Bandung

20 2 0
                                    

Pukul 13.00 mereka sampai di rumah om Arman. Om nya sudah menunggu kedatangan mereka mulai jam 12 siang tadi. Kekawatiran Pak Usman, om nya Arman kini menjadi tenang setelah mendenhar suara mobil Arman yang sudah masuk di depan teras rumahnya. Mereka bertiga pun turun dari mobil Arman. Rafael terkejut ketika ia melihat rumah yang besar dan mewah milik om nya Arman.

“Man, gede banget nih rumah, om loe kerjaan apaan sih kok dia punya rumah segede ini?”, tanya Rafael yang melongo melihat rumah milik Pak Usman.

“Om gue itu pengusaha batu bara”, jawab Arman.

“Wah pantes, gede banget rumahnya, gue kalau punya rumah segede ini gue bisa jogging dirumah tanpa keluar rumah”, kagum Rafael sambil lihat lihat depan rumah itu.

“Tuhhh.... kan, gobloknya keluar, ya masak loe jogging dalam rumah”, jawab Narda yang sambil menabok Rafael.

“Ya kan ilustrasi Narda”, jawab Rafael sambil mengelus elus bekas tabokan Narda.

“Ilustrasi, ilustrasi, bapak kau itu hologram, itu baru ilustrasi”, jawab Narda.

Arman melihat tingkah laku temannya itu hanya bisa menggeleng gelengkan kepala dan tersenyum kecil.

Tak lama pintu rumahnya terbuka, Om Usman dan istrinya keluar menyambut Arman dan kedua sahabatnya.

“Nah ini yang ditunggu tunggu, keponakan om yang paling ganteng dan pinter dah sampai”, sambutan hangat Om Usman kepada Arman.

“Gimana perjalanannya, macet gak, ada kendala gak selama perjalanan?”, tanya Om Usman sambil menjulurkan tangannya ke Arman.

“Aman kok om, gak ada kendala, cuman temen Arman satu tadi mabok di jalan”, jawab Arman sambil salim ke om nya itu.

“Loh siapa yang mabok tadi?”, tanya Om Usman yang terkejut mendengar kabar dari Arman.

“Saya om”, jawab Rafael sambil cengar cengir dan mengacungkan tangan kanannya.

“Loh kok bisa,.terus sekarang gimana, masih sakit apa masih kerasa mual?”, tanya Om Usman dengan raut muka yang menunjukkan sedikit khawatir.

“Gapapa kok om, tadi juga istirahat di rest area beli teh anget, sekarang udah baikan”, jawab Rafael.

“Ohhh yaudah”, jawab Om Usman yang mulai tenang.

“Ohhh iya, mari masuk, tante udah masakin makanan buat kita makan siang bareng, yuk masuk”, ajak Om Usman.

“Iya om”, sahut mereka bertiga yang kompak serentak mengucapkan kata yang sama.

Mereka pun berjalan masuk. Arman berjalan mendekat ke arah Rafael. “Loe jangan makan banyak lagi loh, entar muntah lagi”, canda Arman ke Rafael.

“Enggak, enggak, Man, gue kapok, suwer”, jawab Rafael.

Narda yang melihat tingkah Rafael tersenyum kecil sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

Mereka pun masuk dan di ajak langsung ke ruang makan untuk langsung makan siang. Hidangan yang sudah disiapkan cukup banyak, bahkan untuk porsi ketiga anak itu ditambah om dan tantenya Arman itu sepertinya itu sangat cukup dan bahkan bisa jadi ada sisa. Makanan yang dihidangkan pun bukan makanan biasa, semua makanan yang disiapkan adalah makanan makanan mewah. Ada lobster bakar, steak, olahan daging ayam dan sayur. Rafael yang melihat hidangan itu melongo dan bingung mau ambil yang mana dulu dan sempat mematung karena kebingungannya.

“Man, kalau kayak gini situasinya, gue tarik omongan gue tadi, gue gk kapok, Man, lihat sayang makanannya kalau sampai gak habis”, bisik Rafael yang mendekatkan kepalanya ke telinga Arman.

Arman hanya tertawa kecil dan mengeleng gelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan kawannya itu yang emang penggemar garis keras makanan mewah, walau tubuhnya kecil, tapi porsi makanannya sudah seperti porsi buto ijo.

“Habiskan loh ya makanannya, harus habis ini, sayang kalau enggak habis”, ucap tante Arman.

“Siap tante, tenang aja, pasti habis semuanya kok tante”, sahut Rafael dengan semangatnya setelah mendengar perkataan tantenya Arman.

“Raf, Raf, awas loe muntah lagi”, canda Narda.

“Gak akan, kan udah gk perjalanan jauh lagi”, jawab Rafael sambil senyum pepsodent.

Om dan tantenya Arman tertawa kecil melihat tingkah Rafael yang tampaknya bahagia dan puas melihat makanan yang telah mereka hidangkan.

“Ohh iya, Man, nanti om sesudah makan, om langsung anter ke apartmentnya, soalnya om mau ada rapat di kantor, ini aja om tunda rapatnya demi nyambut kalian”, ujar Pak Usman.

“Ohhh iya, om, gapapa, sekalian kita cepat istirahat, capek perjalanan jauh”, jawab Arman.

“Oke, terus kedua temenmu rencana mau tinggal dimana?”

“Narda bakalan tinggal di rumah keluarganya yang gak jauh dari kampus, terus Rafael udah pesen kamar kos yang gak juah juga dari kampus, tapi nanti malam mereka Arman ajak nginap di apartment semalam buat temanin Arman”.

“Ohhh iya udah gapapa, kalian berdua juga bisa kok main main ke apartmentnya Arman nanti, tapi asal jangan terlalu ribut ya..., takutnya nanti ditegur oleh petugas disana”, jawab Om Usman kepada kedua sahabatnya Arman.

“Iya, om”, sahut mereka berdua.
Mereka pun kembali menyantap makanan yang mereka makan.

Patah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang