Soobin menatap Lia yang masih tertidur pulas di dalam dekapannya. Wajahnya terlihat damai, hembusan nafasnya terdengar teratur. Lalu ia menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah waktunya untuk dirinya pergi.Lelaki itu membelai wajah Lia, sebenarnya ia tak mau meninggalkan perempuan pujaan hatinya tanpa berpamitan secara langsung. Namun ia tak tega membangunkannya dan menganggu tidurnya. Akhirnya Soobin hanya mengecup kening Lia dengan lembut sembari mengusap puncak kepalanya.
“Aku pergi dulu,” pamitnya.
* * *
Lia menggeliat pelan tatkala sinar matahari menyusup ke dalam rumahnya melewati celah jendela dan menyilaukan pandangannya. Lalu sedetik kemudian ia tersadar jika Soobin tak lagi berada di sampingnya.
Lelaki itu telah pergi dari rumahnya, entah kapan.
Perempuan itu menghela nafas sebentar, kemudian beranjak bangun dan bersiap untuk berangkat kerja. Namun pandangannya teralih pada sticky note yang tertempel di meja makan. Lia menarik kertas itu, lantas membacanya dengan seksama.
selamat pagi lia, maafkan aku tak bisa menjadi orang pertama yang kau tatap setelah terbangun dari tidurmu, karena ada urusan penting yang harus kuselesaikan. malam nanti aku akan datang lagi, tunggu aku.
— soobin.
Lia hanya menarik ujung bibirnya, membentuk lekuk senyuman tipis. Membaca sapaan hangat di kertas itu membuatnya bersemu bahagia. Dirinya hampir lupa jika Soobin telah memiliki tunangan dan hubungannya dengan lelaki itu masih abu-abu.
Tapi ia tak bisa menahan diri untuk tidak terjatuh amat dalam pada lelaki yang kini menduduki takhta di pikiran dan hatinya. Perlahan rasa cinta membutakan Lia dari kenyataan jika ia dan Soobin tak mungkin bersatu.
Kenyataan bahwa Soobin dan Lia tidak ditakdirkan bersama.
* * *
Pagi ini ada pemandangan yang menggemparkan di gedung perusahaan induk milik keluarga Kim, karena salah satu anggota keluarga Choi yang menjadi musuh bebuyutan mereka sejak dulu tiba-tiba hadir di perusahaan dan meminta waktu bertemu dengan Tuan besar Kim.
Siapalagi jika bukan Choi Soobin. Ia datang kemari dengan beberapa berkas dokumen dalam genggamannya. Sembari tadi ia mengulas senyum, tanda jika ia datang bukan untuk mengibarkan bendera perang. Tuan Kim pun menemui Soobin secara langsung tanpa mengutus sekretarisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unread Destiny [✓]
Fanfictiontakdir memang sudah tertulis bahkan sebelum suatu insan diciptakan. namun beberapa jiwa tak dapat membaca takdirnya. ft soobin, lia