Gadis itu terpaku menatap pemandangan menyakitkan di hadapannya. Ia menggeleng tak percaya. Matanya pasti berbohong.
Disana, pria yang kini menjabat sebagai kekasihnya. Yang tadi pagi membatalkan kencan mereka karena katanya harus mengantar Mama nya ke rumah sakit, kini tengah duduk berdua dengan gadis yang ia ketahui sebagai mantan dari kekasihnya itu.
Pria itu berbohong lagi. Padahal ia tahu Charis benci di bohongi. Dan alasannya berbohong masih sama, Anggun Tarisya.
Lya menutup mulutnya kaget. Ia melirik ke arah Charis yang masih bungkam. Tapi bisa dilihat dengan jelas, mata Charis menunjukkan luka yang dalam.
"Itu kan Keenan! Ngapain dia disini sama-" mata Key membulat saat mengenali gadis yang kini sedang bersama pacar dari sahabat nya itu "Sialan! Brengsek tuh cowok belum pernah gue-"
"Ayo masuk!"
Key,Lya,dan Raty menatap ke arah Charis tak percaya. Wajah gadis itu datar,namun semua tahu gadis itu kini tengah murka.
Charis berjalan lebih dulu dan duduk di meja kosong yang paling dekat dengan meja Keenan. Keenan membulat terkejut melihat siapa yang duduk di meja sebelah nya. Tubuhnya beku. Dadanya terasa seperti berlubang.
"Ngapain masih disitu?" Charis menatap teman-temannya yang masih membeku di tempat "Sini!"
Ketiganya langsung berjalan ke arah Charis dengan ekspresi masing masing. Key dengan mata tajamnya yang seolah siap menghabisi Keenan. Lya yang menatap sendu ke arah Charis. Dan Raty yang menyunggingkan senyum sinis ke arah Anggun.
"Pesen!" titah Charis dengan suara dingin. Charis yang tengah dipuncak amarah benar-benar menyeramkan.
Keenan bangkit dari kursinya dan menuju ke tempat Charis. Ia berdiri tepat di sebelah gadis itu dan menyentuh tangan gadisnya. Charis menepis sentuhan itu keras. Keenan tercenung, sudah lama sekali Charis tidak bersikap begini padanya.
Jantung Keenan mencelos. Apa Charis akan meninggalkannya?
"Ris,ini gak kayak yang kamu pikir. Tadi Anggun nelfon aku,terus dia-"
"Buruan pesan! Gue laper!" Charis memotong ucapan Keenan. Ia sangat tidak ingin mendengar sampah apapun yang keluar dari mulut jahanam seorang Keenan. Ia bahkan tak menolehkan wajahnya.
Keenan tercenung. Hati nya terasa diremas. Rasanya ia ingin menangis saja. Charis-nya bahkan tak ingin menatap nya.
"Ris,kamu harus dengerin aku dulu" ucap Keenan lirih. Charis menoleh skeptis.
"Sampah" Keenan membeku mendengar ucapan Charis. Ia tahu, Charis sedang berada di puncak amarahnya sekarang.
Keenan langsung menarik gadis itu agar berdiri di hadapannya. Keenan memegang wajah Charis yang menolak menatapnya. Hatinya ngilu. Charis yang membencinya lebih pedih daripada sembilu. Seluruh pengunjung cafe menatap ke arah mereka.
"Charis, kamu harus percaya sama aku. Aku nggak mungkin ngelakuin hal buruk yang ada dipikiran kamu sekarang. Aku itu cuma punya kamu,Ris. Percaya sama aku!" Keenan hampir menangis ketika netra bertemu dengan netra hitam kelam yang memancarkan sorot terluka dan benci ke arahnya.
Charis bungkam. Hatinya perih. Perih sekali. Andai ia tahu akan ada sakit yang seperti ini, ia tidak akan memulai apapun.
