[2]. Mega Mendung dan Gadis Pemurung

9 1 0
                                    

   Di ruangan serba putih dengan aroma khas Rumah Sakit Charis berbaring sambil menatap Keenan tajam. Objek yang di tatap justru memilih pura-pura tidak tahu dan menyibukkan diri dengan ponselnya.

  "Gue mau pulang" Charis bangkit dari posisi rebahannya. Keenan langsung melempar ponselnya kesamping dan mendekati Charis.

  "Lo mau kemana?" Charis menatap Keenan datar. Ia menyesal sempat berprasangka baik pada pria menyebalkan semacam Keenan.

  "Pulang"

  Keenan menahan tangan Charis yang ingin melepaskan infus di tangan kanannya "Tunggu infusnya abis dulu"

   "Minggir"

   Keenan menghela nafas lelah. Kenapa gadis ini bisa jadi begitu keras kepala, apa susahnya berbaring sebentar lagi menunggu cairan infus itu habis?

  "Oke. Kita pulang. Tapi ganti dulu baju lo" Keenan menyerahkan bungkusan berisi hoodie abu-abu gelap miliknya. Ia agak terganggu melihat bercak bercak darah yg merembes di baju Charis.

  Charis mendecak sebal dan perlahan menuju kamar mandi sambil membawa infusnya untuk berganti pakaian. Keenan menatap tubuh munggil itu berjalan tertatih dengan tatapan tak terbaca.

  Di dalam kamar mandi Charis hanya bisa mengumpat kecil sambil sesekali meringis karena luka lukanya yang berdenyut sakit tiap ia bergerak. Ia sendiri sadar tubuhnya terluka cukup parah. Tapi rasa bencinya akan tiap sisi rumah sakit lebih besar dari seluruh rasa sakit yang mendera tubuhnya.

  Ia memandangi pantulan dirinya di cermin dengan pandangan datar. Tubuhnya yang kecil tenggelam dalam hoodie abu abu gelap milik Keenan. Bahkan panjang hoodie ini sanggup menutup lebih dari setengah pahanya. 

  "Ck!"

  Perlahan gadis itu kembali berjalan menuju pintu kamar mandi dan menhampiri Keenan yang lagi lagi asik dengan ponselnya. Charis mengetuk kepala pria itu cukup keras. Keenan mengaduh sambil mengusap kepala tampannya yang malang.

  "Pulang!"

  Keenan menatap gadis yang kini berada di hadapannya seksama. Tubuh mungilnya yang tenggelam dalam hooide kebesaran tampak begitu menggemaskan. Beberapa detik kemudian ia memukul kepalanya karena ia rasa akal pikiran mulai lenyap dari kepala tampannya.

  "Lo kenapa?"

  Keenan menggeleng "Gue rasa gue mulai gila"

   Charis langsung dengan cepat  memukuli kepala Keenan dengan keras. Keenan memegang pergelangan tangan Charis sambil menatapnya tajam.

  "Apa-apaan?!"

  "Lo bilang lo mulai gila. Gue belum  balik. Lo belum boleh gila" Charis menatap Keenan datar. Keenan yang mendengar ucapan Charis langsung meremas rambutnya kesal. Apa-apaan kalimat polos yang menyebalkan itu. Dan ada apa pula dengan ekspresi datar menyebalkannya. Keenan menggeram menahan sebal.

  "Mending gue panggil suster buat cabut infus lo sekarang" Charis menahan tangan Keenan yang beranjak menuju pintu. Keenan mengangkat alisnya sambil lagi lagi menatap ekspresi datar menyebalkan khas gadis itu.

  "Lama!" 

  Keenan tecengang melihat gadis itu dengan santai mencabut jarum infus yang melekat di tangan kanannya. Gadis itu lantas mengusap sedikit darah yang keluar ke rok sekolahnya. Keenan memandangi gadis itu dalam, memastikan bahwa yang ada dihadapannya ini benar adalah manusia,bukan siluman batu atau semacamnya.

  "Lo beneran manusia kan?"

  Charis mendesis kesal "Bukan! Gue batu!"

  Gadis itu pun pergi meninggalkan Keenan yang termenung sambil berjalan perlahan. Charis mendecih sebal. Ia benar-benar akan mati hari ini. Tenaganya terlalu banyak terkuras. Keenan sialan!

GLADIOLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang