Patah 3 : Jumpa

9 2 0
                                    

Di sore hari mereka sudah sampek di apartment milik Pak Usman yang ada di daerah Parahyangan. Keadaan apartmentnya memang sedikit berantakan, ya memang apartment ini sudah jarangdipakai sejak Pak Usman sudah punya rumah sendiri. Apartment ini dulu tempat tinggal Om Usman dan keluarganya semasih merintis usahanya.

“Man, ini semua masih berantakan, kamu bisakan bersihkan dan rapikan sendiri?”, tanya Om Usman.

“Iya, om, nanti Arman bersihin dan rapihin semua, om tenang aja, apartment ini bakalan bersih dan rapi setiap saat, nanti juga bakalan dibantuin temen Arman”, jawab Arman.

“Oke lah kalau begitu, ini kuncinya, jaga dan rawat apartment, anggap rumah sendiri”, jawab Om Usman yang gembira setelah mendengar jawaban dari Arman.

“Om pamit dulu ya”, pamit Om Usman kepada mereka bertiga.

“Iya, om, hati-hati”, jawab Arman.

“Iya, om, hati-hati dijalan, maaf udah ngerepotin”, tambah Narda.

“Iya, om, hati-hati di jalan om, terima kasih buat makanannya tadi, salam buat tante”, tambah Rafael yang tak mau kalah.

“Iya, om tinggal dulu ya, daaa...”, pamit Om Usman yang berjalan keluar Apartment.

“Iya, om”, jawab mereka serentak.

Mereka mulai menaruh bawaan mereka di meja yang ada di ruang tamu. Mereka duduk dan siap menyusun rencana siapa yang membersihkan ruang tamu, siapa yang membersihkan kamar, siapa yang membersihkan dapur.

“Gue bersihin kamar aja ya, sambil gue masukin baju baju ke lemari”, sahut Arman.

“Gue dapur deh”, sahut Narda.
“Yah gue yang berat dong, ruang tamu”, jawab Rafael yang bibirnya mulai maju beberapa centi kedepan.

“Loe kan tadi makannya banyak, jadi tenaga loe pasti kuat”, canda Narda sambil tertawa.

“Ya udah deh iya”, jawab Rafael yang bibirnya semakin maju kedepan.

“Yaudah, gue ke kamar dulu ya”, jawab Arman sambil membawa koper dan tasnya yang berisi baju baju dan peralatannya.

Mereka pun mulai beraksi membersihkan apartment Om Usman yang kini diambil alih sementara oleh Arman.

Hari menjelang malam, mereka pun selesai membersihkan apartment Arman. Mereka duduk di ruang makan sambil istirahat.

“Man, buatin kopi man, capek gue bersihin area ruang tamu, berantakan dan banyak debunya”, ujar Rafael.

“Ehhh loe bego apa pura pura lupa, Arman kan disini baru beberapa menit tinggal disini, loe udah nyuruh Arman buatin kopi”, jawab Narda.

“Ya mungkin aja ada sisa kopi di rak penyimpanan dapur”, jawab Rafael.

Arman yang mencoba buka buka rak lemari dapur mencari kopi. “Gak ada, Raf, gak ada apa apa”, jawab Arman.

“Yaaahhhh.... Payah”

“Kan udah gue bilang”, sahut Narda.

“Udah udah ayo kita cari tempat ngopi, katanya di deket sini ada cafe yang katanya enak kopinya”, ajak Arman.

“Mahal gak, Man, gue takutnya mahal, uang gue masih ngepres ini”, jawab Rafael sambil merogoh rogoh sakunya.

“Udah gue bayarin loe tenang aja, loe kan udah bersih area yang paling berantakan”, jawab Arman.

“Gue, Man?”, sahut Narda yang ingin dibayari oleh Arman.

“Iya semua gue bayarin deh”, jawab Arman yang sempat merubah rahut wajahnya menjadi datar.

“Asek gitu dong, Man, loe emang temen terbaik gue”, jawab Narda sambil cengar cengir.

“Gitu dong, Man, ini namanya simbiosis mutualisme, saling menguntungkan”, tambah Rafael.

“Iya, iya, yo cepet gantian sana mandinya, gue dah mandi tadi habis bersihin kamar”, suruh Arman melihat kedua sahabatnya itu sudah dekil dan kotor.

“Siap komandan”, jawab Narda dan Rafael bersamaan.

“Gue dulu mandi”, ucap Narda yang berlari ke arah tasnya mengambil handuknya.

“Ehhhh enak saja, gue dulu”, jawab Rafael yang tak ingin kalah.

Mereka bertengkar kecil karena berebut kamar mandi yang hanya tersedia satu di apartment tersebut. Arman yang melihat kejadian itu hanya bisa tertawa melihat tingkah laku kedua temannya itu.

Patah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang