destiny three

460 110 42
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Soobin mengamati pergerakan Lia yang sembari tadi mondar-mandir di hadapannya dengan wajah gelisah. Perempuan itu tampak mencari sesuatu.

Sebenarnya apa yang dicari Lia?

Soobin pun akhirnya memilih menatap jendela yang menampakkan pemandangan langit sore yang menyemburkan sinar jingga keemasan daripada melihat Lia kebingungan yang membuatnya ikut bingung.

Soobin baru menyadari jika senja ternyata seindah itu. Kemana saja ia selama ini?

Tentu saja ia tak kemana-mana, dia 'kan selalu dikurung oleh keluarganya di dalam rumahnya.

Tega sekali orangtuanya membuat dirinya melewatkan senja seindah ini selama belasan tahun.

Mengingat hal itu, dalam hati Soobin bertanya-tanya. Apakah mereka masih berusaha mencari keberadaannya? Atau justru mereka sudah tak peduli lagi padanya?

Soobin terkesiap kala bahunya ditepuk oleh Lia.

“Mmmm, maaf ya? Aku tidak punya pakaian laki-laki. Sebenarnya aku masih menyimpan baju milik kakakku, tapi sepertinya aku lupa menaruh dimana.” ujar Lia

Soobin sama sekali tidak keberatan. Ia tak masalah jika harus memakai ulang pakaian yang melekat pada tubuhnya. Malah ia merasa bersalah pada Lia karena telah merepotkan gadis itu.

“Tidak apa-apa,” jawab Soobin.

Lia tersenyum simpul. “Baiklah, sekarang makan dulu yuk? Aku sudah masak omelette dengan sup jagung,”

Soobin mengangguk, lalu menatap kagum perempuan di depannya.

Betapa baiknya perempuan ini. Ia mau menolong orang asing yang sama sekali tidak ia kenali dan membuatkan makanan, bahkan membiarkannya tinggal di rumahnya.

Hati Lia kira-kira terbuat dari apa ya?

Lia menggiring Soobin menuju dapur, lelaki itu mengikuti dari belakang.

“Tapi tenang saja, aku sudah minta tolong pada kakakku untuk membelikanmu pakaian baru. Jadi nanti kamu bisa berganti baju,” ujar Lia menjelaskan.

Soobin termenung sebentar. Kakak? Apakah selama ini dia tidak tinggal sendiri? Berarti perkiraan Soobin salah? Ingin sekali lelaki itu menanyakan hal tersebut. Jika memang ternyata Lia tinggal dengan kakaknya, maka lebih baik Soobin pergi karena takut akan mengusik kehidupan mereka.

Tapi bagaimana caranya bertanya? Rasanya Soobin tidak punya hak untuk menanyakan hal itu.

Lia menatap bingung Soobin yang masih terdiam tidak menyentuh makanannya sama sekali.

“Apa kamu tidak suka lauknya?” pertanyaan Lia membuyarkan lamunan Soobin.

Lelaki menggeleng cepat. Bukan, bukan masalah makanannya.

“A—aku suka,”

“Syukurlah. Ayo dimakan,”

Soobin segera menyuapkan sup jagung ke dalam mulutnya. Ia menelan makanan itu beserta rasa penasarannya terhadap kakak dari Lia. Akan lebih baik jika ia tutup mulut.

Tok tok tok!

Sepertinya pintu rumah perempuan itu sedang diketuk oleh seseorang. Lia dengan sigap membukakan pintunya meskipun ia sedang makan.

Soobin mengintip, siapakah orang yang kira-kira bertamu.

“Oh, selamat datang kak...” sapa Lia setelah mengetahui jika yang datang adalah Choi Yeonjun, kakaknya.

Soobin memicingkan matanya, ternyata kakak dari Lia adalah seorang lelaki. Membuat keyakinannya untuk pergi dari rumah ini bertambah. Sepertinya ia akan merepotkan keluarga kecil ini.

Tapi jika ia pergi dari rumah ini, harus bersembunyi dimana lagi? Soobin benar-benar tak sudi untuk kembali ke rumahnya.

“Gelandangan mana lagi yang kamu tolong?” tanya Yeonjun sinis.

“Jangan seperti itu, dia bisa saja mendengarmu.” Lia menaruh telunjuknya di depan bibirnya, isyarat agar kakaknya memelankan suaranya.

Bruk!

Yeonjun melempar kantong plastik berisi beberapa potong pakaian baru.

“Berhenti menolong orang lain jika keadaan dirimu sendiri saja memprihatinkan.”

Lalu Yeonjun membanting pintu rumah Lia, pergi lagi tanpa sempat masuk ke rumah itu. Lia memungut kantong plastik itu.

Soobin mendengar semua percakapan Lia dan Yeonjun. Gelandangan mana lagi? Apakah itu tandanya Soobin bukanlah orang yang pertama kali ditolong oleh Lia?

Lia menghampiri Soobin sambil menyerahkan baju baru padanya.

“Kalau sudah makan, kau bisa mandi dan menggunakan baju ini. Semoga kamu nyaman disini,” Lia mengulas senyum.

Batin dan akal Soobin tengah berdebat. Akalnya berkata jika ia harus sadar diri dan segera meninggalkan rumah ini. Namun batinnya justru berkata jika ia tidak terima pada orang yang Lia tolong sebelumnya.

Maka ia takkan membiarkan orang lain selain dirinya mendapat perhatian Lia dengan cara tetap tinggal dirumah ini.

“Terimakasih. Aku sangat nyaman,” Soobin tersenyum.

abis ini bahas dark side keluarga soobin apa bahas kenapa lia tinggal sendiri?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

abis ini bahas dark side keluarga soobin apa bahas kenapa lia tinggal sendiri?













Unread Destiny [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang