Kehilangan Sepatu

4.6K 366 97
                                    

Detak menyihir, meramu gelisah yang pekat. Rasa sakit menggerogoti hingga lumpuh raga ini. Tak mampu bergeming. Bahkan sekedar mendongakkan mata, memandang sosok yang kurindukan tiap menit dan detiknya saja tak bisa.

Seolah mampu membaca suasana hatiku yang memburuk, Mike berusaha berdehem tipis. "Are you nervous?" bisiknya.

Mungkin Mike belum mengenal Mas Danu maupun Sekar. Tapi seperti semua pegawai lainnya tahu, aku adalah wanita miskin yang dinikahi putra pemilik perusahaan tempat kami bekerja. Malangnya, aku adalah istri yang tak diinginkan sehingga suami selingkuh dengan mantan. Rumor itu senter tersebar dengan bumbu-bumbunya. Nyaris semua dinding perusahaan ikut mendengar, karena berita itu merambat cepat bagai api membakar kertas.

Beberapa pegawai dari divisi lain bahkan sengaja pura-pura ramah menyapaku hanya agar bisa menggali kehidupan rumah tanggaku. Terkadang, ada yang sengaja sok baik agar bisa dekat denganku dan mendapat kesempatan promosi jabatan. Padahal itu tidak mungkin. Aku tak punya wewenang setinggi itu. Begitu mereka tahu bahwa aku tak ubahnya upik abu, perlahan mereka menyingkir sendiri dan kembali berguncing dengan bebasnya.

"Aku nungguin dari tadi. Sudah meeting-nya?" sambut Sekar kepada Mas Danu, bersikap seperti istri menyambut suami. Gayanya membuatku mual, ingin muntah dan meludah di depannya. Kenapa wanita cantik bisa sangat menyebalkan dan melakukan perbuatan hina seperti yang ia lakukan? Sebagai sesama wanita, tak bisakah ia mencari pendamping yang masih lajang agar tidak melukai sesamanya?

Mungkin aku terlalu lemah. Tak mampu berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Tetapi hatiku sekuat baja untuk bisa runtuh oleh perzinaan mereka. Aku bisa bertahan, tetap bertahan!

"Sudah, barusan." Mas Danu tersenyum senang. Mengambil beberapa makanan yang terhidang di meja. Mengunyah dengan lahap. "Aku mendapatkan tender itu."

Sekar bersorak bahagia. Memberi selamat dengan mengecup pipinya. "Kamu hebat sayang," pujinya ikut berbangga.

Seharusnya aku yang melakukan hal itu untuk Mas Danu. Tetapi kesempatan itu tak pernah datang karena ia tak pernah berbagi kabar bahagia seperti itu denganku. Melihat mereka, hati bajaku bagai dihantam godam berulang-ulang. Tidak runtuh, tetapi bergetar hebat. Mual kian melanda. Jijik!

"Hueks!" Kubekap mulut yang hampir saja menumpahkan muntahan. Mereka terkejut. Mike bergerak cepat, melepas tuksedonya dan memakaikannya di tubuhku.

"Mungkin kamu masuk angin. AC-nya terlalu dingin." Diperlakukan seperti itu, aku yang hendak berdiri dan berlari ke toilet mengurungkan niat. Akan lebih memalukan lagi jika aku berjalan cepat melewati banyak orang dengan tubuh oleng dan heels tinggi yang belum kukuasai. Aku bisa mendadak jatuh dan mengundang perhatian banyak orang. Bukan tak mungkin, mertuaku juga akan melihatku yang kampungan. Sekalipun kursiku terasa panas, kuputuskan bertahan.

"Maybe, she is sick!" jelas Mike kepada mereka berdua. Akhirnya kugelengkan kepala, memberi isyarat bahwa kini aku baik-baik saja.

Suasana kembali normal. Mereka menikmati hidangannya. Begitu pun Mike. Hanya aku seorang yang merasa kerdil di sini.

"Nanti aku pulang telat. Aku mau minum bersama tamu dari Jepang itu untuk membicarakan kelanjutan proyek kita. Lusa dia harus kembali ke negaranya," pernyataan itu kian menusuk jiwa.

Ya Tuhan, dia bisa mengatakan pulang pada wanita itu. Jadi selama ini, aku bukanlah rumah baginya. Tetapi wanita itu, wanita yang belum halal baginya. Atau mangkinkah diam-diam mereka telah menikah? Genangan air mulai membasahi netra. Tak ingin bercucuran air mata di hadapan mereka, kuambil segelas air putih dan kuteguk cepat.

"Oh, maaf kami ngobrol sendiri. Kenalkan, saya Danu dari Golden Company. Perusahaan kami bergerak di bidang ekspor impor furnitur." Ia membuka dompetnya, memberikan kartu nama kepada Mike. "Istri Anda cantik," katanya kemudian.

WANITA BERHATI BAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang