Aku berjalan menyusuri koridor menuju parkiran. Kak Nana bilang hari ini ia tidak ada ekskul jadi bisa langsung pulang. Namun aku sudah menunggu 15 menit lamanya di parkiran ini, Kak Nana belum juga datang. Apakah dia basket lagi?
Akupun pergi ke lapangan basket, siapa tau kakakku ada disana. Dan terlihat banyak atlet sekolah yang sedang bermain basket disana. Hanya aku tidak menemukan sosok menyebalkan Alana.
Seorang siswa laki-laki bertubuh tinggi dan gagah menghampiriku. Wajahnya terlihat tidak ramah meskipun bisa dibilang cukup tampan. Semakin ia mendekatiku semakin aku memundurkan langkahku pelan.
"Cari siapa?" Tanyanya dengan nada garang.
"Alana." Jawabku takut.
"Kamu siapanya? Pacar barunya apa salah satu dari fans-nya?"
Aku yang terkejut mendengarnya hanya ternganga tanpa memberikan jawaban apapun.
"Alana sialan, tiap hari bikin cewek-cewek nyamperin ke lapangan. Ganggu aja, sana balik!"
"Whoy!" Suara Kak Nana yang membentak, "Ian, kamu apain adikku?"
"Adik?" Tanya lelaki itu bingung.
"Ini Kiano, temen seangkatan kakak, nggak usah takut." Katanya.
"Kak Nana latihan lagi?" Tanyaku.
"Maaf ya, Ris. Kakak kira bisa bolos latihan sehari tapi ternyata nggak bisa. Maaf ya kamu pulang sendiri hari ini."
"Kak Aldo?"
"Ada rapat OSIS."
Akupun mendengus kesal dan langsung meninggalkan Kak Nana dan temannya itu tanpa pamitan. Terdengar Kak Nana berteriak menyuruhku hati-hati dan meminta maaf namun tak ku hiraukan. Aku tetap berjalan keluar dari sekolah menuju halte bus di depan.
Terlihat siswa-siswa yang menunggu bus hanya sedikit. Beberapa sudah pulang dulu sejak tadi, beberapa memakai kendaraan pribadi. Aku duduk di kursi halte dimana hanya ada dua orang lainnya selain aku disini. Aku tidak mengenal mereka, dua gadis yang sepertinya seangkatan denganku.
"Riris?" Sapa seseorang bersuara lembut, Brandon.
"Oh, hello."
"Tumben kamu naik bus?" Tanyanya.
"Iya, kakakku lagi basket. Kamu kenapa nggak naik motor sendiri?"
"Aku belum punya SIM, jadi belum dibolehin."
"Oh." Jawabku singkat.
Sejenak hening. Sebenarnya aku benar-benar benci melihatnya saat ini. Aku kembali teringat mimpi-mimpiku untuk berkencan dengannya. Bayangan-bayangan tentang aku bersamanya kembali muncul.
"Aku udah jadian sama-." Kata Brandon.
Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, aku memotongnya, "aku udah tau."
"Marsya cerita ya?"
"Gyna juga cerita."
"Oh." Kini ia yang menjawab singkat.
Kembali hening. Rasanya seperti dejavu. Kami berada di halte dengan rasa canggung. Hanya berbeda tempat.
"Kamu tau nggak kalo Gyna juga suka sama kamu?" Tanyaku tiba-tiba.
"Tau sih."
Lalu apakah kamu tau aku juga menyukaimu? Pertanyaanku dalam hati yang sangat ingin aku lontarkan.
"Tapi gimana ya? Aku suka sama Marsya karena dia lembut." Lanjutnya, "bukan berarti aku ngatain Gyna kasar, bukan. Cuma, aku lebih suka tipe gadis lembut kaya Marsya."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTQUAKE
Teen FictionLet me tell you about anxiety. Rasa takut yang menghantuimu bahkan saat bernafas atau membuka mata. Lalu mengapa aku harus memiliki itu? Dan bagaimana aku berupaya menghilangkannya. Cinta? Mampukah cinta menghilangkan kecemasan itu?