12

10.8K 1.7K 236
                                    




Lord Jeffrey menyalami Nyonya Irene dan berbasa basi menanyakan keadaan sang tuan rumah. Saat ia hendak meminta izin untuk bergabung dengan tamu lain, disaat itu jugalah ia melihat Renjun yang tengah memegang gelas anggurnya dengan begitu kuat, menatapnya dengan wajah pucat.



Untuk sesaat Lord itu terpaku, lalu tanpa mengacuhkan pandangan tuan rumah yang menatapnya heran, Lord itu melangkah mendekat ke arah Renjun.



" Disinilah persembunyianmu selama ini, Rubah Kecil?" Lord Jeffrey menyeringai. Gelas yang di pegang Renjun jatuh dan pecah berderai, membuat seluruh tamu yang hadir memusatkan perhatian kepadanya dan Lord dari Cornwell itu.


" Sepertinya polisi tidak perlu lagi bersusah payah mencarimu, Huang Renjun. Karna detik ini juga aku akan membawamu kembali ke London."



Renjun bergetar ketakutan. Dengungan suara manusia tidak lagi di dengarnya. Sedangkan nyonya Irene dan Wendy mengernyit tak mengerti dengan apa yang lord itu katakan.



" TIDAK AKAN!" Teriak Renjun. Semua orang begitu terkejut mendengar teriakan itu. Bisikan bertanya-tanya semakin keras terdengar.



"  SAYA TIDAK AKAN IKUT BERSAMA ANDA!" Teriak Renjun lagi sekuat tenaga, membuat suara-suara ribut itu terhenti sebentar, setelah itu keributan kembali terdengar. Sebuah kejadian yang tidak terduga telah mengalihkan pesta yang sedang berlangsung. Nyonya Irene selaku tuan rumah tak berusaha untuk mencegah kehebohan itu karna ia sendiri hanya berdiam diri menyimak semua percakapan antara sang perawat dengan lord dari Inggris itu.



" Kamu tentu saja tidak punya pilihan, Renjun." Nada suaranya terdengar mengejek. Tapi Renjun seakan tuli, tidak mendengar itu semua.



" Kau masih di bawah umur Renjun. Secara hukum kau masih harus berada di bawah asuhan orangtuamu. Ayah dan ibu tirimu masih menunggumu di London." Seringaian bermain di bibir Lord itu.



Renjun menggeleng kuat-kuat.



" Saya tidak akan kembali!" Serunya. Wajahnya pucat dan bibirnya bergetar.




" Kau tidak berhak memilih, Tuan Muda Huang."



Saat Lord itu hendak menggapai tangan Renjun, Renjun segera berbalik dan berlari melintasi ruangan, menabrak semua orang yang berada di jalur pintu utama tanpa peduli. Renjun tak merasakan kakinya saat menuruni tangga, ia berlari bagaikan melayang.



Keributan dan teriakan-teriakan marah Lord itu tak lagi di indahkan Renjun. Yang ia tau, sekarang ia harus lari sejauh mungkin dari Lord yang sangat di bencinya itu.



Renjun menerobos pintu dan pengawal kastil yang menatapnya bingung. Langit mulai mencurahkan isinya seiring dengan Renjun yang telah berhasil melewati pintu gerbang.



Renjun benar-benar tidak berfikir kemana kakinya hendak membawanya. Yang ia tau, ia harus berlari secepat mungkin dan menjauh dari kastil. Namun langkahnya menuntun dirinya untuk menuju ke tempat yang biasa ia kunjungi ketika sedang jenuh atau kesepian.



Renjun tidak memperdulikan kubangan lumpur yang di lewatinya dan hujan yang sudah turun dengan derasnya. Sesampainya di sungai yang biasanya berair dangkal, Renjun terhenti, memperhatikan di dalam gelap batu-batu yang biasa menjadi tempat ia menyebrang untuk menuju ke puncak bukit.



Setelah menemukannya, Renjun segera berlari meloncatinya dan tanpa lelah mulai mendaki lereng bukit.



Setelah sampai ke puncak bukit dengan nafas terengah-engah, Renjun menjatuhkan dirinya di samping sebuah batu besar. Menyandarkan pipinya pada batu itu.



The Castle | Jaemren Remake ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang