🎗️ Part 15. Selimut tetangga

13 1 0
                                    

Happy Reading 😊

🎗️🎗️🎗️

Rinai berjalan menyusuri koridor kelas dengan langkah lunglai. Jika bukan karena Anggara, ia sebenarnya enggan masuk sekolah pagi ini. Apalagi, waktu yang diberikan oleh Siska tersisa tiga hari lagi. Sedangkan Anggara saja tidak peduli, menoleh pun bahkan tidak. Hingga tepukan di bahunya membuat Rinai berhenti dan menoleh.

"Zain, lo ngapain disini?"

"Kenapa? Emang ini sekolah punya bapak lo."

"Ya aneh aja. Anggara mana?"

"Belum berangkat."

Rinai bergumam sebagai balasan, lalu melangkah pergi kembali ke kelasnya. Zain tetap mengikutinya.

"Lo ngapain ke kelas gue? Kelas lo kan udah kelewatan."

"Kekantin yuk?"

Satu yang mewakili ekspresi Rinai, yaitu melongo. Zain? Ngajak ke kantin? Ingatkah jika dulu-dulu Zain lah yang paling benci para Rinai, yang paling jutek pada Rinai, dan yang paling terusik atas keberadaan Rinai. Tapi sekarang?

Rinai menempelkan punggung tangannya di dahi Zain, mengucek apakah Zain benar-benar sadar saat ini. Hal itu memang hal sepele, tapi itu memberikan efek tersendiri bagi Zain. Baper?

"Suhu lo normal, lo gak sakit. Kok lo aneh?"

"Kenapa? Apa salah gue ngajak lo ke kantin?"

"Ewh Zain, lo gak inget, seberapa gak sukanya lo sama gue dulu. Seberapa bencinya lo sama gue dulu. Dan tiba-tiba lo ngajak gue ke kantin? Gak waras lo."

"Itung-itung sebagai permintaan maaf."

"Owh, tenang aja. Udah gue maafin. Gue mau masuk kelas, kalau mau traktir, traktir aja tuh si Bella. Dia kan suka sama lo."

Baru saja Rinai hendak berbalik memasuki kelas, Zain berucap, "Kalo gue bilang, gue suka sama lo?"

Sekujur tubuh Rinai memegang. Bola matanya bergerak gelisah, tangannya mendingin. Apa tadi Zain menyatakan perasaannya? Bagaimana kalau Bella melihatnya?

"Pagi-pagi udah halu. Sana balik ke kelas, udah mau bel. Gue mau ke kelas."

"Oke, gue tunggu di kantin ya nanti jam istirahat."

Rinai kembali ke bangkunya. Di detik selanjutnya, ia melirik bangku Bella yang belum di duduki oleh Bella. Stresnya bertambah dua kali lebih banyak. Masalahnya bertambah rumit.

🎗️🎗️🎗️

Hanya Aksa yang mengetahui tentang ulah Zain pagi ini, karena ia tadi melihat tingkah aneh dari Zain. Oleh karena itu, ia mengikuti Zain ke kelasnya Rinai. Dan apa yang dilihatnya benar-benar di luar dugaannya. Zain, menyatakan perasaannya pada Rinai?

Terkejut. Itulah yang di rasakan Aksa saat ini. Jadi, semalam saat Zain berbicara siapa orang yang dicintai, ternyata Rinai yang di bicarakan. Sungguh, ini benar-benar tidak bisa di bayangkan. Di tambah lagi, Anggara yang sudah mulai melunak karena Rinai.

Zain keterlaluan, batin Aksa.

Aksa memasuki kelasnya dan duduk bersama Radhit. Sebenarnya, ia ingin memberitahu saat ini juga, tapi lagi-lagi terurungkan. Biar Zain sendiri yang memberi kesaksian. Ia tak bisa berbuat banyak, berdoa saja semoga Zain tidak melewati batasannya.

"Lo kenapa Sa? Habis di tolak sama Kirana?"

Demi menutupi kebohongan, Aksa mengangguk.

"Ya iyalah, mana mau si Kirana sama kuah bakso kaya lo."

NABASTALA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang