Rendy membawa Rinai pergi ke rumahnya. Sampai di rumahnya, Rendy membantu Rinai berjalan. Memapahnya dengan perlahan. Lalu masuk dan mendudukkan Rinai di rumah tengah. Tak lama, seorang wanita paruh baya datang dengan tergopoh-gopoh. Baru kali ini putranya membawa seorang perempuan ke rumahnya.
"Rendy, dia siapa?" tanyanya lembut.
"Em, temen Rendy mah," ucap Rendy lalu memberikan kode dan melirik Rinai. Mila yang mengerti kode dari anaknya langsung mengangguk mengerti dan berjalan duduk di sebelah Rinai. Sedangkan Rendy duduk bersebrangan.
"Kamu kenapa nak?"
Rinai bergeming. Lalu tangannya terulur untuk memeluk wanita cantik di sebelahnya ini. Rinai kembali menangis. Beberapa kali sesenggukan juga terdengar.
"Kamu menginap disini saja ya? Nanti kamu tidur di kamar tamu."
Rinai mengangguk lalu melepas pelukannya, "Makasih Tante."
"Iya sayang. Rendy, ambil pakaianmu. Kasih ke anak cantik ini," perintah Mila sambil tersenyum ke arah Rinai.
Rendy bangkit lalu tangannya diletakkan di pelipisnya, "Siap bos!"
Tak lama, Rendy kembali dengan sepasang bajunya yang sekiranya pas untuk Rinai dan memberikannya pada Rinai, "Nih Rinai, pake. Liat noh, lo udah kaya gembel."
"Rendy!" bentak Rinai.
Rendy tertawa, "Bercanda Rinai. Mau gimana pun, lo tetep cantik di mata gue."
Mila ikut tersenyum melihat tingkah dua anak di hadapannya, "Urusan anak muda ternyata."
"Kamu ganti di kamar tamu aja ya. Di sana ada kamar mandinya juga. Nanti kamu boleh langsung istirahat. Kalau Rendy macem-macem pukul aja pakai gayung." sambung Mila.
Rinai mengangguk lalu berjalan ke arah kamar yang ditunjuk oleh mamah Rendy. Rinai membersihkan diri dan memakai pakaian Rendy berupa kaus berwarna putih yang kebesaran dan celana panjang berwarna hitam. Setidaknya keadaannya lebih baik saat ini. Setelah selesai membersihkan diri, Rinai langsung saja berbaring di tempat tidur. Entah karena lelah atau apa, Rinai bisa tertidur pulas dengan sangat cepat.
🎗️🎗️🎗️
Angin pagi berlarian menggoyangkan tirai-tirai yang bertengger manis di jendela. Beberapa kali sempat menimbulkan bunyi yang sangat indah. Rendy mengguncang bahu Rinai bermaksud membangunkannya. Namun, wajah Rinai terlihat sangat kelelahan sekali. Dia jadi tidak tega untuk untuk mengganggunya. Alhasil, Rendy tetap berangkat ke sekolah dan membiarkan Rinai tetap tidur di tempatnya. Bersama mamahnya yang kebetulan juga sedang berada di rumah.
"Mah, Rendy mau berangkat dulu ya?" pamit Rendy pada mamahnya.
"Loh, Rinai kok gak dibangunin?"
"Jangan mah. Kayanya dia capek banget. Kasihan, nanti juga dia bangun sendiri."
"Oh yaudah. Kamu hati-hati ya."
"Iya mah," Rendy mengangguk lalu mencium punggung tangan mamahnya. Duh, calon imam...
Rendy sampai di sekolah di waktu yang tepat. Membuka helmnya dan berjalan ke kelasnya. Sempat dia bertemu dengan seorang guru yang diyakini sebagai wali kelas Rinai dan meminta izin untuk Rinai. Rendy masuk ke kelasnya yang sudah sangat riuh di pagi ini. Dia meletakkan tasnya dan membuka bukunya. Sayup, dia mendengar Anggara yang berada di belakangnya membicarakan Rinai.
"Masa sih bos? Gue gak yakin," ucap Aksa tak percaya.
"Males gue udahan," balas Anggara.
"Gue gak nyangka, ternyata emaknya Rinai segitunya. Terus semalem, Rinai lo kemanain?" tanya Radhit.
KAMU SEDANG MEMBACA
NABASTALA [COMPLETED]
Teen FictionIni kisah klise tapi sebenarnya penuh permasalahan. Bagaikan bulan yang mengharapkan taburan bintang agar bisa menghiasi gelapnya malam. Si pelanggar peraturan dan si jenius. Dua kepribadian yang sangat berbeda, namun ada maksud di dalamnya. Tentang...