Ayana sedang berada di luar saat Yusman menghubunginya. Ia berencana hendak makan malam sebenarnya namun tidak jadi setelah menerima telepon dari Yusman. Syukurlah belum memesan apa pun. Ia baru duduk saja. Dirinya lantas memutuskan untuk keluar dari restoran. Segera mengendarai mobilnya menuju kantor firma hukum Yusman.
Sesampainya di kantor ia melihat hanya mobil Yusman yang terparkir di sana. Ayana segera masuk dengan perasaan penasaran tentang Evelyn. Ada apa dengan Evelyn. Ia membuka pintu kantor yang memang tidak terkunci. Lampu ruang tengah terang benderang.
"Pak Yusman?" panggil Ayana sambil berjalan mencarinya. Terdengar suara dari dapur ia lantas menghampiri. Ya, di sana Yusman sedang menyeduh pop mie dan kopi. Ayana berdehem seolah memberi tahu sudah datang. Yusman menoleh ke arah pintu.
"Udah dateng?" ia bersikap biasa saja.
"Ya," jawab Ayana. Yusman hanya mengenakan kemeja putih yang kancing teratasnya dibiarkan terbuka. Gadis itu memandangi betapa tampan si cinta pertamanya. Ingin sekali ia memeluknya malam ini. Tapi ada benteng yang menjulang tinggi. Ayana tidak mungkin merusaknya.
"Udah makan?" tanya Yusman berbalik seraya menatap Ayana. Dirinya ingin tertawa saja. Malam-malam seperti gadis itu mengenakan kacamata. Ia sudah tahu siapa gadis yang kini sedang bersamanya.
"Belum, tadi aku lagi ada di tempat makan. Kamu telepon jadi aku langsung kesini."
Yusman mengangguk samar. "Cuma ada mie instan aja, mau?"
"Boleh," bibir Ayana menipis. Yusman justru masih betah memandanginya dengan pandangan sulit di artikan. Gadis itu menjadi bingung, ada yang aneh dengan Yusman. "Biar aku yang masak sendiri." Ia tidak mau merepotkan. Ayana menaruh tasnya di atas pantry.
Yusman benar-benar bodoh, seru batinnya. Ia sampai tidak bisa mengontrol dirinya saat ini. Setelah mengetahui siapa itu Florence. "Kamu duduk aja di ruang tengah." Terasa sulit baginya untuk menerima. Antara percaya dan tidak.
"Aku buat sendiri," sahut Ayana.
"Nggak perlu," ucap Yusman tegas. Ia membuka lemari persediaan makanan di kantornya.
"Nggak mau, aku bisa sendiri cuma mie instan ini." Ayana merebut pop mie dari tangannya. Ia membukanya lalu mengeluarkan bumbu dari cup. Dituangkannya air panas ke cup. Baru bumbu di taruh dan terakhir menutupnya agar cepat matang. "Aku bisa kan?" ucapnya dengan bangga seraya tersenyum. Namun seketika senyumannya yang terpantri di bibirnya menghilang ketika Yusman masih menatapnya dan lebih sering. Ayana menjadi salah tingkah. "Kenapa?"
Yusman menggelengkan kepalanya. "Mau minum apa?"
"Air putih aja," ucap Ayana. "Ada apa dengannya?" seru batinnya.
Suasana menjadi berbeda dari biasanya. Perasaan Ayana menjadi risau. Mereka duduk di ruang tengah kantor, tempat biasanya para pegawai berkumpul istirahat. Yusman tidak bersuara dan itu membuat Ayana tidak nyaman. Pria itu terus saja memandanginya. Ayana memergoki tingkah Yusman yang terbilang mencurigakan.
"Ada apa dengan Evelyn?" tanyanya untuk mencairkan suasana yang begitu hening dan kikuk.
"Evelyn tadi sore ke sini," ucap Yusman.
"Terus?"
"Dia udah ke kantor polisi karena surat pemanggilan itu. Evelyn ke sini, dia merasa, tuduhan yang ada di laporan itu nggak benar. Dia nggak merasa plagiat karyamu."
"Apa? Dasar muka tembok! Jelas-jelas desain gaun itu sama seperti yang aku buat! Apa lagi yang dia katakan?" ucap Ayana terpancing emosi.
"Ngomong-ngomong bisa kamu lepasin kacamatamu itu," Ayana berhenti menggerutu. "Ini malam dan kita di ruangan. Apa nggak aneh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Here (GOOGLE PLAY BOOK)
RomanceHanya tersedia eBooknya di Google Play Book & Karyakarsa !! Sekuel Big Heart Ayana, seorang gadis tomboi yang diam-diam jatuh cinta pada pengacara yang menangani kasus perceraian ibunya. Setelah orang tuanya berpisah secara resmi, ia diboyong ke Ne...