Charis ingin memaki Keenan. Ia ingin menuntut semua kata-kata manis yang selalu Keenan janji kan padanya. Ia kecewa. Ia kecewa sekali sampai bingung apa yang harus dia katakan pada Keenan. Sumber kekecewaan nya. Yang ia tahu hanya, ia tidak ingin merasakan sakit lagi. Ini sudah sangat cukup.
"Putus!" ucap Charis. Keenan membeku tubuhnya bergetar. Matanya memerah siap menumpahkan tangis.
"Ris, jangan becanda. Kita gak bisa putus dengan cara begini!" Keenan merengek pilu. Ia tidak ingin kehilangan gadis yang benar-benar di cintainya.
Anggun tersenyum licik. Ia lalu mendekat ke arah Keenan dan menyentuh bahunya. Keenan menoleh. Charis menyunggingkan senyum pahit.
Hanya dengan itu atensi Keenan bisa berpaling ke arah Anggun? Sebenarnya siapa yang pacarnya disini?
"Udah sih,Kee. Lepasin aja. Manusia gak berguna kayak dia ini, ngapain kamu pertahanin" ucap Anggun. Keenan membulatkan matanya. Apa maksud dari ucapan Anggun ini?
Charis menepis tangan Keenan yang masih setia memegang wajahnya. Keenan langsung menatap ke arah Charis yang kini masih setia dengan senyum pedih dan matanya yang terasa kian kelam. Mata gadis itu berkaca-kaca.
"Kita selesai!"
Charis mengambil sling bag nya,dan pergi meninggalkan cafe. Air mata Keenan jatuh begitu saja. Ia tidak rela!
Ia menatap geram ke arah Anggun. Jika saja ia tidak menuruti permintaan gadis itu untuk bertemu disini, mungkin ia dan Charis akan tetap baik-baik saja.
"Kalo sampe Charis bener-bener pergi dari hidup gue, percaya sama gue hidup lo bakal lebih mengerikan dari neraka!" ucap Keenan murka. Ia menunjuk ke arah wajah sok polos Anggun yang kini membuat nya muak.
Keenan berlari mengejar Charis yang sudah tidak terlihat sama sekali.
Key,Lya,dan Raty menatap bengis ke arah Anggun. Anggun menoleh ke arah ketiga gadis yang menguarkan aura kelam kearah nya.
"So,bitch? Lo berani ngelukain hati sahabat gue?" ucap Key. Ia ingin sekali menampar,menjambak,dan mencakar wajah iblis sok polos di hadapannya.
"Gak usah sok polos muka lo! Lo pikir gue gak tau kalo lo itu pernah jadi simpenan om-om? Udah kotor aja masih nempel ke Keenan. Udah kayak lintah lo, Sampah!" Raty mengeluarkan senjata nya. Selain mulut yang tajam, gadis ini cukup menyeramkan karena tahu banyak hal.
Anggun meneguk ludahnya dan menatap ke arah gadis berkaca mata bulat yang tampak cupu namun manis. Ia menatap memohon.
Diluar dugaan gadis itu justru memasang sungging sinis yang lebih menyeramkan dari kedua temannya.
"Lo berharap gue selamatin? Sorry,gue orang pertama yang bakal bikin lo menderita. Mahluk gak guna kayak lo bagusnya musnah!"
Lya tertawa sinis. Ia sudah menahan emosinya agar tidak mencuat tak karuan ke permukaan. Tapi ia tidak tahan ketika melihat wajah Charis yang nampak begitu terluka. Well, gadis ini memang butuh sedikit aturan tata krama ala Lya.
Anggun meneguk ludahnya kasar. Ia tidak pernah tahu bahwa Charis punya backing sekuat ini. Semua sudah terlambat. Saat ia sadar, ia sudah berada tepat didepan gerbang neraka.
__GLADIOLA__
KAMU SEDANG MEMBACA
GLADIOLA
Novela JuvenilHopping is something closely related to humans. If people don't have expectation anymore, means they stop believing. World where people stop believing, means human let the darkness eat every piece of them in pleasure. ...