Part 1

2.1K 303 16
                                    

Delapan tahun kemudian..

Pria itu sedang duduk di meja kerjanya. Dengan wajah muram, ia sedang menjadi bahan tertawaan salah satu sahabatnya. Apa lagi jika bukan karena dirinya belum menikah. Padahal usianya sudah memasuki angka 40.

"Lo kalau dateng cuma mau buat gue kesel, lebih baik lo pergi deh. Gue masih banyak kerjaan!" sungut Yusman kesal.

"Ya, gue nggak abis pikir aja sih. Lo itu kan play boy, pacar dimana-mana masa iya nggak ada cewek yang buat lo mikirin buat nikah. Umur lo udah empat puluh tahun, Man. Si Kaen udah punya anak tiga. Nah, gue dua." ucap Bima. "Dulu kan lo yang maksa si Kaen dan gue buat nikah. Nah, lo sendiri?" sindirnya.

"Iya gue tau, nggak perlu lo jumlahin anak kalian satu-satu. Memangnya gue petugas sensus," dengusnya. "Udah deh pulang lo!" usir Yusman. Telinganya sudah tidak tahan mendengar ocehan Bima. "Bikin kepala gue pusing aja!" Yusman memijat keningnya.

"Apa ada yang lo tunggu? Atau ada cewek yang bikin lo patah hati?" pertanyaan Bima menohok hatinya. Bima mengamati reaksi Yusman yang berbeda, terdiam. Ia mencurigai jika selama ini sahabatnya menyembunyikan sesuatu. Bima menjadi penasaran. Wanita mana yang bisa membuat seorang Yusman menunggu atau enggan menikah begitu lamanya. Bayangkan saja kalau memang iya, sudah delapan tahun. Yusman belum memutuskan untuk menikah.

"Sebaiknya lo pergi. Sebentar lagi ada klien gue yang mau dateng." Yusman mengabaikan pertanyaan tersebut. Ia berpura-pura sibuk memilih file di atas mejanya.

Bima mengangguk paham. Yusman tidak akan menjawabnya. Ia memilih untuk tidak mencari lebih jauh lagi. Yang ada mereka pasti bertengkar. "Ya udah gue pergi dulu," pamitnya seraya keluar. "Besok jangan lupa, kita ada acara makan malem."

"Iya gue inget kok."

"Gue pamit dulu." Bima meninggalkan seorang diri.

Yusman menghela napas saat Bima pergi. Ia menyenderkan punggungnya ke kursi. Pikirannya melambung jauh. Selama seseorang pergi meninggalkan. Hidupnya terasa hampa. Ia mengangkat tangannya melihat ada sebuah cincin tersemat di jemarinya. Yusman memandanginya cukup lama. "Gue ini sebenernya kenapa sih?" gumamnya. "Nunggu yang nggak pasti, iya kan?" ia menertawakan dirinya sendiri.

Betapa bodohnya jika tidak sesuai dengan harapannya. Melihat sahabatnya bahagia dengan pasangannya masing-masing. Bukannya ia tidak iri sangat iri. Tapi ada sesuatu yang mengurungkan niatnya untuk menikah. Wanita mana yang tidak mau dengannya. Tampan, perkerjaan mapam dan sudah mempunyai rumah sendiri. Tetap saja dirinya menutup diri. Meskipun saat ini ia sedang menjalan kasih. Hanya untuk status dan main-main saja.

Di lain tempat, seorang gadis berpakaian kasual berjalan dengan percaya diri sambil mendorong koper miliknya. Ia baru saja sampai di Indonesia. Setelah sekian lama tinggal di New York. Rambut panjangnya yang biasa di gerai kini di ikat cepol, ia melangkahkan kakinya yang memakai sepatu sneakers. Gadis itu mengenakan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Semua orang menatapnya. Ia menjadi pusat perhatian di bandara. Apa lagi lipstik berwarna merah membuatnya terlihat seksi.

Ia berdiri menunggu mobil jemputannya. Sebuah mobil Alphard hitam berhenti di depannya. "Maaf menunggu," ucap pria bert-shirt hitam.

"Ya, terlambat," ucapnya tanpa memperdulikan pria itu ingin menjabat tangannya. Gadis itu segera masuk ke dalam mobil. Sedangkan pria yang menjemputnya memasukkan koper ke dalam mobil. "Kemana Yuki?" tanyanya saat suruhan asistennya sedang menyetir.

"Dia lagi ngeberesin apartemen," jawabnya.

"Oh," ia memandangi jalanan lewat kaca mobil. Setelah delapan tahun tidak pulang ke Indonesia. Gadis itu bernama Ayana Florence Walensa, seorang manajer majalah Fashion di New York. Ia kembali ke Indonesia karena ada masalah di tempat pekerjaannya. Ada yang menplagiat salah satu karyanya dan itu desainer asal Indonesia. Ayana ingin menuntutnya. Sebelum menjadi manajer Ayana adalah seorang desainer. Ia telah di percaya oleh CEO dimana dirinya bekerja. Tidak mudah memang untuk menjadi sekarang. Banyak ujian dan lika-liku untuk mencapainya. Salah satunya karena cinta pertamanya.

I'm Still Here (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang