Patah 2 : Baru

14 3 0
                                    

Waktu berlalu begitu saja, kini hari Arman berangkat menuju ke Bandung telah tiba. Arman berangkat bersama kedua sahabatnya Narda dan Rafael. Mereka berangkat dari rumah Arman. Sebelum mereka berangkat, Rini, mama Arman telah membuatkan masakan yang enak untuk mereka yang ia masak sendiri. Ia lakukan ini karena ini akan jadi masakan yang terakhir yang Arman cicipin dalam jangka waktu yang lama. Rini membuatnya dengan penuh kasih sayang.

Arman dan kedua sahabatnya pun makan dengan lahap. Menikmati hidangan yang telah dibuat oleh mamanya Arman.

“Masakannya enak tante, Rafael suka, tante memang jago dalam membuat masakan enak”, puji Rafael kepada mamanya Arman.

“Iya tante, enak”, sambung Narda yang memuji masakan buatan mamanya Arman.

“Iya terima kasih, tambah kalau masih kerasa kurang, tuh masih banyak makanannya”, jawab Rini sambil tersenyum puas melihat mereka suka dengan masakannya.

“Iya tante, pasti itu Rafael tambah”, jawab Rafael dengan gembira mendengar kata kata mamanya Arman.

“Raf, Raf, awas loe nanti kekenyangan terus muntah di jalan, gue suruh loe bersihin mobil gue sampek kinclong”, canda Arman yang melihat kawannya itu makan banyak.

“Tenang aja, gak bakalan muntah kok”, jawab Rafael dengan percaya dirinya.

“Hmmmm awas loe”, ancam Arman yang sambil tertawa kecil.

“Udah, udah bercandanya nanti lagi sekarang makan dulu, nanti keselek loh”, ujar Rini yang memperingati mereka bertiga.

“Iya, iya Ma”, jawab Arman yang sambil mengambil sesendok nasi dan lauk dari piringnya.

Jarum jam menunjuk arah jam 10.00 pagi, mereka bertiga mulai mengemasi barang mereka dan menaruhnya di bagasi bagian belakang mobil. Satu persatu barang dimasukkan ke dalam mobil. Setelah semua barang telah masuk di bagasi mobil, mereka pun bersiap untuk berangkat ke Bandung. Arman duduk di kursi supir, di sebelah kanannya ada Narda, dan Rafael duduk dibangku belakang.

Suara mesin mobil Arman yang mulai menyala, tanda mobil siap untuk berjalan.

“Ma, Pa, Arman berangkat dulu ya”, pamit Arman kepada kedua orang tuanya.

“Iya, nak, hati hati di jalan”, sahut kedua orang tuanya secara bersamaan.

“Arman, jaga diri baik baik disana, makan yang teratur jangan sampek telat, jangan suka ngeluyur, jaga kesehatan”, pesan Rini kepada anaknya.

“Iya, Ma”, jawab Arman.

“Rafael berangkat dulu juga ya, tante, terima kasih makanannya tadi”, pamit Rafael kepada mamanya Arman.

“Iya tante, Narda pamit juga tante”, pamit Narda yang tak ingin kalah dengan Rafael.

“Iya, kalian berdua hati hati dijalan, jaga diri disana ya, kuliah yang bener”, pesan Rini kepada kedua sahabat Arman.

“Iya, tante”, sahut Narda dan Rafael secara bersamaan.
“Ya udah ya, Arman berangkat dulu, Daaa pa... Daaaa ma...”, pamit Arman sambil menginjak pedal gas.

“Iya Arman, Daaaa...”, jawab kedua orang tuanya sambil menggoyangkan tangan mereka sebagai isyarat tanda perpisahan.

Mobil pun melaju keluar dari pagar rumah Arman dan mengarah ke arah Bandung.

Patah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang