🎗️ Part 5. Anggara oh Anggara

17 4 0
                                    

"Assalamualaikum," ucap Rinai sambil memasuki rumahnya

Lalu, seorang wanita yang masih cukup muda keluar dari arah dapur, "Eh anak mamah udah pulang."

"Iya dong mah, eh mamah mau kemana? Kok cantik amat," tanya Rinai sembari mengamati penampilan mamahnya.

"Em, mamah mau ada arisan sama temen mamah yang dulu. Yaudah ya, kamu jaga rumah. Mamah bakal pulang larut malam."

"Aku sendirian mah?"

"Iya. Alah, udah biasa kan."

"Yaudah. Hati-hati mah."

"Iya sayang."

Rinai mengikuti arah kepergian mamahnya. Kemana mamahnya akan pergi? Akhir-akhir ini mamahnya sering keluar rumah dengan dandanan yang cukup cantik.

Rinai mengangkat bahu acuh, ia mulai menaiki anak tangga menuju ke kamarnya di lantai dua sembari bersenandung pelan.

"Babas oh Babas mengapa kamu ganteng? Macam mana dia tak ganteng, dia orang kaya, dia orang kaya," senandung Rinai menirukan nyanyian sebuah kartun yang ada anak kembarnya. Tapi lirik telah diubah dengan sesukanya.

Rinai mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar bernuansa putih itu, banyak novel-novel kesayangannya. Tak lupa foto beberapa idol Korea favoritnya. Yang baca ini, ada yang suka Korea?

Rinai menyambar handuk dan perlengkapan mandi lainnya. Ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia keluar dengan pakaian tidur berupa piyama berwarna coklat bergambar panda. Rinai menuruni anak tangga untuk menuju kulkas guna mengisi perutnya yang mulai terasa lapar.

Harapannya pupus, tak ada cemilan favoritnya. Oleh karena itu, ia berniat untuk pergi ke minimarket yang berada tak jauh dari rumahnya. Jalanan rumahnya cukup sepi bila malam hari. Tapi jangan salah kalau pagi hari, ramainya melebihi pasar pagi pokoknya.

Suara-suara keributan berhasil mengalihkan perhatiannya. Ia mencari sumber suara tersebut. Mengarah ke lapangan, ia menjejakkan kaki secara perlahan lalu bersembunyi dibalik pohon yang besar. Ia melihat ada banyak orang yang sedang adu pukul di lapangan tersebut. Matanya terbelalak, ia melihat motor Anggara. Matanya menelisik ke arah sekumpulan orang yang berteriak tidak jelas sembari berkelahi. Matanya menemukan sosok Anggara yang sedang terkapar di tanah lapang. Reflek, ia berteriak.

"JANGAN PUKULI CALON PACARKU!"

Semua orang menoleh, termasuk Anggara. Menyadari ia sudah kelepasan berteriak, Rinai menutup mulutnya dengan kedua tangan. Seorang laki-laki yang diduga sebagai musuh Anggara pun mendekati Rinai. Matanya menatap tajam dan seringai tampak diwajahnya.

Rinai mundur saat laki-laki itu semakin dekat dengannya. Namun, saat tangan laki-laki itu hendak menyentuhnya, terdengar suara pukulan yang cukup keras. Riani membuka matanya dan melihat laki-laki tadi sudah terkapar di tanah sembari mengerang kesakitan. Ia menoleh dan menemukan Anggara sedang menatapnya.

"Ngapain lo kesini?"

"Anu, ak ... Aku, ma .. mau,"

"Zain, anter cewek ini pulang. Cepet!"

"Siap bos."

"Ta .. tapi"

Belum sempat Rinai meyelesaikan omonganya, Anggara sudah berlari untuk mulai berkelahi lagi. Ia juga merasakan tangannya ditarik oleh Zain, "Ayo cepet!"

Rinai ikut berlari ke arah motor Zain dan naik ke atasnya. Ia lalu berpegangan erat pada jaket Zain, ia ketakutan saat ini. Zain menurunkan Rinai tepat di depan gerbang rumahnya.

NABASTALA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang