chapt 1 : entrance

78 7 0
                                    

"Bagaimana, Carol? Kamu mau masuk SMA mana?" tanya Mama kepadaku yang baru saja lulus SMP ini. "Negeri? Swasta?"

"Negeri deh, ma. Yang favorit," balasku. "Biar kalau mau masuk PTN jadi lebih terbiasa aja,"

"Negeri favorit ndasmu. Elo liat tuh SKHU lo! Nilai kayak gitu mana diterima?!" seru kak Christ.

"Jahat banget lo sumpah." cibirku sambil mencubit perut kak Christ.

"EH, AMPUN DEK, AMPUN!" jerit kak Christ.

"Menurut papa, kamu di swasta aja deh," sahut papa yang daritadi diam karena sedang membaca berita melalui ponselnya itu.

"Aku dari kecil udah di swasta, pa.." ucapku.

"Eh, kamu kan pernah juara 1 pas lomba bahasa Inggris, kan?" tanya Mama. Aku berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Kan SMA negeri ada jalur prestasi! Kamu daftar lewat jalur itu saja!" lanjut Mama.

"Ah iya, bener." timpal kak Christ.

"Ah, elo ga usah ikut campur deh, ah. Gue puyeng. Fokus noh sama skripsi!" tegurku.

"Gimana?" tanya Mama. "Besok sudah buka pendaftaran online-nya, lho."

"Ya udah, deh boleh."

•••

Dan tak diduga-duga, dengan nilai akhir kelulusan SMP-ku yang biasa-biasa saja, aku dapat diterima di salah satu SMA negeri terfavorit di kotaku ini. Hanya dengan sertifikat untuk bukti kejuaraanku, serta kemampuanku ini. Waktu SMP, aku pernah juara 1 cerdas cermat bahasa Inggris se-kota madya. Dan ya, aku menggunakan kesempatan ini untuk mendaftar ke salah satu SMA impianku.

Oh ya, aku lupa cerita. Kalau sekarang aku sedang di-MOS. Duh, aku lupa kalau katanya SMA negeri tuh pas MOS-nya serem banget. Semoga gue ga kenapa-napa lah.

Sayangnya, aku tidak dapat berbaur dengan teman-teman satu gugusku.. apa daya diriku yang introvert ini.

"Baik, sekarang waktunya makan siang! Silahkan berkumpul dengan gugus masing-masing dan makan bersama!" ujar si kakak kelas panitia melalui mikrofon.

Mendengar kalimat yang si kakak itu lontarkan, aku langsung menciut. Ini sudah hari ketiga MOS, tapi aku tidak dapat berteman dengan siapapun di gugusku. Akhirnya aku memisahkan diri dari gugusku dan pergi ke kantin sendirian.

"Bi, saya mau batagornya satu."

Aku sebenarnya sudah dibawakan bekal oleh Mama, tapi percayalah bekal buatan Mamaku itu sangat biasa saja.. jadi aku kurang tertarik untuk memakannya. Akupun duduk memojok di bangku kantin, sampai.. ada seseorang yang menepuk pundakku,

"Dek, kok makan disini sendirian?"

Mampus. Aku lupa kalau kita tidak diperbolehkan jajan di kantin selama MOS. Saat aku menoleh ke arah sumber suara, aku melihat orang yang menggunakan masker itu juga memakai jas almamater OSIS. Mampusnya double. Berarti dia panitia. Hadeh, aku ingin menghilang saja.

"Dek? Kita seangkatan, hei." ucapku berpura-pura seakan aku bukanlah anak baru.

"Ga usah bohong kamu. Orang kamu pakai penanda dari gugus, kok." ucap si kakak itu sambil menunjuk badge yang aku kenakan.

MAMPUS.

"Ngapain kamu disini? Kan sudah dilarang," tegas si kakak.

in my feelings. |  doyoung (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang