Cinta Tumbuh Perlahan

4.8K 411 49
                                    

"Don't disturb my wife. I won't let you have mine to death." Mata Mas Danu menyala penuh amarah. Kali ini semua amarah itu ia tujukan pada si blasteran yang posturnya lebih tinggi.

Mike tersenyum tenang. Sama sekali tak gentar menghadapi kemarahan anak atasannya. "That's the right Laras. I will only respect her request and not a cheater like you."

Gusar mendengar jawaban Mike, tangan Mas Danu mengepal hendak meninju. Ada apa dengannya? Setahuku, Mas Danu bukanlah pria yang suka menggunakan kekerasan untuk menghadapi persoalan. Ia adalah pria yang terkenal ramah pada setiap orang.

Mencegah dua pria itu kembali baku hantam—karena tak ada tanda-tanda bahwa Mike akan mundur—kugenggam erat jemari Mas Danu. Kubisikan padanya tentang orang-orang yang sibuk berlalu lalang, mencuri pandang dan berupaya mencuri berita untuk bahan gosip mereka. Mike terlihat tak suka kala bibirku kudekatkan ke telinga pria yang dibuatnya meradang. Kening Mike mengernyit dan matanya menyipit.

Mas Danu mendadak memegang kedua pipiku dan mencium bibirku. 

Ya Tuhan, kegilaan apa ini? Aku meronta karena sadar kami di mana. Beberapa orang melihat kami dan mengambil foto. Kasak kusuk terjadi. Mike memutar tubuhnya, lalu pergi. Barulah Mas Danu menghentikan kegilaannya. 

Haruskah dengan cara itu ia mengusir Mike? Apa kata orang yang melihat kami berciuman di depan kantor. Sekalipun kami suami istri, tetap perbuatan kami tak pantas sama sekali dipertontonkan seperti ini.

***

"Kenapa Mas lakukan itu? Besok orang-orang akan menggosipkan kita. Jadilah kita sasaran ghibah mereka," tanyaku setiba di rumah.

Mas Danu di mobil hanya diam. Emosi masih mewarnai parasnya. Tak ingin mengganggu konsentrasinya menyetir, aku pun menunda bertanya sembari menata kata untuk mengungkapkan protesku akan tindakan vulgarnya.

Aku senang ia datang menjemput. Aku senang ia  menjagaku. Aku juga senang saat ia mencium meski hanya sesaat. Akan tetapi, aku tak suka perbuatan itu ia lakukan di tempat umum. Apakah Mas Danu benar-benar sudah kehilangan urat malu? 

"Biarkan mereka membicarakan kita. Mereka harus tahu bahwa kamu wanita bersuami agar tidak ada lagi pria kurang ajar yang berani menggoda!" Ia meletupkan emosinya. Secara kasar melepas dasi dan melemparkan jas ke sofa. Dengan sabar, aku punguti satu per satu. Baik dasi, baju, sepatu, juga tas kerja yang sengaja ia lempar sembarangan sebagai bentuk pelampiasan.

Aku sadar ia benar. Mike telah datang sebagai penggoda yang sangat mempersona. Baru kali ini aku merasa diperhatikan oleh seorang pria sedemikian rupa. Bahkan karena Mike, aku merasa istimewa telah diperebutkan bak piala yang berharga.

Mas Danu langsung menuju kamar mandi. Tanpa banyak kata, kuambilkan ia baju ganti.

Sekarang aku tahu isi hatimu, Mas. Sekarang aku tahu bahwa kamu masih menginginkanku sebagai istri. Aku terima, Mas, walaupun kamu marah. Asal kamu tetap di sini. Asal kemarahan membuatmu menyadari bahwa cinta bisa tumbuh karena telah terbiasa.

***

Gawai Mas Danu terus berdering. Ada panggilan masuk dari wanita jalang yang merongrong keutuhan rumah tangga kami. Mas Danu terlihat resah. Bimbang harus mengangkat, tetapi ragu mengabaikannya.

Ia mengubah nada dering ponselnya menjadi bisu dan kembali bermain bersama anak-anak. Berulang kali ia menciumi buah hati kami, seakan ingin menebus kesalahan akibat janji yang tak ditepati. Gawainya masih berkedip-kedip, menandakan panggilan tak kunjung diakhiri.

WANITA BERHATI BAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang