Part 2

1.6K 281 16
                                    

Ayana bangun tidur dengan perasaan bahagia. Ia merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Melirik jendela dimana sinar mentari menyilap dari sela-sela gorden yang tersingkap. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman. Hari keduanya berada di Indonesia. Entah ini takdir atau kebetulan. Ia kembali ke tanah kelahirannya. Dan akan bertemu dengan seseorang yang menjadi cinta pertamanya.

Ia segera beranjak dari ranjang. Mandi dan sarapan. Ayana sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan orang itu. Gadis tersebut membongkar kopernya mencari pakaian yang pas. Hari itu ia berdandan cantik dan mengenakan gaun. Rambutnya di biarkan terurai dengan indah. Untuk make up wajahnya ia buat natural hanya di bagian mata lebih menonjol.

Yuki masuk ke dalam apartemen. Ia terlihat heran dengan tampilan Ayana. "Kamu rapih banget, Flo." Saat memandangi gadis tersebut dari ujung kaki sampai kepala.

"Apa ini berlebihan? Menurutku nggak kok." Ayana cemberut.

Yuki menahan tawanya. Ayana seperti ingin pergi berkencan. "Nggak kok, yuk kita berangkat."

"Oke, sebentar aku ambil tasku dulu." Ayana buru-buru ke kamarnya. Ternyata Yuki membawa supir yang kemarin. Mereka pergi dengan mobil Alphard. Ayana sengaja memakai kacamata. Jujur, jantungnya saat ini berdebar tidak karuan. Mengingat siapa yang mau di temuinya. Yuki yang duduk di sebelahnya sibuk dengan ponsel.

Didit, supir mereka memakirkan mobilnya di tempat parkir. Ayana menatap sekeliling, semuanya masih sama. Kantor pria itu terletak di jantung ibu kota. Banyak gedung-gedung menjulang tinggi. Pintu mobil terbuka, Ayana mempersiapkan diri. Ia menarik napas panjang lalu mengembuskan sekali sentakan. Kantor Yusman telah pindah dan kini mempunyai kantor sendiri.

Di depan resepsionis Ayana menggigit bibir dalamnya. Antara senang dan was-was menjadi satu. Ya, apa pria itu masih mengenalinya setelah dewasa kini? Di dalam benaknya banyak pertanyaan-pertanyaan. Resepsionis Firma Hukum itu tersenyum ketika menyambut keduanya. Yuki membalas senyuman tersebut.

"Ada yang bisa kami bantu?"

"Kami mau konsultasi, Mbak." Yuki yang menjawabnya.

"Sudah buat janji sebelumnya?"

"Sudah sama Pak Imam,"

"Oh, kalau begitu masuk aja Mbak. Nanti di setiap ruangan di depan pintu ada namanya. Jadi silahkan masuk aja," ucap resepsionis.

Ayana mengerutkan keningnya. Itu bukan pengacara yang di inginkannya. Tapi ia tetap mengikuti Yuki. Temannya itu mengecek satu persatu pintu mencari nama Imam Supratro S. H. Setelah menemukannya ia mengetuk. Ayana masih menahan pertanyaannya yang sudah di ujung lidah. Yuki membukanya, Pak Imam sedang duduk di kursi kerjanya.

"Bu Yuki?" ucapnya.

Yuki menganggukkan kepalanya, "benar Pak."

"Oh, silahkan masuk." Pak Imam bangkit dari kursinya. Mereka saling bersalaman.

"Jadi kedatangan kami ke sini mau konsultasikan masalah kami dulu, Pak." Yuki melirik Ayana yang diam saja. Wajah masamnya terhalang kacamata. Sehingga Yuki tidak tahu. Ia menyenggol Ayana, menyuruh untuk membuka kacamatanya karena tidak sopan. Dengan terpaksa Ayana melepaskannya lalu menaruhnya ke dalam tas.

Ayana menarik napas sebelum menjelaskannya. "Masalahnya adalah desain gaun saya di jiplak orang lain. Dia memplagiat hasil karya saya. Saya ini manajer di majalah Fashion di New York sekaligus seorang desainer. Waktu akan peluncuran desain terbaru gaun yang saya buat. Ternyata ada seorang desainer berasal Indonesia yang memposting baju tersebut di media sosial. Saya kaget, kenapa baju kami sama, sedangkan itu hasil karya saya sendiri."

I'm Still Here (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang