Jam menunjukkan pukul 06.35 pagi, dan aku sudah berada di kelas karena tadi pagi Kak Nana lupa belum mengerjakan tugas sedangkan bukunya tertinggal di kelasnya. Jadi aku berangkat lebih pagi dari biasanya, dimana kelas masih sangat sepi dan baru beberapa siswa yang datang.
"Kok tumben berangkat pagi, Ris?" Sapa Putri, teman sekelasku.
"Iya, Put. Kamu selalu berangkat sepagi ini?" Tanyaku.
"Iya, rumahku deket dari sekolah."
Aku mengangguk dan itu mengakhiri perbincangan kami. Beberapa saat kemudian, Raras, siswa terpandai di kelas juga datang.
"Tumben berangkat pagi?" Sapanya dengan nada agak sinis.
"Iya." Jawabku sambil menundukkan kepalaku, entah kenapa.
Beberapa menit kemudian, Gyna datang. Dengan wajah sedikit murung dan terlihat agak kesal. Ia tanpa menyapaku langsung duduk di kursinya.
"Gyn?" Sapaku.
"Hai, Ris." Sapanya singkat.
Kemudian ia menyandarkan kepalanya di meja. Aku penasaran mengapa ia begitu lesu? Biasanya ia sangat bersemangat dalam hal kecil dan terkesan selalu membuat yang lain tertawa dengan perkataan konyolnya.
"Kenapa, Gyn?" Tanyaku.
Ia membalikkan badannya dengan cepat. Ia membuka mulutnya seolah ingin mengatakan sesuatu, namun ia mengurungkannya. Ia menatapku dengan tatapan memelas. Sesuatu pasti terjadi.
Seketika itu Marsya datang dengan wajah bingung dan cemasnya. Ia langsung berlari menuju bangkunya di sebelah Gyna. Namun saat Marsya hendak duduk, Gyna mengambil tasnya dan berpindah duduk di sebelahku, di bangku Kevin.
Marsya yang melihat perlakuan aneh Gyna hanya diam dengan wajah yang menggambarkan kesedihan. Ia langsung duduk dengan tanpa tenaga dan juga menyandarkan kepalanya di permukaan meja.
"Ada apa sih?" Tanyaku pada Gyna.
Gyna tidak meresponku. Matanya terbelalak memberi sorotan tajam pada Marsya di depannya yang seakan tak bertenaga untuk mengangkat kepalanya. Dan Kevin datang, kebingungan setelah kursinya dicuri Gyna.
"Minggir, neng. Itu kursi saya." Pinta Kevin.
"Minggir kamu! Aku mau duduk sini!" Bentak Gyna.
"Terus aku duduk dimana?" Tanya Kevin.
"Tuh deket sama cewek tukang nikung temen sendiri!" Sindir Gyna.
Semua siswa yang sudah hadir langsung melihat kearah kami berempat. Marsyapun langsung bangun dan menatap Gyna dengan raut wajah yang terlihat kecewa dan sedih.
"Ini ada apa sih?" Tanyaku lagi.
"Gyn, kamu kok jadi gini sih?" Rengek Marsya.
"Siapa ya? Kenal?" Jawab Gyna dengan sadis.
Marsya langsung membalikkan badannya tanpa tenaga dan kembali merundukkan kepalanya. Kevin langsung duduk di sebelah Marsya dan menenangkan gadis itu.
"Gyn, kenapa sih?" Tanyaku.
"Dasar cewek murahan!" Celetuknya pelan.
Seisi kelas berbisik menatap Gyna dan Marsya secara bergantian. Mereka pasti sedang menduga-duga apa yang terjadi pada kedua gadis yang berteman akrab ini. Aku juga sudah menduga apa yang terjadi diantara mereka, namun aku menampiknya sebelum benar-benar terbukti apa yang aku pikirkan ini.
"Krrriiiiinnggg!" Bel masuk kelas berbunyi membuyarkan kebisingan di kelas ini. Diikuti dengan datangnya guru pengampu pelajaran pertama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTQUAKE
Teen FictionLet me tell you about anxiety. Rasa takut yang menghantuimu bahkan saat bernafas atau membuka mata. Lalu mengapa aku harus memiliki itu? Dan bagaimana aku berupaya menghilangkannya. Cinta? Mampukah cinta menghilangkan kecemasan itu?