Anggara dan Rinai jalan beriringan menuju kelasnya masing-masing. Aksa yang datang dari arah belakang mereka langsung tersenyum jail. Dia berlari sedikit kencang dan sengaja menyenggol keras tubuh Rinai. Mengakibatkan Rinai limbung sebelum akhirnya ditangkap oleh Anggara. Aksa berlari sambil berteriak.
"Sorry gue sengaja," teriaknya.
Anggara mendesis. Sedangkan Rinai masih deg-degan di tempatnya. Mata Rinai mengerjap karena bahunya ditepuk oleh Anggara.
"Kenapa?" tanyanya, polos.
"Mau sampai kapan lo gue pegang? Ini udah sampai di kelas lo," ungkap Anggara.
Mata Rinai membulat lalu menoleh pada papan kecil di atas pintu. Benar, sudah sampai di kelasnya. Jadi daritadi mereka peluk-pelukan dari samping? Rinai masih tak percaya itu.
Rinai melepaskan diri dari tangan kekar Anggara lalu masuk ke kelasnya. Namun langkahnya terhenti. Zain baru saja keluar dari arah kelasnya."Loh Zain? Ngapain?" tanya Rinai, Anggara hanya diam. Nyimak aja ye!
Tanpa di duga, Zain malah mengusap puncak kepala Rinai sambil tersenyum, "Udah gue jelasin semuanya sama Bella. Sekarang lo sama dia bisa akur," jelasnya.
Rinai mengerjap. Bukan, bukan karena penjelasan Zain, tapi tangannya Zain itu loh. Main pegang-pegang kepala, di depan Anggara lagi.
Ulangi, biar heboh.
DI DEPAN ANGGARA?!
Anggara mendengus lalu melepaskan tangan Zain dari Rinai, "Jelasin jelasin aja. Gak usah pake pegang-pegang segala."
Zain mengusap dagunya, salting.
"Sorry, gue khilaf," ungkapnya."Kalau gitu, gue ke kelas dulu ya Rin?" pamit Zain.
"Eh, iya. Iya."
"Ayo Bas," ajak Zain sambil merangkul pundak Anggara dan membawanya pergi.
Rinai mengikuti arah Zain dan Anggara. Saat dia menoleh, dia tambah terkejut. Sudah ada Bella dan Kirana di depannya. Rinai memegang dadanya, kaget.
"Kalian tuh ya! Kaya tuyul tau gak?! Bikin orang kaget aja!" maki Rinai.
"Enak aja. Gue itu kuntilanak tau, bukan tuyul," elak Bella. Masih sempat-sempatnya.
"Heh! Kenapa malah ngaku jadi hantu?" tegur Kirana.
"Rin?" panggil Bella.
Rinai bergumam lalu menoleh pada Bella. Bella langsung saja menghambur ke pelukannya. Erat, sampai Rinai tidak bisa bernapas.
"Sorry gue udah salah sangka sama lo. Gue udah tampar lo bahkan. Tapi lo masih baik sama gue, masih bertegur sapa sama gue, bahkan masih mau dihukum bareng gue," ucap Bella, lirih.
Rinai memberontak, "Lepasin Bel! Gue ... se... sek," ujar Rinai terbata.
Bella menguraikan pelukannya lalu nyengir kuda, "Sorry ya Rin?"
"Iya gak papa. Gue tau lo suka sama Zain, jadi wajar kalau lo curiga."
"Maaf ya Rin?"
"Iya ya ampun! Santai aja kali. Kaya baru kenal gue aja."
"Thanks."
"Yoi."
"Kalau gitu, lo ikut kita yuk," ajak Bella.
"Kemana?"
"Bolos!" ucap Bella lalu menarik lengan Rinai dan Kirana.
🎗️🎗️🎗️
KAMU SEDANG MEMBACA
NABASTALA [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsIni kisah klise tapi sebenarnya penuh permasalahan. Bagaikan bulan yang mengharapkan taburan bintang agar bisa menghiasi gelapnya malam. Si pelanggar peraturan dan si jenius. Dua kepribadian yang sangat berbeda, namun ada maksud di dalamnya. Tentang...