Lia cukup terkejut saat Soobin mengatakan syarat itu.
Tentu saja perempuan itu tak dapat mengiyakan permintaan Soobin. Tinggal dan hidup di rumah lelaki itu, padahal ia dan Soobin hanyalah sebatas teman penolong yang belum terlalu dekat dan akrab.
Mustahil.
Tapi melihat raut wajah Soobin yang begitu memohon membuatnya tak tega untuk menolak. Lia menarik nafas panjang, mulai menyusun kata yang akan disampaikan pada lelaki di hadapannya.
“Maaf Soobin, tapi aku tidak bisa ikut denganmu. Aku memiliki kehidupan sendiri disini, kau pun memiliki kehidupanmu disana. Aku hanyalah orang yang membantumu, bukan orang terdekatmu.” ujar Lia.
Soobin terlihat kecewa dengan jawaban perempuan itu. “Tapi kau satu-satunya yang aku punya, tidak ada lagi seorang pun yang mendukungku.”
Lelaki itu menundukkan kepalanya, meredam tangisan yang mengalir dari kedua netranya. “Hanya kamu, Lia.”
Perempuan itu semakin merasa bersalah karena telah menyebabkan lelaki itu menangis. Rasa iba pun bertambah seiring isakan Soobin terdengar.
Soobin menggenggam erat tangan Lia. “Kumohon,”
Dengan berat hati, Lia melepaskan genggaman tangan lelaki itu.
“Maaf, aku masih ragu.” jawab perempuan itu.
Akhirnya percakapan mereka berakhir buntu tanpa kepastian dan kejelasan.
Soobin memejamkan kedua matanya. Ia mulai memahami satu hal jika tak ada yang dapat membuatnya bertahan lagi.
Lia hanya berniat menolongnya sementara, bukan menyelamatkannya untuk selamanya.
Tidak ada seseorang yang dapat mendukungnya dan menjadi sandaran hidupnya.
Ia tidak bisa kembali ke rumah aslinya karena itu sama saja mengulang luka yang baru saja ia obati.
Maka Soobin telah mengambil keputusan.
Ia akan pergi malam ini.
* * *
Lia terbangun di tengah malam akibat mendengar bunyi berisik di sekitar ruang tamu. Ia pun berinisiatif mengecek apa yang sebenarnya sedang terjadi sampai menimbulkan suara mengganggu.
Matanya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, tidak ada yang terlihat ganjil. Semua nampak baik-baik saja. Hingga Lia tersadar akan satu hal.
Soobin tak lagi berada di rumahnya.
Seketika nafasnya terhenti beberapa detik, rasa cemas langsung menyelimutinya.
Lia benar-benar tahu bahwa keadaan lelaki itu belum sepenuhnya baik, apalagi setelah permintaannya ditolak oleh Lia. Perasaan Soobin saat itu pasti kalut dan kecewa.
Perempuan itu langsung bergegas membuka pintu rumahnya dan berlari menyusuri jalanan untuk mencari Soobin, ia yakin jika lelaki itu belum terlalu jauh melangkah pergi.
Pandangan Lia pun menangkap adanya kerumunan di ujung jalan sana, ia segera mendekati mereka, siapa tahu mereka melihat Soobin berjalan ke arah mana.
Dalam hati perempuan itu membatin, mengapa di tengah malam begini masih banyak orang terjaga? Tidak mungkin 'kan seluruh orang itu ronda semua.
Saat Lia ikut merapat pada kerumunan, ia sangat terkejut mendengar topik obrolan mereka.
“Kudengar ada pemuda menceburkan diri ke dalam sungai,”
“Benar. Lelaki itu adalah putra tunggal dari keluarga Choi. Sepertinya ia bunuh diri karena depresi,”
“Kasihan, sampai sekarang jasadnya belum ditemukan.”
“Keluarga Choi dan Jeon turun langsung ke tkp untuk mencari pemuda itu.”
“Malang sekali,”
Lutut Lia kehilangan kekuatan untuk berdiri tegap, dadanya terasa sesak. Panik, khawatir, dan sedih bercampur aduk. Membuat perempuan itu kembali merasa bersalah pada Soobin.
Seharusnya ia memenuhi permintaan lelaki itu untuk tinggal bersama.
Karena Soobin tak memiliki siapapun selain dirinya.
Hanya Lia seorang.
Perempuan itu langsung berlari menuju ke tepian sungai yang sudah dipadati oleh tim kepolisian beserta tim penyelamat. Manik matanya mencari keberadaan Soobin.
Gelap.
Penerangan di sungai begitu minim, hanya senter dan lampu portabel yang menjadi sumber penerangan disana.
Lia memandangi satu persatu orang yang ada disana. Dan ada seorang perempuan cantik dibalut gaun hitam yang terisak hebat sembari memanggil nama lelaki itu.
“Soobin... kenapa kau lakukan ini? Kumohon kembalilah...” perempuan itu tak henti meratapi kejadian naas ini.
“Tiga minggu lagi pesta resepsi pernikahan kita digelar, kau harus kembali...”
Lia sedikit terkejut mendengar kalimat itu dari si perempuan tadi. Pernikahan? Apakah perempuan itu adalah orang yang dijodohkan dengan Soobin.
Seorang pria paruh baya bersetelan jas lengkap memeluk perempuan cantik itu. “Jangan menangis, Heejin. Kita akan menemukan Soobin,” hibur pria itu.
Heejin menggeleng. “Mustahil, dia tidak bisa berenang. Ia pasti sudah tenggelam.”
Lia tertegun menyimak pembicaraan tersebut. Soobin tidak bisa berenang? Ya Tuhan, kondisi lelaki itu pasti sudah sekarat. Mengingat jika arus sungai malam ini cukup deras dan memiliki kedalaman hingga puluhan meter.
Perempuan itu menatap riak air sungai yang berombak. Ia yang menyebabkan Soobin mengambil keputusan nekat ini. Maka ia harus bertanggung jawab.
BYUR!!!
Lia tanpa ragu segera menceburkan diri ke dalam sungai itu, mencari keberadaan Soobin.
Kalau ia diizinkan berharap, maka ia akan berharap agar Soobin dapat bertahan sampai ia menemukannya.
Mempertahankan nafasnya demi Lia.
panjang lho ini 700++ word wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Unread Destiny [✓]
Fanfictakdir memang sudah tertulis bahkan sebelum suatu insan diciptakan. namun beberapa jiwa tak dapat membaca takdirnya. ft soobin, lia