Sebelum bal pulang berdering, cewek dengan mata beriris biru itu sudah nengkreng dahulu di depan kelas taruhannya, karena jam kelasnya sudah lama berakhir. Ia menoleh kesana-kemari,memperhatikan beberapa orang yang memandangnya dengan tatapan sinis.
"Apa liat-liat?!" ketus Rinai pada salah satu adik kelasnya yang baru saja lewat.
Entah karena takut atau apa, adik kelas tersebut langsung merenggut, "Maaf kak," ucapnya dengan takut-takut.
Ia menoleh dan langsung saja tersenyum karena Anggara baru keluar dari kelasnya.
"Hm, si Rinai udah jemput pacarnya aja," ujar Aksa yang langsung mendapat tatapan sinis dari Anggara. Nyali Aksa menciut, "Maaf bos, kalau gitu kita pergi dulu. Ayo Zain, Dit."
Mereka pergi meninggalkan Anggara dan Rinai berdua. Rinai senyum-senyum sendiri, Anggara memandangnya aneh.
"Mau apa?" tanya Anggara.
"Pulang bareng yuk?"
"Gue sama Amelia, hari ini gue harus nganterin dia berobat," ujar Anggara yang langsung membuat Rinai bungkam. Amelia lagi?
"Terus gue sama siapa?"
Bukannya menjawab, Anggara malah langsung pergi. Rinai mengikuti. Ada yang aneh saat mengamati Rinai diam seperti ini. Bukan, bukan ini yang Anggara mau. Ia hanya ingin jauh dari gadis itu. Tak lama, Amelia datang dengan senyum merekahnya, menghampiri Anggara.
"Jadikan?" tanya Amelia
"Hm, ayo."
Amelia langsung naik ke atas motor Anggara, bahkan memeluk pinggang Anggara. Ya Tuhan, kapan Rinai seperti itu?
Rinai menatap kepergian Anggara dan Amelia, di detik selanjutnya sudah ada seorang cowok lain di sampingnya. Secara tiba-tiba.
"Astaghfirullah," ucapnya kaget.
Bukannya minta maaf, cowok itu malah tertawa, "Aduh Rinai, emangnya gue setan apa?" kekeh Rendy.
"Muka lo kaya setan," ketus Rinai. Sabar
"Mau pulang bareng?"
"Gak, gue jalan kaki aja."
"Kayanya tadi minta anterin Anggara, tapi Anggara sama cewek lain. Yakin nih mau pulang sendiri?"
Rinai menimang-nimang ucapan Rendy. Ada benarnya juga. Lebih baik ia pulang bersama Rendy saja.
"Ck, ayo," ajak Rinai.
Rendy tersenyum lalu segera menghampiri motornya. Rinai naik ke atas motor besar Rendy dibantu dengan berpegangan pada lengan Rendy.
"Motor lo tinggi banget sih, nyusahin tahu nggak?"
Rendy menggeleng pelan, masih untung di ajakin.
Selama perjalanan, keduanya diam. Tak ada yang berani membuka pembicaraan. Rinai fokus memperhatikan pinggir jalan, sedangkan Anggara sesekali melirik Rinai dari kaca spionnya. Awas nabrak
Roda motor berhenti di sebuah rumah yang cukup mewah, ada dua buah mobil yang terparkir di depan rumah. Rinai turun lalu memberikan helmnya pada Rendy dan langsung beranjak masuk.
"Rin?"
Rinai berhenti, lalu menoleh
"Gak bilang apa gitu?"
Rinai mendengus, "Kan lo yang nawarin, bukan gue yang minta."
Rendy menggaruk tengkuknya, benar juga.
🎗️🎗️🎗️
Sementara itu, ada sepasang mata yang sedari tadi terus mengikuti kepergian Rinai dan Rendy. Dia Anggara, usai mengantar Amelia, ia langsung bergegas kembali ke sekolah untuk mengantar Rinai. Kasihan bila cewek itu jalan kaki sendirian. Namun, sebelum memasuki parkiran sekolah, Rinai sudah ada di boncengan motor lain. Oleh karena itu, Anggara terus mengikutinya. Memastikan Rinai pulang dengan selamat. Ada ras aneh, saat melihat Rinai akrab dengan cowok lain. Apa ini yang inisial jijik yang orang lain sebut cemburu?.
KAMU SEDANG MEMBACA
NABASTALA [COMPLETED]
Teen FictionIni kisah klise tapi sebenarnya penuh permasalahan. Bagaikan bulan yang mengharapkan taburan bintang agar bisa menghiasi gelapnya malam. Si pelanggar peraturan dan si jenius. Dua kepribadian yang sangat berbeda, namun ada maksud di dalamnya. Tentang...