18 Heartquake

14 1 0
                                    

Liburan kenaikan kelas telah tiba. Namun aku tidak bersantai-santai ria seperti biasanya. Melainkan, berada di kamar seorang Alana dan membantunya membereskan barang-barangnya. Kak Nana yang sudah lulus SMA kini untungnya sudah diterima di sebuah universitas negeri di dalam kota. Namun meskipun masih dalam kota, lokasi kampusnya dari rumah cukup jauh dan akan msmakan waktu untuk pulang pergi. Alhasil, mama dan papa mengizinkan Kak Nana untuk menyewa kost di daerah kampusnya.

Aku dan orang ini sedang memasukkan barang-barangnya kedalam tas, kardus, dan koper. Rencana hari ini akan memindahkan barangnya ke kost. Namun Kak Nana baru akan pindah setelah kuliahnya dimulai. Dia lebih ingin makan masakan mama daripada harus makan di warung makan setiap harinya. Mungkin saja dia belum siap berpisah dengan kami. Terlihat dia begitu perhatian padaku hari ini.

"Jangan angkat yang itu, biar kakak aja itu berat. Kamu masukin baju kakak aja di koper." Pintanya.

Dan sesuai perintahnya, aku memasukkan baju-bajunya ke koper. Belum ada setengahnya, bajunya sangat banyak. Aku hanya menghela nafas, itu refleks, namun reaksi Kak Nana malah,

"Ris, kalo capek istirahat dulu. Nanti kakak yang selesaiin."

Perlakuan tak biasanya malah membuatku bingung. Jika biasanya dia malah menyuruhku untuk melakukan ini-itu. Hari ini entah mengapa dia terlihat seperti seorang kakak yang sebenarnya. Apa dia sengaja membuatku bergantung padanya sebelum dia meninggalkanku? Curang.

Setelah selesai dengan pakaian di lemarinya. Aku istirahat sebentar. Aku membuka ponselku, siapa tahu ada pesan dari Kak Reva. Jujur saja memang aku merindukannya. Namun tidak ada, satu pesanpun tidak ada. Terakhir tadi pagi aku mengiriminya pesan jika hari ini aku sibuk membantu Kak Nana. Namun dia bahkan belum membacanya. Apakah dia masih marah? Namun mengingat kemarin ia memelukku membuatku kembali tenang.

●○○

Hari perpindahan tiba, setengah barang Kak Nana sudah diangkut ke kostnya beberapa hari yang lalu. Kini tinggal beberapa barang yang tersisa. Dan kami akan membantu Kak Nana menata kamar kostnya. Papa dan mama duduk di depan. Aku dan Kak Nana di tengah, karena kursi belakang penuh barang-barang Kak Nana. Terlihat ia terdiam memandang keluar jendela. Sepertinya sedang menatap langit. Entah mengapa aku bisa tahu jika ia sedang sedih.

Dan sampailah kami di kost putra tempat Kak Nana akan tinggal. Kak Aldo sudah sampai disana, ia juga menyewa kamar kost di sebelah kamar Kak Nana. Ia membantu kami menurunkan barang-barang dan memasukkannya ke kamar Kak Nana. Setelah semua barang sudah berada di kamar, kami mulai menatanya. Mama dan papa tidak bisa lama-lama bergabung dengan kami karena pekerjaannya. Dan hanya kami bertiga yang beres-beres kost.

"Apa kabar Raras, kak?" Tanyaku pada Kak Aldo.

"Nggak nanya kabarku langsung nanyain Rastya nih? Baik kok, kamu yang temen sekelasnya kenapa nggak tau kabarnya?" Kak Aldo balik bertanya.

"Aku nggak terlalu akrab sama Raras."

"Oh ya, Raras lagi terpukul banget sih karena dia dapet ranking dua." Kata Kak Aldo.

"Iya yang dapet ranking satu Riris." Celetuk Kak Nana.

"Sumpah?" Tanya Kak Aldo tak percaya.

Aku mengangguk. Aku juga bingung kenapa aku bisa dapat peringkat pertama. Padahal aku rasa peringkatku akan menurun. Namun malah aku yang mendapat peringkat pertama, bukan Raras. Atau memang Raras yang menurun?

Setelah dikiranya hampir selesai beres-beres kamarnya, kami istirahat sejenak. Kami duduk menyandar tembok, rasanya sejuk. Akupun memeriksa ponselku lagi, berharap ada balasan dari Kak Reva. Pagi tadi aku mengiriminya pesan bahwa hari ini aku akan membantu Kak Nana pindahan. Namun ia belum membalasku. Sudah biasa seperti ini, kami tidak saling mengirim pesan. Aku hanya mengiriminya pesan saat pagi, ia balas saat sore hari. Kubalas lagi pesannya di sore hari, ia membalasnya saat malam ketika aku sudah terlelap.

HEARTQUAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang