destiny five

380 93 36
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Fajar di pagi hari datang menyapa lebih cepat dari yang Soobin perkirakan. Lelaki itu mengerjap-ngerjapkan matanya agar ia segera terbangun.

Lelaki itu bangkit seketika kala menyadari jika Lia tak lagi di sampingnya. Soobin mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Kemana perginya Lia?

“Oh, sudah bangun? Ayo segera mandi, kita akan pergi ke suatu tempat hari ini.” ujar Lia dari dapur.

Soobin mengerutkan dahinya. Pergi kemana? Apa jangan-jangan Lia akan mengajaknya ke rumah si penolongnya?

“Jangan bengong saja. Ayo cepat! Aku sudah memasak daging bakar untukmu.” titah Lia.

Soobin mengangguk paham, ia cepat-cepat mengambil baju dan handuknya kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Meskipun kini ia tengah fokus membersihkan badan. Dalam hati ia membatin, kemana mereka akan pergi hari ini? Apa tujuan Lia mengajaknya? Akankah ia akan bertemu dengan orang yang menyelamatkan Lia? Soobin sangat penasaran.

Terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi kepala lelaki itu, mungkin karena Soobin tidak mengetahui fakta apapun tentang Lia.

Tentu saja ia tidak tahu, mereka dulu adalah sepasang orang asing yang tak mengenal satu sama lain.

Soobin tersenyum miris, bisa-bisanya ia menumpang hidup dengan manusia asing yang sama sekali tidak ia kenali.

Setelah selesai mandi, Soobin memakai pakaiannya dan segera keluar dari kamar mandi. Ternyata di dapur Lia sudah duduk menunggunya.

“Sudah? Ayo makan!” ajak Lia.

Soobin duduk di kursi makan, mengamati perempuan itu yang sudah tampak rapi dengan kaus putih dan rok berwarna pink. Sederhana, tapi terlihat manis.

Lia memasang senyum di bibirnya. “Aku tak sabar untuk memperkenalkanmu pada temanku.” ucapnya.

Soobin terdiam, memilih untuk menyantap makanan yang tersaji daripada menanggapi ucapan Lia.

“Kau ingat ceritaku semalam? Orang itu lah yang akan kuperkenalkan padamu,” Lia masih asyik mengoceh.

Lelaki itu hanya mengangguk ringan, tak tertarik dengan pembahasan Lia. Pikirannya sedang menebak-nebak siapa orang itu.

“Kau pasti akan dekat dengannya. Karena sama-sama lelaki, dan menurutku kalian sebaya.” kata Lia.

Soobin menghentikan aktifitas makannya, lalu menatap lurus manik mata perempuan di hadapannya.

“Laki-laki?” tanya Soobin memastikan.

Lia mengangguk antusias. “Benar, kalian pasti akan menjadi teman baik!”

Soobin mendengus kasar, ternyata benar saja tebakannya. Jika yang menyelamatkan Lia adalah seorang lelaki. Seketika itu rasa iri dan cemburu mendominasi Soobin.

Seharusnya ialah yang menolong gadis jelita itu. Bukan justru merepotkannya seperti ini.

Lelaki itu kehilangan selera makannya. Ia langsung menjauhkan piringnya dari hadapannya.

Lia kebingungan melihat sikap Soobin. “Eh? Apakah makanannya tidak enak?”

Soobin menggeleng, membuat kesan paradoks bagi Lia. Apakah memang makanannya tak sedap atau bagaimana?

Lelaki itu bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan dapur. Lia yang masih bingung cepat-cepat menyusul Soobin.

Lia menggaet tangan Soobin. “Ada apa? Kenapa kau tidak menghabiskan makananmu?”

“Aku sudah kenyang,” jawabnya singkat.

Lia menatap Soobin khawatir. “Kau tidak apa-apa 'kan?”

Lelaki itu mengangguk pendek.

Lia perlahan melepas genggamannya dari tangan Soobin. “Baiklah, kalau begitu ayo berangkat.” kata perempuan itu.

“Kalau aku menolak, bagaimana?” ucapan Soobin membuat Lia tertegun. Perempuan itu menoleh terkejut.

“Kenapa?” Lia kembali diliputi kebingungan.

Soobin merengkuh bahu Lia lalu ia menyandarkannya di dinding. “Katakan, apa aku menyusahkanmu?”

Jantung Lia berdetak sangat cepat akibat jaraknya dengan Soobin begitu dekat, ditambah tangan kanan lelaki itu mengunci pergerakannya. Ia benar-benar terpojok sekarang.

“T—tidak. Sama sekali tidak,” cicit Lia gugup.

Tatapan Soobin pada Lia terasa semakin dalam, membuat pipi perempuan itu memanas serta memerah.

“Kau lebih memilih aku atau lelaki yang menolongmu?” tanya Soobin dengan nada tajam.

Lia membelalakkan matanya ketika mendengar pertanyaan Soobin. Apa maksudnya ia menanyakan itu?

“Jawab aku,” Soobin mendesak perempuan itu.

Entah atas dasar apa, Lia menjawab mengikuti kata hatinya.

“Aku memilihmu, Choi Soobin.” jawab Lia sayup-sayup.

Sejak Lia menjawab itu, perasaan Soobin pada Lia tak lagi sama seperti dulu.

Ia jatuh cinta pada perempuan itu.

Ia jatuh cinta pada perempuan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



nanti gaes orang ketiganya :v
abis ini bakal lebih kompleks permasalahannya. cuma ya masih tetep short chapter.

oke, makasih <3



Unread Destiny [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang