Tamu Tak Diundang

4.1K 338 21
                                    


Biarkan kumenggapaimu
Biarkan kumemanjakanmu
Dengan segala rasa yang kumiliki dan tak untuk menyakiti

Begitu indah rasa hasratku untuk memilikimu
Karena semua hanya khayalku
Apakah kan jadi milikku?

(Kahlil Gibran; Kan Kuabaikan Segala Hasratku)

==============

Pada Mas Danu, pemilik hatiku, tak ingin kusimpan cemburu meskipun ia tak sudi menatapku penuh cinta. Sebagaimana aku memujanya dengan cinta buta.

Ketika ia tidur pulas di sisiku, ‘kan kutelusuri ornamen wajahnya tanpa jemu. Jika ia menyentuhku, terasa kupu-kupu beterbangan di ragaku. Menggelinjang, membuncah dalam bahagia, bersuka cita dalam pesta – yang hanya aku seorang yang bisa merayakannya.

Orang menyebutku bodoh, karena membiarkan cinta bertepuk sebelah tangan. Namun orang-orang pintar itu tidak tahu, betapa cinta ini membawa kebahagiaan yang tak dapat kulukiskan. Saat seseorang bilang, kamu beruntung punya suami yang tampan dan mapan, di situ aku berbunga-bunga mengakuinya. Siapa yang sangka, gadis dengan paras biasa sepertiku, akan mendapatkan jodoh setampan bintang film ternama?

Pada suatu pagi yang cerah, aku menyuapi si bungsu, kala Mbok Minah, asisten rumah tangga kami memanggil. “Bu, ada tamu.”

Siapa? Mas Danu sudah pergi bekerja. Sementara aku tak punya janji dengan siapa pun hari ini. Memang setelah menikah dengan orang kaya, aku jadi punya banyak teman. Teman arisan, teman pengajian, teman lama yang tiba-tiba datang mendekat, serta aneka jenis teman lain yang sebenarnya berteman bukan karena pribadiku, melainkan statusku.

Seorang wanita cantik nan anggun telah duduk di sofa empuk berwarna coklat keemasan. High heels warna merah muda membingkai anggun kakinya yang jenjang. Kulitnya putih mulus, terlihat halus bagai bintang iklan body lotian. Melihatnya, dadaku berdegup kencang tanpa aturan. Dialah Sekar Diandrasukma. Wanita yang bertakhta begitu lama di hati suamiku, Danu Wicaksono.

Aku mengenali wajahnya dari berbagai foto yang masih disimpan suamiku di laci meja kerjanya. Masih kukenali parasnya yang cantik, yang membuatku ingin operasi plastik untuk menyamainya. Gambar diri yang tersembunyi di dalam galeri ponsel suami. Bagaimana aku tidak mengenali wajah sang ratu yang hendak mencuri rajaku?

Dia melihat padaku, bangkit berdiri, tersenyum dan memberi salam dengan menundukkan kepalanya singkat. Kenapa ia bisa santai menghadapiku, sementara aku langsung panas dingin gara-gara kedatangannya. Apakah ia sedang meninjau istana yang akan jadi singgasananya? Seketika aku takut dan berharap semua yang ia lihat hanyalah keburukan, sehingga ia tak berhasrat merenggut apa pun dari kami.

Mengerahkan segenap kekuatan yang ada, kuingin tegar menghadapi apa pun sebagai konsekuensi tanggung jawabku sebagai istri, ibu, serta menantu yang membuat mertuaku bahagia di ujung menutup mata. Aku tak boleh lemah ataupun goyah, karena kebahagiaan anakku dipertaruhkan. Juga demi wasiat mertua agar aku bertahan menghadapi setiap cobaan.

“Maaf mbak, aku datang pagi-pagi sekali. Bisakah kita bicara sebentar? Ini penting,” pintanya dengan suara yang merdu mendayu.

Sekar Diandrasukma memiliki semua yang diinginkan seorang pria pada wanita. Bagaimana aku bisa mencegah Mas Danu berhenti mencintainya, jika wanita itu begitu memesona?

“Maaf kamu siapa dan mau bicara apa?” tanyaku pura-pura bodoh. Menantangnya untuk mengungkapkan jati dirinya sendiri.

“Aku Sekar mbak, teman Mas Danu. Ada hal penting yang sebaiknya aku sampaikan langsung kepada mbak, demi kebaikan mbak juga.”

WANITA BERHATI BAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang