa menunggu jawaban Nayla.
Nayla mendengkus lalu berjalan ke arah meja rias dan mendudukan pinggulnya. "Jangan terlalu bermimpi Nayla!" Monolognya pada diri sendiri sembari melepaskan aksesoris dikepalanya.
Sehabisnya melepaskan kerudung, ia berdiri dan mulai meraih sleting dipunggungnya.
"Kenapa susah banget sih!" Gerutu Nayla, saat Arga keluar dari kamar mandi.
Pria itu memandang Nayla sebentar lalu melangkah mendekat dan membantu membukakan sleting gaun Nayla memperlihat punggung mulusnya.
"Sudah, sana mandi!" titah Arga berjalan ke lemari dan mengambil pakaiannya.
Nayla yang melihat Arga hanya memakai handuk dipinggangnya, membuat semburat pipi wanita itu memerah, ia segera memalingkan wajah dan meraih handuk berlalu ke kamar mandi.
🍁🍁Nayla Ramadhani🍁🍁
Aku segera memasuki kamar mandi dan menaruh handuk segera melucuti pakaian dan masuk kedalam bathrud menikmati aroma coklat kesukaannya, tersenyum sendu Afnan masih mengingat aroma kesukaanku, setelah selesai aku beranjak meraih handuk."Oh ... shit! aku lupa membawa pakaian ganti," makiku.
"Apa yang harus aku lakukan," gumamku mengigit jari.
"Aku malu, keluar hanya memakai handuk," batinku.
Segera melangkah membuka pintu sedikit melihat keadaan, netraku tak menangkap Mas Arga suamiku, mungkin ia telah ke kamar Afnan, bodohnya aku mengharapkan dirinya menungguku.
Segera aku keluar dan mencari pakaian di lemari."Apa yang kamu lakukan?" suara bariton itu membuatku membeku ditempat, segera menoleh dan melihat suamiku sedang didekat pintu.
Ia menutup pintunya dan mendekat, menatapku lekat matanya melirik dari bawah sampai keatas tepat diwajahku. Pipiku memanas saat diperhatikan dirinya, perasaan apa ini?
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya lagi, membuatku tersadar dan mundur selangkah.
Ia menaikan alisnya saat melihatku mundur. "Aku sedang mencari pakaianku," jawabku dengan suara terbata-bata.
"Bajumu masih dikoper, apa kamu lupa?" tanyanya membuatku ingin membenturkan kepalaku kedada bidangnya, huh ... masih muda kenapa aku sudah pikun.
"Sana pakai bajumu," titahnya, membuat aku kecewa, apa yang aku harapkan, diberi nafkah batin sudah diberi nafkah lahir saja aku bersyukur.
"Apa yang kamu pikirkan Nayla! aku melihatmu sering melamun," ucap Arga menghempaskan bokongnya ke ranjang.
"Bukan apa-apa kok, aku pakai baju dulu ya," ucapku meraih baju dikoper dan segera masuk ke ruang ganti.
Setelah selesai memakai pakaianku, segera menetralkan dekat jantung, lalu berusaha bersikap biasa saja, melangkah pelan dan membuka pintu. Penglihatanku langsung menangkap Arga yang sedang duduk diranjang sambil memainkan laptopnya. Perlahan tapi pasti aku mendekat dan duduk didekatnya, mata kami bertemu, sorot matanya seperti berujar maaf. Aku segera memalingkan wajah dan melirik layar laptopnya yang menyala.
"Apa yang kamu kerjakan?" tanyaku.
"Oh ... ini aku sedang edit naskah punya Afnan, dia fokus buat isi ceritanya, aku yang editnya kita kerja sama," ucap Arga membanggakan Afnan secara tidak langsung.
Aku tersenyum kaku lalu mengangguk, "ah ... ternyata kamu editor Afnan gitu?" tanya mencairkan suasana.
Ia mengangguk antusias. "Iya, aku senang membantu Afnan, agar dia tak kelelahan." Sambil mengembangkan senyuman yang tak pernah ia tunjukan kepadaku.
"Oh ... semangat ya," ucapku, "aku mau tidur." Aku merangkak ke sampingnya dan menarik selimut.
🍁🍁 Author POV🍁🍁
Arga menaruh laptopnya di nakas, lalu ikut berbalik disamping Nayla, ia memeluk pinggang rampingnya, Nayla berbalik menatap manik mata Arga yang menatapnya tajam. Pria itu mendekatkan wajahnya kepadaku, tetapi seperti tau isi hati Arga, Nayla menutup bibirnya membuat Arga terkejut.
"Aku tau kamu belum siap, akupun sama. Jadi ... mendingan kamu ke kamar Afnan pasti dia sedang menangis," ucapnya berusaha tegar sambil memamerkan gigi rapinya.
Arga sempat terkejut lalu tersenyum mengecup kening Nayla. "Maaf ... dan terimakasih, aku ke kamar Afnan ya," pamit Arga beranjak dari kasur dan keluar kamar.
Tolong bantu author dong, promosiin cerita ini. Dukung juga karya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABATKU MADUKU (END) (PINDAH KE KBM app & Goodnovel)
AcakHubungi link whatsapp di BIO Info : cerita ini sudah end dengan isi bab 1- 75 hanya ada di KBM App & Goodnovel Credit by Pena_Receh01 "Terserah kamulah, capek mas! setiap malam kamu selalu membahas soal poligami. " ucap Arga melepaskan pelukannya, "...