Part 7

1.6K 324 31
                                    

"Kamu.. Cantik banget.." ucap Lidya dengan matanya berseri-seri. "Kenapa dari tadi pakai kacamata? Gini kan cantiknya keliatan."

Ayana tertegun. Ia tidak tidak menyangka Lidya mengatakan dirinya cantik. Bukan yang lain, sesuatu yang ditakutinya. Ayana lega mendengarnya, setidaknya Lidya tidak mengenalinya kan. Gadis itu tertawa garing. "Mbak ini bisa aja deh." Ia baru berani mendekati Lidya yang di pantry. "Ini biar aku yang cuci," ucapnya.

"Iya, itu sayuran buat bikin sop buntut. Mas Kaendra sama Mas Yusman suka banget sama Sop buntut." Lidya menerangkan kesukaan suami dan juga Yusman.

Ayana tersenyum saat mencuci wortel dan kentang. Ia bisa mengetahui kesukaan pria itu. "Apalagi yang dia suka?" tanyanya.

"Siapa?" Lidya menoleh padanya.

"Oh, maksudku anak-anak. Apa yang mereka suka?" hampir saja Ayana keceplosan mengorek tentang Yusman. Lidya pasti curiga jika ia menanyakan apa pun mengenai pria itu.

"Oh biasalah kalau anak-anak paling nugget, ayam gitu aja. Pada nggak suka sayuran."

Ayana terkekeh, sewaktu kecil pun dirinya seperti itu. "Namanya anak-anak, Mbak. Kitanya harus pinter-pinter buat nyiasatinnya."

"Bener kamu," Lidya setuju dengannya. "Apa kamu udah nikah?"

Ayana sampai terkesiap dengan pertanyaan itu. "Belum, usiaku masih dua puluh lima tahun. Belum mikirin untuk menikah. Masih mau kerja."

"Masih muda segitu mah ya, aku aja nikah umur dua puluh tujuh taun. Memangnya kamu kerja apa?"

"Aku manajer majalah di New York."

Mata Lidya sampai melebar. "Wow, keren banget." Ayana tersipu malu. "Pantes penampilanmu stylish."

"Makasih, Mbak."

Mereka melanjutkan acara masak memasaknya sampai selesai. Setelahnya mereka menikmati makan malamnya sambil mengobrol. Hanya Ayana sesekali bicara jika di tanya saja. Rambutnya dibiarkan tergerai untuk menutupi wajahnya dan tidak pernah melihat ke arah pria itu. Ia takut jika Yusman mengenalinya. Terutama mata, karena mata tidak pernah bisa berbohong. Ayana kikuk dekat dengan anak-anak. Selama ini ia tidak pernah bergaul. Meskipun dalam hati sangat gemas pada Saira. Putri Lidya itu lucu sekali.

"Mbak, makasih udah ngajak aku makan malam. Boleh aku peluk?" tanya Ayana spontan. Mereka sedikit terkejut dengan permintaan anehnya.

"Oh, boleh." Ayana segera memeluknya. Ada rasa sedih bercampur bahagia menyilap di hatinya. Sedihnya ia tidak bisa memberitahu jika dirinya adalah Ayana. Ia senang bisa bertemu kembali.

"Makasih," ucapnya sekali lagi. Lidya benar-benar wanita baik. Itulah kenapa Tuhan mempertemukan jodohnya Kaendra. Keduanya sama-sama baik.

"Kamu boleh main ke sini lagi kalau kamu mau. Pintu rumah kami selalu terbuka untukmu." Ucapan Lidya membuat Ayana terharu. Sampai ia tidak bisa berkata-kata. Air matanya merebak di balik kacamatanya. Ayana menganggukkan kepalanya. Dalam hatinya ia sangat bahagia. Ada yang peduli padanya meskipun Lidya tidak mengenalinya.

"Aku pulang dulu, salam cium buat Keanu dan si kembar," ucap Yusman. Putra-putri Kaendra sudah tidur. Ia berpamitan.

"Gue harap Bima juga dateng hari ini." Kaendra sedikit kecewa sahabat satunya tidak datang karena ada pekerjaan.

"Nanti gue bilangin ke dia. Oia, dia mau buka management di Bali. Pasti Bima ngundang kita. Kita bisa ke sana sambil liburan. Seru kan?"

"Ide bagus," seru Lidya. Sudah lama ia tidak liburan.

"Oke, nanti gue hubungi Bima kapan pembukaannya." Kaendra akan menghubungi Bima nanti menanyakannya. 

"Ya udah, gue pulang dulu."

I'm Still Here (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang