chapt 5 : banyak pikiran.

24 3 2
                                    

"Gue capek, Roy dengerin lo kayak gini. Nanti kita bahas sendiri aja. Iya deh, gue biarin anak-anak sukarela masuk divisi gue. Puyeng gue kalau mau dengerin lo bacot," Doyoung beranjak dari bangkunya dan pergi ke luar ruangan rapat OSIS.

Dia berjalan ke kantin yang sepi, karena kelas-kelas lain masih dalam proses belajar-mengajar. Anak-anak anggota OSIS memang sedang mendapatkan izin khusus untuk rapat.

"Bi, batagor, biasa." kata Doyoung.

"Nak Doyoung habis rapat?" tanya Bibi.

Doyoung mengangguk. "Masih berlangsung sih, Bi. Ini lagi kabur, biasa.. si Roy lagi PMS."

"Cowok ganteng kayak nak Roy kok dibilangin PMS." cibir Bibi.

"Habisnya kalau ngambek dia kayak cewek, Bi. Lagian gantengan juga saya dari dia!" Doyoung malah curcol sama Bibi batagor kantin langganannya.

"Pede amat." ledek Bibi.

"Bibi jahat, ah."

Saat si Bibi meninggalkan Doyoung sebentar untuk menyiapkan batagor, Doyoung menidurkan kepalanya di atas lengannya, karena merasa pusing. "Mbak Ratmi, saya mau Good Day yang biasa!" katanya sambil menutup matanya.

"Iya, Doy."

Kantin sekolah bisa dibilang merupakan rumah kedua Doyoung. Semua karyawan dan penjual di kantin mengenal Doyoung dengan baik, sering menjadi teman curhat Doyoung. Terutama si Bibi batagor itu. Ini semua karena Doyoung sering ke kantin di saat kantin sedang tidak sibuk, sehingga ia dapat berbincang-bincang dengan para penjual. Contohnya di saat-saat seperti sekarang ini, keadaan dimana ia sedang bolos rapat yang diadakan di jam pelajaran, atau saat bolos pelajaran, atau mungkin saat pagi-pagi sebelum mereka bersiap-siap jualan, atau bahkan saat sore ketika para penjual tengah bersiap-siap untuk pulang.

"Ini Doy, Good Day-nya."

"Nak Doyoung, batagornya nih."

"Makasih mbak, Bi." ucap Doyoung.

"Nak Doyoung mau lanjut kuliah dimana?" tanya Bibi.

Doyoung mengedikkan bahunya. "Masih belum tahu nih, Bi."

"Nak Doyoung kan pinter, bisa atuh ambil kedokteran UI." cetus Bibi.

Doyoung menggeleng. "Bibi ingat ga cerita tentang saya yang audisi nyanyi?"

Bibipun mengangguk. "Kenapa atuh?"

"Kayaknya saya bakal jadi artis aja deh, Bi." ujar Doyoung. "Saya udah diterima di agensi disana. Dan pas saya lulus SMA, saya bakal langsung ke Korea. Ya, ga bisa lanjut kuliah deh."

"Udah diterima di agensi?" tanya Bibi bingung.

Doyoung mengangguk. "3 bulan lalu saya udah dikirimin kontrak sama agensinya. Tapi itu bukan kontrak resmi buat saya tandatangani. Itu cuma kontrak sementara sebagai bukti kalau saya diterima sama agensi itu, sih. Saya bakal tandatangan kontrak itu nanti kalau udah lulus SMA, ke Korea, dan beneran mau jadi artis."

"Kalau gitu, nak Doyoung jadi artis aja. Ga papa, kok. Itu udah jelas dikasih jalan sama yang di atas, mending diterima." jawab Bibi.

"Tapi, Bi.. terlalu banyak yang harus saya korbankan kalau mau jadi artis di Korea, Bi.." kata Doyoung. "Walaupun saya memang kewarganegaraan Korea.. tapi saya kan dari bayi tinggal di Indonesia.. otomatis saya harus meninggalkan semua kenangan masa kecil. Dan ga cuma itu Bi, setelah tandatangan kontrak itu masih ada masa pelatihan yang harus dilakukan bertahun-tahun sebelum beneran jadi artis. Dan kita bakal dilarang pakai handphone sama sekali. Artinya bakal lost contact sama orang-orang, Bi.."

in my feelings. |  doyoung (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang