🎗️ Part 46. Halusinasi?

5 2 0
                                    

Hallo!

Sorry for slow update 😭

Jangan lupa untuk vote dan komennya ya!

Selamat membaca 🎗️

🎗️🎗️🎗️

Dua Minggu. Rinai melewati hari-hari seperti orang linglung. Katakan saja Rinai itu gila cinta terhadap Anggara. Katakan saja! Itu memang kenyataannya. Ia lebih baik di cap seperti itu daripada di cap orang yang melupakan jasa seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Empat belas hari itu juga, Rinai mencari keberadaan Anggara. Nomornya tidak aktif. Orang tuanya tidak bisa dihubungi. Adiknya juga tidak ada di sekolah lamanya. Petugas sekolah bilang, adik Anggara sudah pindah. Entah kemana. Rinai juga tidak mengerti.

Saat ini, Rinai sedang duduk di sebuah kursi pinggir taman. Matanya sembab habis menangis. Sesenggukan juga terdengar dari mulutnya.

"Kamu, kemana??" gumam Rinai sambil memandang langit yang sudah membiru karena termakan cahaya senja.

Tepukan di bahunya membuat Rinai menoleh. Ia segera menghapus air matanya yang mengalir.

"Jangan kaya gini Rinai. Gue juga ikutan sedih," ucap Bella lalu duduk di samping Rinai. Ada Kirana juga.

"Iya Rinai. Ayolah. Lo enggak bisa terus-terusan kaya gini. Kasihan orang-orang di sekitar lo yang khawatir sama lo," jelas Kirana.

"Kalau kalian cuma mau nasehatin gue, mendingan kalian pergi. Jangan dulu, biarin gue sendiri."

"Dan biarin lo larut dalam kesedihan?? Enggak! Gue enggak akan biarin itu. Lo itu sahabat gue Rinai. Lo yang juga biasanya selalu bantu gue dalam keadaan apapun. Sekarang saatnya gue yang bakal bantuin lo."

"Bantu apa?? Apa yang masih bisa diharapkan??" tanya Rinai gambang. Matanya menatap kosong. Wajahnya juga memucat.

"Lo yakin kalau Anggara masih hidup kan??" tanya Bella dibalas angkatan bahu tak acuh dari Rinai.

"Mana Rinai yang cinta sama Anggara?? Mana Rinai yang selalu berjuang untuk Anggara?? Bangkit Rinai! Gue yakin Anggara masih hidup! Cuma kita aja yang enggak tahu dimana dia sekarang."

"Iya. Gue ya---" ucapan Rinai terpotong kala ponselnya berbunyi. Ia melihat nama yang tertera di layar itu. Nomor tak di kenal. Rinai tidak menghiraukan. Tapi lagi-lagi nomor itu terus menghubungi.

"Angkat aja, siapa tahu penting."

Rinai mengangguk, "Hallo?"

"Rinai?" balas orang di sebrang sana membuat badan Rinai melemas. Matanya mengerjab. Suara ini? Suara bariton ini milik Anggara. Orang yang selama ini di tunggunya. Sedetik kemudian, orang diseberang mematikan sambungan secara sepihak.

"Anggara!" pekik Rinai.

"Kenapa??"

"Ini tadi Anggara! Ini Anggara! Gue kenal dengan suara ini!"

"Lo yakin?? Coba di telfon lagi."

Rinai mengiyakan saran Bella. Ia menelpon nomor itu. Tapi nihil. Tidak di jawab. Diluar jangkauan.

"Gak bisa!!!!" pekik Rinai sambil menangis.

"Iya sabar! Ayo coba lagi," ujar Kirana.

Berkali-kali Rinai mencoba. Tapi tidak membuahkan hasil. Apa benar suara itu milik Anggara? Apa benar Anggara juga masih hidup?? Jika iya. Ini adalah anugerah yang Rinai tunggu-tunggu. Ini adalah harapan yang selama ini Rinai semogakan.

🎗️🎗️🎗️

"Rendy! Anggara masih ada!" pekik Rinai kala melihat Rendy yang baru saja memarkirkan motornya di area parkir.

NABASTALA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang