Pelajaran Geografi tengah berlangsung. Seisi kelas sedang memperhatikan guru yang menyampaikan materi. Begitu juga denganku, aku tidak pernah belajar namun aku selalu memperhatikan pelajaran saat di kelas. Nisa juga terlihat mencatat semua yang guru sampaikan, sama denganku.
Hingga tiba-tiba secarik kertas yang dilipat menjadi kecil terlempar ke mejaku. Aku melihat arah lemparannya yang berasal dari depan. Marsya dan Gyna seolah memberi kode padaku untuk membukanya. Dan akhirnya aku membukanya, bersama dengan Nisa yang juga penasaran dengan isinya.
"Dear Risa,
Maaf karena salah sangka kemarin. Aku udah baikan sama Brandon dan Brandon juga udah cerita semuanya. Maaf karena aku nuduh yang nggak-nggak, dan maaf karena kita nggak tau kalo kamu juga lagi patah hati - Marsyha
Risa baikan yuk!! Aku kangen becandaan sama kamu lagi, aku minta maaf buat kemarin - Gyna"
Nisa dan aku terkikik pelan. Menyadari bahwa persahabatan kami tidak sedangkal itu, aku merasa tersentuh dengan pesan manis mereka.
"Ujung! Ngapain ketawa-ketiwi!" Bentak Bu Guru.
"Maaf, bu." Jawab kami berdua.
Kemudian kami kembali memperhatikan pelajaran dengan seksama agar tidak lagi kena marah guru. Sesekali aku tersenyum melihat Marsya dan Gyna. Hingga bel istirahat berbunyi dan pelajaran usai.
"Hampir aja kena marah!" Celetuk Nisa.
Marsya dan Gyna membalikan badan mereka pelan dan menatapku nanar. Rasanya aku paham apa yang akan ia tanyakan.
"Aku maafin kok." Jawabku, "aku juga minta maaf karena nggak cerita sama kalian."
"Iya bener, kenapa kita harus denger kabar kamu putus dari orang lain? Kamu nganggep kita sahabat nggak sih?" Bentak Gyna.
"Harusnya kamu kasih tahu kita biar kita nggak curiga sama kamu. Kita juga jadi ngerasa bersalah karena nggak ada saat kamu sakit." Sambung Marsya.
"Maaf ya, aku bingung gimana ceritanya."
"Bener, gue juga masih nggak paham nih kenapa lo bisa putus. Kevin gue tanya juga nggak tau persis." Timpal Nisa.
Akupun menceritakan pada mereka bertiga bagaimana kandasnya hubunganku dengan Kak Reva. Tentang dia yang tiba-tiba menghilang dan aku yang memergokinya bermesraan bersama gadis lain di kelasnya.
"Waaah playboy kurang ajar!" Marsya yang lembut tiba-tiba mengucap sumpah serapah.
"Buaya darat, ngeselin banget. Bisa-bisanya dia selingkuh, waaah. Nggak bisa didiemin, harus dikasih pelajaran." Timpal Gyna.
"Cowok kampret! Sebel gua, kaya gimana sih modelan cowoknya?" Nisa juga ikut memaki.
Hanya mendengar makian mereka rasanya aku sangat bahagia. Akupun tertawa ketika mereka masih sangat marah.
"Kok ketawa?" Tanya Gyna geram.
"Nggak tahu kok rasanya seneng ya bisa mengumpat bareng kalian." Kataku.
"Bener, umpatin semua. Keluarin kata-kata kasar yang ada di pikiran lo. Itu bikin lo plong!" Pinta Nisa.
"Cowok bajingan!" Umpatku.
Mereka bertiga awalnya tertegun mendengarku mengatakan kata kasar itu. Namun kemudian kami berempat tertawa kencang hingga memukul-mukul meja. Tawa kami terhenti saat bel masuk berbunyi.
"Kita belum ke kantin." Celetuk Marsya.
"Kruuuwwk!" Suara perut Gyna.
"Gue juga laper." Kata Nisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTQUAKE
Novela JuvenilLet me tell you about anxiety. Rasa takut yang menghantuimu bahkan saat bernafas atau membuka mata. Lalu mengapa aku harus memiliki itu? Dan bagaimana aku berupaya menghilangkannya. Cinta? Mampukah cinta menghilangkan kecemasan itu?